“Bang*sat! Aku tak sudi seperti ini!” Teriakan seorang wanita menggema dalam sebuah rungan sunyi yang lembab.
Kedua bola matanya nampak mengeluarkan darah, bau amis menyengat sebagai bumbu pelengkap bertapa mengerikannya tempat tersebut.
Sang Bintang Fajar kini nampak berlumuran darah, dialah Iris. Seorang Putri dari keluarga Kaisar yang saat ini menjabat.
Dia menikah atas dasar cinta, namun cintanya tak semanis dongeng. Kini ‘cinta’ itu telah merampas segala yang dia miliki di dunia ini. Seluruh tubuhnya di pemuhi luka, tanpa mata, dengan lidah terpotong dan anak yang baru dia lahirkan, kini akan di bunuh.
Bagaimana jadinya bila Iris kembali ke masa dia masih bersama keluarganya? Simak kisah lengkapnya sekarang juga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Pertemuan Ratu dan Black agaknya tidak seperti ekspektasi Iris, Ratu bersikap ramah dan baik bahkan dia memperlakukan Black seperti putranya sendiri, meski pada dasarnya Black memang sudah dekat dengan Ratu, namun hal itu justru membuat Iris merasa lebih tenang.
“Anda tahu Duke, saat saya melihat putri saya debut dengan pria asing, saya merasa darah saya mendidih dan ingin memukul orang itu.” Ucap sang Ratu, Black terkekeh dan mengangguk.
“Padahal, saya sudah biasa mengenakan topeng. Apa anda saat itu tidak mengenali saya Yang Mulia?” Tanya Black bimbang.
“Jujur saya tidak kenal, karena topeng yang kamu kenakan tidak seperti itu biasanya. Namun saya merasa bangga pada Iris, dia ternyata memilih pria yang tepat sesuai dengan keinginan ku sebagai Ibundanya.” Ucap Ratu lagi bangga.
“Sejak awal memang saya ingin mengajak Black Ibunda, memang anda berpikir saya akan bersama siapa?” Tanya Iris, Ratu nampak berfikir sejenak.
“Iris memiliki hati yang sangat baik, hingga dia akan merasa sangat bersalah bila tidak berterima kasih dengan cara yang paling luar biasa. Ibu kira Iris akan bersama dengan pria yang menyelamatkan Iris kala itu, aku kurang setuju jujur saja.” Ujar Ratu tanpa sungkan.
“Ngomong-ngomong mengenai hubungan kalian, Raja akan mengadakan Pesta satu minggu mendatang untuk merayakan pertunangan kalian. Ibu memanggil kalian untuk mendiskusikan hal itu, dekorasi seperti apa yang kalian inginkan dalam pesta tersebut?” Tanya Ragu pada Black dan Iris.
“Saya ingin seperti yang Iris inginkan, dan semaksimal mungkin mewujudkan hal sekecil apapun harapan Iris.” Ucap Black, Iris menunduk malu diperlakukan Istimewa seperti itu, padahal di kehidupan sebelumnya dia bahkan tak mengadakan pesta pertunangan.
“Apa boleh seperti itu Tuan Duke? Inikan pertunangan kita.” Ucap Iris, Black merona mendengar kata itu.
“Hem, sebenarnya saya kurang begitu paham mengenai pesta di kalangan atas. Iris juga nampaknya demikian, bagaimana bila Ratu saja yang mempersiapkannya?” Tanya Black pada Iris, dia sadar posisinya dan Iris di dunia sosialita kurang bergaul.
“Ah iya, benar kata anda Tuan Duke. Ibu, bagaimana menurut anda? Untuk temanya, saya ingin taman bunga saja. Seperti musim semi yang indah, bila malam mungkin dengan kunang-kunang yang menawan, untuk musik saya ingin yang santai saja.” Ucap Iris, Ratu mencatat semuanya sedangkan Black kini sedikit demi sedikit mulai memahami karakter Iris.
“Taman bunga yang elegan, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu. Sangat brilian Iris, Tuan Duke apa anda tidak apa-apa menggunakan baju berwarna putih?” Tanya Ratu, Black menatap Iris yang juga tengah menunggu jawaban Black.
Bukan tanpa alasan mengapa Black memiliki panggilan yang unik, seluruh pakaian Black rata-rata berwarna hitam. Bahkan Iris sendiri tak pernah melihat Black mengenakan pakaian selain hitam kecuali saat dia tengah di kediaman Duke Latvan.
“Saya tidak akan mempermasalahkan hal demikian Yang Mulia, saya justru bersyukur karena ada yang memperhatikan penampilan saya.” Iris tertegun, kedua pipinya memerah.
“Astaga, aku tak menyangka bila seorang Black akan setuju dengan usulan seperti itu. Baiklah, Ibu akan memesan beberapa pakaian dari butik ternama. Seluruh acara itu adalah milik kalian, jadi jangan pernah sungkan untuk membuat onar.” Ucap Ratu jenaka, karena Black nyatanya sering membuat onar saat pesta kerajaan.
