Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Ingin membuat kejutan
Pagi harinya di meja makan pak Hilman , bu Rima, Viona, adik pak Hilman serta anak- anaknya berkumpul di meja makan untuk sarapan pagi. Hari ini Viona dibantu oleh tante Selvi memasak nasi uduk , dadar telur dan orek tempe.
"Dek, saya ,mbakmu, juga Viona rencananya mau pulang hari ini...?" ucap pak Hilman pada adik perempuannya.
"Lho nggak jadi nunggu sampai tujuh harinya ibu mas...?" tanya Selvi.
"Maaf dek, kayaknya nggak, mas ada urusan pekerjaan. Maaf ya nanti mas sama mbakmu nggak bisa bantuin acara tujuh harian ibu..." ucap pak Hilman yang sebenarnya tidak enak hati pada sang adik.
Selvi adalah adik pak Hilman yang menempati rumah nenek. Ada satu lagi adik pak Hilman yaitu Doddy yang rumahnya tidak jauh dari rumah nenek.
"Ya udah mas, nggak papa kan masih ada mas Doddy dan istrinya yang nanti bantuin saya..." jawab Selvi.
"Mas sudah pesan tiket pesawatnya...?" tanya Selvi.
"Belum dek..." jawab Pak Hilman.
"Viona kamu pesan tiket pesawat sana, cari penerbangan siang ini. Pake uang kamu ya, uang ibu tinggal sedikit. Gajian ayahmu masih lama...'' ucap bu Rima.
"Iya bu..." jawab Viona lalu mengambil ponselnya kemudian memesan tiket secara on line.
"Ayah, ibu, tiket untuk penerbangan siang sudah habis, tinggal penerbangan sore, jam enam .." ucap Viona.
"Ya udah nggak papa, yang penting kita pulang hari ini..." jawab bu Rima.
"Iya bu..." jawab Viona lalu memesan tiket.
Setelah selesai sarapan Viona, dan bu Rima masuk ke dalam kamar untuk merapihkan pakaiannya dan barang- barangnya dan memasukkannya ke dalam koper agar nanti sore mereka tinggal berangkat.
"Viona, kamu sudah merapihkan barang- barangmu...?" tanya bu Rika dari pintu kamar Viona.
"Sudah bu, Viona sudah memasukkannya ke dalam koper..." jawab Viona.
"Baguslah, ayo sekarang kita keluar beli oleh- oleh buat Bara, Karin sama buat mertua kamu. Nggak enak kan kalu kita pulang nggak bawa oleh-oleh..." ucap bu Rima.
"Iya bu..." jawab Viona.
"Jangan lupa kamu bawa dompet..." ucap bu Rima
"Iya ...'' jawab Viona.
Mereka berdua pun naik taksi kemudian pergi ke pusat oleh- oleh di kota Malang. Sampai di sana bu Rima dan Viona sibuk memilih oleh- oleh yang akan mereka bawa ke Jakarta. Viona membeli beberapa bungkus oleh- oleh khas malang. Begitu juga dengan bu Rima, dia antusias sekali berbelanja. Sampai troli yang dia bawa penuh dengan oleh- oleh. Ada makanan dan juga cindera mata.
Tentu saja bu Rima membeli oleh- oleh sebegitu banyaknya, karena selain membeli oleh- oleh untuk keluarga, dia juga membeli untuk teman- teman sosialitanya. Dia akan malu sama mereka jika bepergian tapi pulang dengan tangan kosong. Karena pasti akan diledek sama mereka.
"Bu, banyak banget belanjanya, buat siapa saja...?" tanya Viona yang melihat troli yang di dorong oleh sang ibu begitu penuh.
"Iya, kan yang mau dikasih oleh- oleh juga banyak. Udah nih kamu bawa ke kasir. Kamu yang bayar semuanya ya..." ucap bu Rima memberikan trolinya pada Viona.
"Ta..tapi bu i..ini..."
"Sudah jangan protes, ini kan oleh- oleh buat suami dan mertua kamu..." sahut bu Rima.
