"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makin Memanas
Perseteruan antara suami istri itu tetap berlanjut sudah lebih dari satu minggu lamanya. Lebih tepatnya sang suami yang masih mengobarkan api amarah, sedangkan sang istri kebingungan dengan mata sembab yang belum juga sembuh. Kesalahpahaman terjadi karena tingkat kepercayaan terhadap pasangan setipis tisu. Serta komunikasi yang kurang baik memperburuk keadaan saja.
Seharusnya bukan perkara sulit untuk, seorang Erik mencari tahu kebenaran dari informasi yang didapatkannya. Tapi ego yang tinggi membuat dia kehilangan logika dan hati nurani. Semingguan ini dia tiada henti semakin menyakiti hati Echa dengan semua caci makinya. Seolah Echa merupakan istri penghianat yang sangat tidak pantas mendapat kasih sayangnya.
"Bagaimana rasanya berselingkuh Cha? Kamu perempuan menjijikkan yang pernah aku temui." Kata-kata Erik bagai pisau yang menikam ulu hati.
Sudah tidak terhitung lagi Erik menyakiti hati Echa, tapi sekalipun Echa tidak ingin membalasnya. Echa masih berfikir jika Erik masih dalam pengaruh salah paham. Ingin rasanya Echa menjelaskan semua hal.
Tapi lagi dan lagi Erik seolah tidak memberikan waktu untuk Echa berbicara sedikitpun. Kerenggangan rumah tangga Erik merupakan rencana dari dua orang yang sangat ingin melihat Erik hancur. Dan saat ini mereka menang, karena usaha mereka telah lima puluh persen berhasil. Ya orang itu tidak lain adalah Bella dan Rio.
"Jika kamu tetap seperti ini, lebih baik kita pisah mas Erik." Pada akhirnya kalimat paling dibenci keluar dari bibir Echa.
Langkah Erik terhenti sesaat setelah mendengar Echa berbicara. Selanjutnya dia justru memilih keluar rumah dengan membanting pintu dengan sangat kencang.
"Mas Erik, kamu salah paham. Tolong dengarkan aku." Luruh sudah pertahanan Echa, dia jatuh bersimpuh di lantai sambil meremas perutnya.
Sedangkan Erik sudah jauh meninggalkan rumah, dia pergi menemui sahabatnya untuk mencari solusi untuk masalahnya.
Sesampainya di rumah Anto asisten pribadi sekaligus sahabatnya, Erik membanting tubuhnya di sofa dan langsung bercerita tentang foto Echa yang dikirim oleh nomer tidak dikenal.
"Kamu sudah mencari tahu kebenarannya seperti apa?" Tanya Anto tapi hanya gelengan kepala yang terlihat. Sedangkan Anto memijat pelipisnya memikirkan sikap gegabah bos nya ini.
"Kamu pintar dalam dunia bisnis, kamu juga sudah hampir lulus magister. Tapi urusan begini kenapa kamu menjadi sangat bodoh. Kasihan Echa, pasti kamu sudah menyakitinya."
Meskipun kesal mendengar omongan Anto, tapi semuanya benar. Erik sudah sangat menyakiti hati Echa dengan tuduhan-tuduhan palsunya. Belum lagi sikap dingin yang dia lakukan hampir semingguan ini. Yang dulunya penuh perhatian sekarang hanya ada pengabaian. Sesungguhnya Erik menyesal telah menyakiti istri tercintanya. Tapi kembali ego telah menguasai pikiran Erik.
"Besok, aku akan secepatnya menyelidiki tentang foto itu. Sekarang kamu pulanglah sebelum kamu benar-benar menyesal." Usir Anto hati-hati.
Tanpa kata, Erik segera berlalu dan kembali ke rumah. Dia juga ingin segera melihat wajah istri yang sebenarnya dirindukan itu. Dalam perjalanan, bayangan mata sembab sang istri menghantui pikiran Erik.
Sesampainya di rumah, Erik merasa heran sebab pintu rumah tidak terkunci. Dan keadaan rumah menjadi sepi tanpa ada tanda kehidupan.
Deg
Deg
Jantung Erik berdetak begitu cepat, pikiran buruk jika istrinya pergi meninggalkan dirinya membuat rasa gelisah luar biasa.
"Dek.. Echa.. Kamu dimana, jangan buat mas khawatir sayang." Tanpa sadar kekhawatiran membuat rasa kasih sayang Erik kembali dan melupakan kemarahannya.