Seperti saat ada pejabat yang menghina Raja, dalam pesta kerajaan itu juga Black memenggal kepala orang itu dan menantang semua orang yang ingin kembali menghina Raja.
“Mungkin saya akan menutup semua mulut dengan pedang saya bila ada yang berani membuat onar dalam pesta ini Yang Mulia.” Jawab Black, Ratu terkekeh dan percaya bila pilihan Iris memang tidak salah.
Waktu kembali berjalan, sedangkan Black juga telah bersiap di kediaman Duke Latvan. Sangat jauh dari ekspektasi Iris dan Ratu, Black sangat mudah di ajak kerja sama. Bahkan Ratu juga terkesan dengan sikap penurut Black saat di hadapan Iris. Sosok yang biasanya seperti binatang buas itu menunduk patuh pada Iris.
“Apa aku tampan kali ini?” Tanya Black pada Kelala Pelayan, entah sudah berapa kali Black menanyakan itu.
“Anda luar biasa Tuan,” Jawab Kepala Pelayan dengan senyum tuanya. Black bahkan telah bersiap sejak siang hari, dia bahkan melarang para pelayan masuk ke dalam ruang ganti miliknya dengan berbagai alasan.
Namun dari semua segi yang ada, nampaknya pemikiran Ratu dan juga Black selaras. Hingga berbagai kemungkinan yang bisa terjadi telah merek susun dengan matang dan akan menuntaskan segalanya dengan penuh kepindahan.
Iris yang berada di Istananya juga nampak telah bersiap bersama Alice, tentu Alice juga malam itu mengenakan sebuah gaun yang sangat cantik. Gaun yang berwarna merah seperti rambutnya, serta gaya yang cukup berani dan gila justru membuat Alice nampak dewasa dan menawan.
“Alice, apa anda benar-benar akan mengenakan gaun itu malam ini?” Tanya Iris menatap Alice yang nampak begitu menggoda.
Belahan rok yang sampai ke paha, mata merahnya seperti mawar yang mekar di antara rambutnya, sedangkan gaun yang gemerlap bagaikan bintang itu nampak indah seperti bajunya.
‘Ini memang gaya yang berani sih, tapi bagiku ini keren.’ Gumam Alice, dia memang bukan manusia biasa.
Usia Alice yang sesungguhnya adalah 4000 tahun, nama aslinya adalah Tiara. Dia adalah reinkarnasi dari Dewi Tiara sang Kakak dari Dewa Perang Agares, dan anak kesayangan dari Dewi 5 elemen.
Dalam berbagai dunia Alice memang telah mengembara, berbeda dengan Black yang bahkan tak ingat siapa dirinya. Alice sejak lahir telah mengingat identitas dirinya sendiri.
“Anda jangan cemaskan itu Yang Mulia, saya memang berniat mencari mangsa malam ini.” Ucap Alice, ya dia memang telah mencari seseorang. Di usianya yang telah 21 tahun, Alice masih sendiri. Sangat mudah alasannya, dia belum beetemu dengan jodohnya yang juga telah berinkarnasi.
“Anda memang sangat sulit di tebak Alice, saya sudah siap. Apa saya bisa pergi sekarang?” Tanya Iris, Alice mengangguk.
“Tentu, izinkan Yang Mulia Pangeran ini menjadi pendampingmu untuk sesaat.” Aslan nampak tiba dengan setelan masa dasyatnya, tentu saja sangat menyilaukan mata.
“Tunangan anda tidak akan marah, Yang Mulia?” Tanya Alice menarik kerah baju Aslan dengan berani.
“Tunangan yang mana yang anda maksud? Tunangan saya yang sesungguhnya bahkan tak mau mengenakan cincinnya. Mengesankan sekali bukan?” Ucap Pangeran Mahkota sedikit menyindir.
“Aku melihat Lady Rose selalu mengenakan cincin itu, apa ada yang salah?” Tanya Iris, Alice nampak terperanjat.
“Sudah waktunya berangkat, benar bukan Yang Mulia?” Tanya Alice pada Aslan, Aslan hanya berdecak kesal dan memalingkan wajahnya.
“Buka topeng bila anda berani Alice, oh ya dia ini adikku. Jadi dia pantas tahu mengenai gelar mu itu bukan?” Tanya Aslan Kesal, Alice mengangkat bahu.
“Siapa yang peduli soal gelar? Kami berteman karena hati, bukan gelar. Perlu di kasih faham agaknya ya Yang Mulia ini ya?” Kesal Alice, Iris kini mulai tertarik.
“Ah ya, saya rasa saya juga belum mengetahui mengenai gelar anda. Apa anda belum percaya pada saya hingga masih enggan memberitahukannya, sudah tidak apa-apa bila demikian keadaannya. Mari Kak, kita berangkat sekarang.” Tutur Iris dengan senyuman di bibirnya.
“Eh, buka demikian Yang Mulia. Namun gelar saya memang tidak begitu penting, saya juga ingin menjadi pelayan anda tanpa rasa beban. Itulah mengapa.saya tidak ingin anda dan saya justru terhalang oleh sebuah gelar atau status.” Ucap Alice merasa bersalah.