"Tapi ini apa nggak terlalu banyak bu...?" tanya Viona.
"Kamu pelit amat sih Viona cuma bayarin oleh- oleh segini aja nggak mau..." ucap bu Rima kesal.
"Bu ...bukannya nggak mau bu, tapi ini..."
"Sudah nggak usah banyak omong lagi, sana kamu ke kasir dan bayar semuanya..." bu Rima terlihat marah.
"I..iya bu..." jawab Viona sambil mendorong troli ke kasir.
Setelah selesai belanja Viona dan bu Rima pun kembali pulang ke rumah nenek.
Pukul lima sore pak Hilman, bu Rima dan Viona berpamitan dengan adik dan saudara yang lain untuk pulang kembali ke Jakarta. Mereka akan diantarkan oleh suami tante Selvi ke Bandara. Dari rumah ke Bandara ditempuh sekitar empat puluh lima menit.
Pukul lima lewat empat puluh lima menit pak Hilman, bu Rima serta Viona pun sudah sampai ke Bandara. Mereka sudah bersiap- siap untuk masuk ke dalam pesawat.
Perjalanan dari Malang menuju Jakarta ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam tiga puluh sembilan menit. Dan pada pukul tujuh lewat tiga puluh sembilan menit mereka telah tiba di Jakarta. Viona kemudian memesa taksi untuk mengantar kedua orang tuanya dulu ke rumah, setelah itu baru lanjut ke rumahnya.
"Viona, kamu sudah mengabari suamimu dan juga Karin kalau kita pulang malam ini...?" tanya bu Rima ketika mereka sudah berada di dalam taksi.
Pak Hilman duduk di kursi samping sopir, sedangkan Viona dan bu Rima duduk di kursi belakang.
"Nggak bu, Viona sengaja nggak kasih kabar ke mereka, Viona mau kasih kejutan buat mas Bara..." jawab Viona.
"Oh, ya sudah. Oya besok kamu suruh Karin pulang ya. Ibu sudah kangen sama adikmu itu..." ucap bu Rima.
"Iya bu..." jawab Viona.
Setelah satu jam perjalanan mereka sampai di rumah orang tua Viona. Pak Hilman dan bu Rima turun dari taksi, kemudian Viona melanjutkan perjalanan ke rumahnya.
Pukul setengah sepuluh malam Viona pun sampai di depan rumahnya. Kemudian dia membayar ongkos taksi. Mendengar ada mobil yang berhenti di depan rumah pak Jaja sopir sekaligus penjaga rumah Viona membukakan pintu pagar.
"Lho ibu Viona sudah pulang...? Kata bi Yuni ibu pulangnya tiga hari lagi...?" tanya pak Jaja.
"Tadinya sih gitu pak, tapi orang tuaku ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal jadi kami pulang lebih awal....'' jawab Viona.
"Oh begitu, silahkan masuk bu..." sahut pak Jaja.
"Oya, apa mas Bara dan Karin sudah pulang dari kantor pak...?" tanya Viona.
"Sudah pulang sejak sore bu, sekarang semenjak bu Viona pergi, pak Bara dan non Karin selalu pulang sore. Nggak pernah pulang malam...." jawab pak Jaja.
"Mungkin kerjaan di kantor lagi nggak banyak kali ya bu jadi mereka bisa pulang sore nggak seperti dua minggu lalu pulangnya larut malam terus..." sambung pak Jaja.
"Iya kali pak, tapi syukurlah kalau nggak lembur lagi, kasihan kalau tiap hari lembur, badannya capek..." sahut Viona.
"Ya udah pak saya ke dalam dulu ya...." ucap Viona.
"Mari bu, saya bawakan kopernya..." ucap pak Jaja.
"Nggak usah pak, oya ini oleh- oleh untuk pak Jaja buat teman ngopi..." ucap Viona memberikan paper bag berisi oleh- oleh.
"Wah terima kasih banyak bu Viona saya dibawakan oleh- oleh..." jawab pak Jaja.
