Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Anin menarik nafas lalu membuangnya pelan, saat ini ia telah berdiri di depan kamar VIP bos nya untuk mengantarkan makanan sesuai dengan apa yang di perintahkan padanya. Sedikit rasa takut hinggap di hati nya, bagaimanpun ini kali pertama nya melayani sang bos, jangan sampai ia membuat masalah yang berkahir menjadi hari terakhir nya bekerja disana.
Anin hendak menekan bel kamar, tetapi terhenti ketika pergelangan tangannya di pegang oleh seseorang. Ia menoleh ke arah pemilik tangan yang mencegahnya, terlihat seorang wanita cantik dengan pakaian minim bahan dan makeup sedikit tebal tetapi terlihat begitu cocok padanya.
"Maaf Nona, apa yang anda lakukan?" tanya Anin dengan sopan.
Wanita itu melepaskan tangannya dari tangan Anin, ia tersenyum mendengar pertanyaan darinya, wanita itu lantas menepuk pelan bahunya yang mana membuatnya semakin kebingungan.
"Biar saya yang antar." Ucap wanita itu lalu menekan bel dan menggeser tubuh Anin hingga tubuh wanita itu yang berdiri di belakang trolley makanan.
"Tapi Nona, ini adalah tugas saya." Cegah Anin hendak mengambil alih trolley makanan itu namun terhenti ketika pintu terbuka.
"Hai!!!" panggil wanita itu dengan manja lalu memeluk erat tubuh tegap pria di hadapannya.
Anin menunduk sopan sebagai bentuk penghormatan pada bos nya. Matanya sesekali mencuri pandang untuk melihat reaksi bos nya yang tampak biasa saja dengan wajah yang terlihat datar.
"Maafkan saya Tuan, saya sudah mencegah--" ucapan Anin terhenti ketika tangan dengan urat-urat yang menonjol itu terangkat.
"Kau boleh pergi." Potong pria itu dengan nada tegas.
Anin menelan gumpalan saliva nya sulit, ia hanya bisa menurut sebelum kehilangan pekerjaan yang baru saja di dapatkannya.
"Baik, Tuan. Permisi," balas Anin lalu pergi.
Anin masuk ke dalam lift, namun tanpa sengaja matanya menangkap pemandangan antara bos dan wanita yang tadi mencegah nya tengah berciuman cukup panas, ia lihat tangan besar bos nya pun sudah menjalar ke bagian dada si wanita hingga membuat ekspresi wajah yang ia sendiri tidak tahu.
Anin menutup mata seraya menekan tombol lift agar pintu bisa secepatnya tertutup, rasanya ia tidak kuat melihat adegan yang sebelumnya tak pernah ia saksikan. Jantungnya semakin berpacu menyadari adegan erotis tadi.
"Apakah wanita tadi istri bos, kenapa mereka bukan melakukannya di dalam saja, kenapa harus di luar sehingga aku melihatnya!" gerutu Anin menggeleng, berharap bayangan adegan itu menghilang dari ingatannya.
Setelah sampai di lantai dasar, Anin langsung pergi ke restoran dengan wajah yang kurang enak di pandang. Beberapa teman kerjanya hanya bisa terkekeh memperhatikan dirinya, begitupun Ratna hingga membuatnya bingung.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Anin dengan polosnya.
"Ngeliat gak?" tanya Desi seraya menyenggol lengan Anin.
"Ngeliat apa?" tanya Anin balik, ia masih belum mengerti ucapan temannya ini.
"Adegan si bos sama ceweknya." Jawab Hardi diakhiri tawa.
Anin tersadar, apakah teman-teman nya pernah mengalami hal serupa dengannya? mengapa mereka semua terlihat begitu biasa saja bahkan tertawa seakan mereka sudah lebih berpengalaman.
"Jangan tegang gitu ah, udah biasa Nin." Pungkas Ratna menghentikan tawanya lalu duduk di salah satu kursi yang ada disana.
"Maksudnya kalian juga pernah lihat?" tanya Anin penasaran.
"Kamu lihat lagi apa, bibir atau bawah?" tanya Desi memberi kode.
"Eumm bibir." Jawab Anin ragu.
"Ck, itu kecil. Coba kamu tanya Hardi sama Bima," timpal Desi kembali mengundang gelak tawa.
Ada apa ini sebenarnya, ah apakah bos nya itu sama seperti di film-film yang suka memanjakan istrinya di tempat mewah, maklum kan orang kaya pasti ada aja sifatnya.
"Sini aku jelasin, kasian banget kamu kebingungan." Ajak Ratna menepuk kursi di sebelahnya.
Anin menurut, ia duduk di sebelah Ratna yang siap bercerita. "Gimana sih Kak, kalian kok kaya udah biasa banget?" tanya Anin heran.
"Jadi bos kita itu memang begitu, suka main perempuan, bahkan sifatnya yang seperti itu sudah terkenal di kalangan pebisnis maupun masyarakat." Jawab Ratna bisik-bisik.
"Orang biasa menyebut Pak Arsen dengan sebutan 'casanova' karena sifatnya itu. Jangan aneh kalo kamu lihat adegan gak biasa, kami semua disini juga pernah merasakan, bahkan lebih dari yang kamu lihat tadi." Lanjut Ratna masih dengan mode bisik-bisik.
"Jadi bos kita namanya Pak Arsen?" tanya Anin diangguki Ratna.
