Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 - Pulang sama abang
"Ih, abang ngomongnya kok seram banget. Masa bilang kaki aku mau di amputasi sih?" kata Zuya menunjukkan ekspresi ngerinya.
"Karena kamu yang mancing-mancing. Masih mau ikut lomba lari sekarang?" suara Anson tegas.
Zuya menggeleng kepala lalu menunduk mengerucutkan bibirnya. Dia memang tidak pernah menang kalau beradu mulut atau melawan abangnya sendiri. Sama seperti si om jelek, abangnya ini juga punya seribu satu cara bikin dia tidak berkutik.
Logan mengulum senyum. Kakak adek ini kalau ketemu memang banyak sekali dramanya.
"Mau pulang sama abang atau nggak? Istirahat di rumah sampai kaki kamu sembuh. Mau nggak?"
"Mau." wajah gadis itu ditekuk.
"Ya sudah, kamu tunggu di sini. Abang sama Logan mau lanjut survey tempat dulu. Habis itu abang balik ambil kamu." suara Anson melembut. Tangannya menyentuh kepala Zuya, mengacak-acak pelan rambut gadis itu lalu keluar.
"Hei, kok gak semangat lagi sih? Kamu tahu abang kamu sifatnya kayak apa kan? Dia begitu karena khawatir sama kamu. Ayo semangat. Kamu kan selalu ceria setiap hari." Logan memegangi bahu Zuya, memberinya dukungan lalu mengikuti Anson keluar. Dokter Lovely juga. Wanita itu adalah penuntun jalan bagi keduanya.
"Cih, ceria setiap hari-ceria setiap hari. Gak liat aku sedang kesal apa? Dasar abang Anson ngebelin! Aku sumpahin dapat anak kembar tiga yang kayak aku. Imut, lucu tapi bikin pusing, hahahaha!"
Gadis itu terbahak bak orang gila. Keno dan Igo yang baru masuk pun bertukar pandang keheranan. Mereka baru bisa datang karena tadi sedang sibuk ikut lomba antar jurusan.
Mereka keheranan melihat Zuya yang terus berbicara sendiri sampai terbahak-bahak.
"Zuzu, jangan bilang otak kamu geser karena kena bola. Nggak kan?" Keno menyentuh kepala Zuya. Gadis itu langsung mendelik tajam padanya.
"Ya ampun, kenapa hari ini orang-orang pada nyebelin semua sih? Nggak Bowen, Aska yang nggak sengaja ngelempar bola ke aku, si om jelek, bang Anson, sekarang Ken-ken! Aku masih waras ya." Zuya berseru sebal.
"Habisnya kamu bicara sama ketawa sendiri." kekeh Keno.
"Ya gak berarti aku gila kan?"
"Tapi aneh."
"Tapi gak gila."
"Aneh itu sebelas dua belas sama gila.
"Ken-ken!"
Keno dan Igo tertawa. Igo duduk di tepi ranjang sambil mengulurkan sebuah kantong plastik berwarna putih di tangannya.
"Kita beli Snack kesukaan kamu, nih." Igo memberikan sekantong plastik berisi cemilan kesukaan Zuya. Mata Zuyu langsung terang.
"Go-go memang yang paling baik sama aku, yeahh!" Zuya berseru senang. Ia meringis sesekali saat merasakan sakit di kakinya.
"Kamu akan ikut bang Anson pulang?" Igo bertanya.
"Mm. Bang Anson kayaknya khawatir sama aku." sahut Zuya sambil mengunyah chitato rasa sapi panggang.
"Emang harusnya gitu sih. Bang Anson pasti khawatir sama kamu. Apalagi bunda Amalia sama om Jewis lagi keluar negeri. Kalau mereka dengar kamu nggak di urus sama bang Anson dan kak Aerin, bisa di marahin habis-habisan nanti." ujar Igo panjang lebar. Ketiganya mulai keasyikan berbincang-bincang.
"Tapi itu berarti kamu nggak bisa ikut kita bertiga liburan ke Jepang dong?" perkataan Keno sontak membuat Zuya berhenti mengunyah. Gadis itu menatap Keno.
"Jepang? Kalian menangin tiketnya? Kalian bertiga?!" ia berseru kuat. Keno dan Igo menganggukkan kepala.