Viona tersenyum lalu berjalan menuju teras rumahnya. Viona lalu menekan bel pintu. Tak lama kemudian bu Yuni yang kebetulan belum tidur langsung bergegas membukakan pintu.
"Bu...Bu Viona..." ucap bi Yuni kaget begitu membuka dan yang datang adalah majikannya.
"Bi Yuni kenapa sih, kok kaget gitu...? Kaya lihat hantu saja..." ucap Viona sambil terkekeh.
"Bu..bu Viona kok sudah pulang..? Bu...bukannya masih tiga hari lagi di Malang...?" tanya bi Yuni yang terlihat panik.
"Iya bi, tapi ibuku udah nggak betah mungkin karena sudah terlalu lama di sana..." jawab Viona sambil masuk ke dalam rumah.
Bi Yuni menutup pintu lalu segera mengikuti sang majikan.
"Mas Bara sudah tidur ya bi...?" tanya Viona.
"Su..sudah bu Viona...." jawab bi Yuni.
"Oh, ya udah saya langsung ke kamar aja deh, mau bikin kejutan buat mas Bara..." ucap Viona sambil tersenyum lebar.
"Ehm...anu bu Viona..." ucap bi Yuni sambil menahan tangan Viona.
"Kenapa bi...?'' jawab Viona yang hendak menaiki tangga.
"Bu Viona nggak mau makan malam dulu...?" tanya bi Yuni.
"Nggak bi, saya sudah makan tadi di pesawat, masih kenyang..." jawab Viona lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
"Tunggu..tunggu bu Viona...." lagi- lagi bi Yuni menahan tangan Viona.
"Apa lagi bi..?" tanya Viona kembali berhenti.
"Saya buatkan teh dulu buat bu Viona ya..." ucap bi Yuni.
"Nggak usah lah bi,saya sudah minum air putih tadi...'' jawab Viona.
"Iya tapi , bu Viona jangan ke kamar dulu, bibi kangen sama bu Viona pengin ngobrol..." ucap bi Yuni.
"Aduh.. Besok saja deh bi, saya capek, ingin istirahat. Lagian saya juga mau cepat- cepat ketemu sama mas Bara,saya kangen bi..." sahut Viona lalu dengan cepat dia menaiki anak tangga.
"Ya Alloh bu Viona , bagaimana ini..." bi Yuni panik lalu ikut menyusul Viona menaiki anak tangga.
Ketika sampai di depan pintu kamarnya tiba- tiba Viona berhenti. Samar - samar dia mendengar suara aneh. Dia pun menoleh ke kiri dan ke kanan. Untuk memastikan suara itu datangnya dari mana.
"Aaaahhh....ssttthh...aaahhhhh.... "
"Suara apa itu..." batin Viona.
Bi Yuni yang sudah mendekati Viona pun menghentikan langkahnya. Viona menoleh ke arah bi Yuni.
"Bi... Sini.." ucap Viona setengah berbisik sambil melambaikan tangan.
Perlahan bi Yuni pun mendekat.
"Ada apa Bu Viona...?" tanya bi Yuni ikut berbisik.
"Bibi dengar nggak suara itu...?" tanya Viona.
"Aaaaahhhhh.... Iyaaa... Terussss lebihhh... Cepattttt.... Aaaahhhh.... "
Kali ini suaranya terdengar lebih jelas dan itu adalah suara perempuan.
"Ya Alloh... Ya Alloh ...'' gumam bi Yuni sambil memegang dadanya serta menggelengkan kepalanya.
"Aaahhhhh.... Nikmat sekali Karinn ..."
"Iya kak.. Lebih cepat kak.... Lebih cepat iya ayoo.... Ahhhh....."
"Ka...Karin... Mas... Bara... Su suara itu berasal dari dalam kamar... Apa yang sedang mereka lakukan... !'' ucap Viona dengan jantung yang berpacu dengan kencang.
Viona segera memutar handle pintu kemudian memutarnya dan pintu yang tak dikunci itu pun terbuka.
Mata Viona melebar dengan sempurna meliat apa yang terjadi di depan matanya.
Bersambung...