"Arsenio Lucifer." Jelas Ratna seraya menepuk bahu Anin.
"Lupakan dan lanjutkan pekerjaan mu." Perintah Ratna lalu pergi meninggalkan Anin yang masih mencerna kata-kata seniornya itu.
Anin mengucek matanya sendiri yang sudah begitu terasa lengket ingin terpejam setelah semalaman bergadang karena pekerjaan.
Jam menunjukkan pukul 1 malam, Anin berniat untuk pulang tetapi teman-teman nya melarang dengan alasan 'sudah malam, anak gadis gak baik jalan sendiri' kata mereka dengan kompak, alhasil saat ini ia berada di mes yang di sediakan untuk para karyawan.
"Lagian Nin, mending kamu tinggal di sini aja sih. Gratis dan nyaman, daripada di kos kan bayar." Ucap Desi memberi saran.
"Sebenarnya aku tinggal di rumah paman dan bibi ku." Timpal Anin dengan mata terpejam.
"Oh gitu, ya udah ayo tidur, besok kita dapat sift pagi." Ajak Desi hanya diangguki kecil oleh Anin yang sudah sejak tadi tak tahan untuk tidur.
Sebenarnya Anin agak sedikit takut, ia tadi pergi tanpa diketahui oleh siapapun dan sekarang ia tak dapat pulang. Bagaimana jika paman dan bibinya mencari dirinya, namun Anin tak ada pilihan lain karena waktu pun sudah sangat larut.
Sementara itu di tempat lain, seorang pria dengan wanita tengah memadu kasih dengan aktivitas terlarang yang menggairahkan. Si wanita yang tak henti menjerit dan si pria yang seakan enggan menyudahi aktivitas itu.
3 jam berlalu, wanita itu sudah terkulai lemas tak bertenaga setalah di gempur habis-habisan oleh pria idamannya.
"Pergilah, dan ambil ini." Usir Arsen seraya melempar cek kosong ke arah Monic.
"Tidak bisakah aku istirahat sebentar, tubuhku remuk semua." Ujar Monic seraya memegangi pinggangnya.
"Silahkan, tetapi jangan harap kau akan mendapat bayaran, karena ranjang yang kau tiduri saat ini jauh lebih berharga ketimbang tubuhmu." Balas Arsen dingin.
Monic menghela nafas, seperti kebanyakan cerita teman-temannya bahwa Arsen akan membuang begitu saja wanita yang telah ia tiduri, salah satunya ada dirinya.
Dengan lunglai ia memunguti pakaiannya lalu memakai dengan cepat, ia harus segera pergi sebelum ancaman itu benar-benar di dapatkannya.
"Terima kasih Tuan, saya permisi." Pamit Monic dengan keadaan yang masih acak-acakan.
Arsenio Lucifer, sosok pria yang kini tengah duduk di balkon kamar seraya menghisap nikotin berbentuk batangan, asap yang mengepul dari mulutnya lalu terbang ke udara membuatnya terlihat lebih menawan.
Siapa yang tak kenal sosok Arsen, pengusaha besar dengan tingkah laku ganti pasangan setiap jam membuatnya tak urung di dambakan oleh para wanita, bahkan tak jarang para putri dari pebisnis besar rela hanya naik ke ranjangnya demi bisa bersama Arsen meski semalam saja.
Arsen menekankan ujung puntung rokok nya ke asbak perak yang ada disana, ia lalu beranjak masuk dan meraih ponselnya yang terletak di ranjang.
"Siapkan dia, saya akan kesana." Ucap Arsen pada orang di sebrang sana lalu melempar ponselnya ke ranjang.
Arsen masuk ke dalam kamar mandi, ia harus membersihkan diri dari bekas-bekas menjijikkan wanita murahan tadi dan bersiap untuk menemui wanita selanjutnya.
Banyak uang dan tampan membuat Arsen begitu mudah mendapatkan wanita cantik bahkan masih tersegel, banyak gadis-gadis yang rela menukar masa depannya hanya demi beberapa lembar uang untuk sekedar membeli makeup ataupun kuota internet.
Setelah 20 menit berada di walk in closet, penampilan Arsen yang awalnya hanya menggunakan bathrobe kini sudah berganti layaknya sosok pengusaha ternama. Jas hitam dipadukan kemeja putih dengan tiga kancing atas terbuka, memperlihatkan bentuk dadanya yang sempurna dan di idamkan oleh banyak wanita.
Jika Arsen mau, dalam sedetik saja ia bisa mendapatkan puluhan wanita yang siap bertekuk lutut padanya, karena selain tampan ia juga terkenal besar dalam memberikan bayaran pada wanita-wanita yang habis ditiduri.
Arsen tak pernah menyesal ataupun terganggu dengan gosip yang sering beredar tentangnya, karena pada kenyataannya ia tetap menjadi pengusaha teratas di berbagai negara dan yang terpenting masih banyak wanita bahkan putri pengusaha terkenal yang siap di jadikan pendamping, lantas kenapa ia harus berubah jika hidup seperti ini saja begitu nikmat.
"Nikmati hidup mu dengan cara apapun, karena hidup hanya satu kali." Arsenio Lucifer.
Like, vote dan komennya ditunggu 🥰
To be continued
aku milih bang tio
ini ni klw lagu bilang antara nyaman dan cinta jadi bikin dilema