Erik berlari membuka semua pintu, hingga dia menemukan sang istri sedang tergeletak di dekat dapur dengan darah yang mengalir disela kaki nya. Wajah Erik langsung pucat pasi seolah kehabisan darah.
Digendongnya Echa menuju mobil yang terparkir. Banyak pasang mata yang menanyakan apa yang terjadi. Tapi Erik tak hiraukan semua, fokusnya adalah keadaan istrinya. Sesampainya di mobil dia letakkan sang istri di kursi penumpang, sedangkan dia ingin kembali ke depan untuk menyetir mobil. Hingga ada suami ibu kos yang melihat saat Erik berlari tadi menawarkan bantuan membawa mobil menuju rumah sakit.
Erik memangku kepala istrinya sambil terisak karena merasa penyesalan yang luar biasa. Dadanya terasa sesak ketika melihat darah yang mengering diantara baju dan kaki Echa.
Tak butuh waktu lama, karena bapak kos mengendarai mobil dengan lumayan kencang. Setibanya di rumah sakit, sangking khawatirnya Erik kembali menggendong istrinya berlari mencari dokter.
"Dokter... Dokter... Tolong istri saya." Teriaknya di depan pintu UGD.
"Silahkan tuan letakkan dibrangkar istrinya, kami akan segera memeriksanya. Ucap salah satu perawat. Dengan sigap mereka membawa Echa ke dalam UGD untuk di berikan pertolongan. Cukup lama waktu yang harus ditunggu Erik untuk mengetahui kondisi istrinya. Membuat Erik merasa frustasi.
Ceklek
Pintu terbuka dan muncullah dokter dengan tatapan penuh arti. Dokter paruh baya itu segera menghampiri Erik dengan wajah sendu.
"Apakah Anda suami pasien?, boleh ikut ke ruang saya sebentar." Ucap sang dokter sambil berjalan menuju ruangan disamping ruang UGD. Sedangkan Erik mengikutinya dengan langkah berat. Seperti tidak siap mendengarkan.
"Silahkan duduk dulu tuan, saya akan menjelaskan dengan detail kondisi istri Anda." Kata pak Dokter.
"Pasien mengalami dehidrasi parah disertai kondisi lambung yang tidak baik. Mungkin pasien tidak memenuhi asupan gizinya akhir-akhir ini. Diduga juga pasien menderita stres berat dan itu mempengaruhi kandungannya yang masih sangat muda." Kata dokter.
Kalimat terakhir dokter menjadi gada besar yang menghantam dada Erik. Bak hancur tanpa sisa, penyesalan Erik seolah tidak ada artinya.
"A..apa hamil dok?" Tanya Erik terbata-bata tak terasa air mata mengalir deras tanpa rasa malu sedikitpun dihadapan dokter.
"Betul, istri Anda sedang hamil. Kondisi kandungannya memburuk. Tadi saya sudah menghubungi dokter kandungan untuk mengobservasi lebih lanjut istri Anda. Kita tunggu kabar dari beliau dulu." Lanjut dokter paruh baya yang pertama menolong itu adalah dokter umum yang sedang piket jaga di UGD malam ini.
Tak lama kemudian, seorang dokter wanita ikut masuk ke ruangan dengan penjelasan yang ditunggu Erik.
"Kondisi kandungan pasien baru 3 minggu, dan sepertinya pasien tidak menyadari tentang kehamilannya. Kemungkinan pasien selama semingguan ini mengalami mual muntah parah. Ditambah beban pikiran yang berat. Hal tersebut mengakibatkan calon janin tidak mendapatkan asupan yang baik. Bersyukur karena meskipun demikian, sang jabang bayi masih bisa bertahan." Penjelasan dokter kandungan.
Ada rasa haru dan bahagia mengetahui calon anaknya masih bertahan. Dengan langkah gontai, setelah berpamitan dengan para dokter. Erik ingin melihat kondisi sang istri yang telah dia abaikan seminggu ini.
Ceklek
Dibukanya perlahan ruangan VIP ini, memang setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter kandungan tadi. Echa langsung dipindahkan ke ruang perawatan.
Semakin melebar rasa penyesalan Erik melihat tubuh istrinya yang semakin kurus kering seperti tidak terawat. Betapa bodohnya dia, hanya karena satu foto mengakibatkan kemarahan menggebu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Update.
Adakah yang masih menunggu kelanjutan cerita ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak, like, komen, dan share karya pertamaku ini.
Terima kasih.
By : Erchapram