"Siapa lagi yang dapat, Aska dapat juga nggak?"
"Kita berdua aja dapat, apalagi Aska. Tuh cowok kan emang terkenal jago olahraga."
"Nggak, nggak mungkin. Aku nggak terima. Masa kalian semua liburan terus aku tinggal sih. Nggak mauu!" rengek Zuya. Niatnya mau dapat tiket liburan biar bisa pergi bareng Aska juga. Haduh, kenapa harus ada kejadian dia apes begini sih.
"Udah Zuzu imut. Kaki kamu tuh lagi nggak bisa bekerja sama buat ikut liburan sama kami. Bang Anson juga pasti nggak bakalan setuju sekalipun kamu bersikeras mau pergi dengan keadaan begini."
Zuya sebak sekali. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dia lakukan sekarang hanya pasrah. Hufftt, nyebelin! Nyebelin pokoknya.
®®®®
Keno dan Igo menemani Zuya sampai Anson dan Logan kembali. Wajah Zuya masih cemberut karena batal ke luar negeri. Gadis itu masih meratapi nasibnya meski sudah setengah rela.
Bowen muncul bersama dengan Anson dan Logan.
"Kenapa tuh muka?" Bowen melirik Keno dan Igo bergantian setelah melihat Zuya yang terlihat tidak bersemangat.
"Lagi meratap karena nggak bisa ikut kita ke Jepang." jawab Keno menahan tawa. Soalnya ekspresi Zuya yang meratap agak lucu matanya.
"Bang Anson," Zuya memanggil abangnya.
Saat Anson menatapnya, gadis itu kembali bicara.
"Bawa Zuya pulang sekarang juga. Sebelum adek abang yang cantik ini nangis bombay karena batal liburan ke luar negeri!" seruan Zuya sukses membuat semua orang dalam ruangan UKS tersebut tersenyum lebar. Hanya dokter Lovely yang tercengang. Wanita itu kan belum terbiasa dengan sikap Zuya yang agak lain itu.
Mereka semua tidak sadar sekali kalau ada seseorang yang berdiri diam di luar jendela UKS dengan punggung bersandar di dinding dan tangan memeluk dada.
UKS berada di lantai satu dan jendelanya langsung menghadap kebun belakang. Tempat orang jarang datang.
Wajah Aska sangat misterius. Habis lomba tadi sebenarnya Bowen sudah mengajaknya ke UKS untuk melihat keadaan Zuya, namun Aska menolak dengan berbagai alasan. Tak tahunya laki-laki itu menggunakan cara lain untuk mencaritahu keadaan Zuya.
"Abang, ayo cepet." terdengar lagi nada suara kencang dari dalam sana. Pada laki-laki yang dia sebut abang.
Sementara itu di dalam UKS Anson pun siap-siap menggendong adiknya. Anson tidak ingin Zuya berjalan kaki dulu untuk sementara. Agar gadis itu cepat pulih.
Setelah pamit pada yang lain, Anson keluar di ikuti Logan dari belakang. Semua penghuni kampus lagi-lagi di buat heboh melihat Zuya yang kali ini di gendong sama laki-laki lain lagi.
"Eh, lihat-lihat. Siapa laki-laki itu? Wajahnya ganteng banget astaga! Dua-duanya ganteng. Beruntung banget jadi tuh cewek."
"Kayaknya mereka temannya dokter Lovely deh. Soalnya tadi aku lihat mereka jalan bareng sama dokter Lovely."
"Pasti kenal tuh cewek juga, kalo gak kenapa di gendong gitu?"
Sekumpulan cewek itu langsung diam saat Anson dan Logan melewati koridor tempat mereka berdiri. Bersama Zuya tentunya. Cewek-cewek itu kembali histeris saat mereka sudah menjauh.
Tatapan Zuya tidak sengaja bertemu dengan Shawn yang sedang berdiri di dekat sebuah pohon besar. Anson tidak lihat pria itu karena posisinya membelakangi Shawn. Cukup lama Zuya dan Shawn saling menatap sampai Zuya sendiri yang memalingkan wajah saat ingat dia masih malu pada Shawn karena kasus lelaki tersebut tak sengaja mengecup matanya tadi.