Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32 Sebelas Duabelas.
Udara di siang itu sangatlah terasa gerah sekali. Sepertinya mau turun hujan di siang hari. Karena panas terik matahari tak seperti biasanya. Dari sebagian kota Kembang itu tampak dari jauh, langit yang mulai menghitam dengan awan yang bergumpal.
Di salah satu bangunan rumah yang agak jauh dari deretan-deretan kontrakan yang ada di sekitaran salah satu pabrik tekstil, tepatnya beberapa puluh meter dari belakang pabrik, tampak Gardi, Ki Gendut Ireng dan juga Si Codet sudah berada di dalam rumah yang lumayan besar itu. Rumah dengan model bangunan yang sudah tua dan sedikit tak terawat yang sebelah kanan dan belakang rumah tersebut masih di kelilingi dengan semak belukar dan ilalang yang tumbuh di lahan bekas pabrik yang puluhan tahun silam sudah tak berdiri lagi. Hanya tampak puing-puing bangunan yang lebat dengan tumbuhan liar. Di sebelah kiri dari bangunan rumah itu hanya ada bangunan bekas gudang barang rongsokan yang sudah tak dipakai atau digunakan lagi, dan ke sana nya pesawahan sebahagian warga setempat yang tak begitu luas, karena lokasi area lahannya sudah tergantikan dengan perumahan-perumahan dan juga bangunan pabrik-pabrik baru.
"Inilah tempatku, Brow. Tak terlalu besar sih, tapi mudah-mudahan Lu sama Si Codet betah di sini. kamarnya ada tiga ruang. Lu sama Si Codet di kamar depan saja. Kalau mau ke kamar mandi, tinggal lurus aja ke belakang. Belok kiri, terus ada ruangan dapur dan gudang. Nah di tengah-tengahnya ruangan kamar mandi." Terdengar Gardi berbicara, setelah sepuluh menitan mereka sudah sampai di tempat Gardi.
"Lu di sini sendiri, Brow.?" Ki Gendut Ireng mulai bertanya, pandangan nya di lebarkan ke sekeliling ruangan dalam rumah Gardi.
"Iya lah. Gue sendiri. Dulu mah ada bini Gue. Tapi udah bubaran. Gue dapat orang Cianjur. Tapi Dia tak mau dibawa pindah kesini karena alasan Dia anak bungsu. Gue hanya bertahan lima bulan bareng di Cianjur bareng bekas mertua. Tapi nggak betah banget. Mantan mertua Gue yang perempuan cerewetnya minta ampun lagian kalau Gue lagi ada masalah dengan bini Gue, Dia suka ikut campur. Sementara yang laki nya sebelas dua belas. Hobinya nyeramahin Gue kalau Gue nggak sholat. Males deh Gue, punya mertua sok ngalim dan sok ngulama, Mending kalau Dia nya bertitel seorang Ustadz. Ini mah cuman orang biasa doang.! Ya elaaah kenapa Gue malah curhat ke Lu yah Ndut. Hahahaha. Ya udah. Lu taruh tas nya ke dalam kamar kamu aja." Titah Gardi pada Ki Gendut Ireng dan Si Codet setelah sedikit menceritakan kisah rumah tangga Gardi.
"Hehehe curhat juga nggak apa-apa brow, setidaknya Gue tahu cerita hidup Lu, setelah kita pisah waktu di Tangerang. Ya udah. Det, nih simpan tas Gue ke kamar. Gue mau di disini dulu, hawa nya gerah banget." Ki Gendut Ireng memberikan tas nya yang berisi beberapa pakaiannya yang di bawa dari rumahnya..
"Oke Bos." Si Codet langsung beranjak ke kemar yang ditunjukkan Gardi setelah menerima tas dari tangan Ki Gendut Ireng. Sementara Gardi pun langsung ke kamarnya mau menyimpan tas pinggang nya yang berisi uang serta beberapa perhiasan kalung dan gelang, hasil curian Mirna dan teman-temannya. Setelah tersimpan rapi, Gardi langsung ke dapur untuk memanaskan air yang ada di termos air, untuk menyuguhi teman lama nya itu, barangkali mau minum kopi.
Kurang lebih satu jam kemudian, Gardi dan Ki Gendut Ireng serta Si Codet sudah duduk-duduk santai di ruang depan sambil menikmati kopi hitam dan juga tak ketinggalan dengan rokok nya yang sengaja Gardi belikan untuk kedua tamu nya yang akan menetap bersamanya.
"Lu nggak usah merasa gamam atau canggung tinggal di sini, Ndut, Det. Anggap saja ini rumah kalian, rumah kita bertiga. Apalagi Lu berdua udah mau kerjasama dengan Gue." Terdengar Gardi mulai bicara sambil membumbungkan asap rokok dari mulutnya ke langit ruangan.
"Pokoknya di sini mah bebas. warga sekitaran di sini juga pada cuek apalagi rumah Gue lumayan agak berjauhan dengan rumah warga. Jadi mau pesta miras pun santai saja, Brow. Hahaha." Lanjut Gardi sambil tertawa renyah.
"Wah Gue sama Si Codet pastinya bakalan betah di sini, Brow. Makasih banget yah." Timpal Ki Gendut Ireng sambil mengambil sebatang rokok setelah memadamkan puntung rokok sebelumnya ke asbak di atas meja ( bener-bener kayak kereta api, Ki Gendut Ireng).
"Gue sama Si Codet udah dikasih duit sama Lu. Disediain tempat tinggal yang menurut Gue terasa nyaman. Lu bener-bener temen Gue. Gue berhutang budi pada Lu. Gar." Ki Gendut Ireng kembali berbasa basi. Membuat Gardi tersenyum mengembang.
"Apapun yang Lu butuhkan dari Gue, Lu tinggal ngomong aja, Brow. Eh iya. ngomong-ngomong sorry yah, Lu kerja di mana sih?, terus yang Lu maksud ngajak kerjasama ke Gue dan Si Codet kerjasama apa. Sorry tadi Gue lupa mau nanyain hal ini." jelas Ki Gendut Ireng. Dan bertanya perihal pekerjaan Gardi juga. Gardi yang ditanya begitu nampak santai-santai aja.
"Pekerjaan Gue tak jauh dari pekerjaan Lu dan temen lu, Brow. Sebelas dua belas. Hahahaha." Gardi menjawab pertanyaan Ki Gendut Ireng dengan simpel sambil tertawa dengan santainya membuat Ki Gendut Ireng dan Si Codet masih belum mengerti.
"Mmak..maksudnya sebelas dua belas gimana, Brow.?" Ki Gendut Ireng mencoba ingin lebih jelas lagi. Tatapan nya heran pada wajah Gardi yang selalu menampakkan wajah santainya.
...ΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe