Nidu Dorgan seorang bos ganster ibukota tak pernah menduga, dia akan tertukar roh dengan seorang pelajar culun bertubuh gendut dan sering jadi korban bullyan teman-teman sekolahnya. Semenjak pelajar itu dimasuki roh Nidu Dorgan, sang pelajar culun ini tiba-tiba berubah bak ganster, dia tak segan hajar semua pelajar yang selama ini membullynya. Tak ada yang mengira, si pelajar ini aslinya bukan si pelajar culun itu. Masalah mulai timbul, saat tubuh si ganster yang masih koma di rumah sakit mulai sadar dan kaget tubuhnya berubah jadi Nidu Dorgan, padahal dia merasa masih seorang pelajar culun. Kelucuan, ketegangan dan juga kelakuan Nidu bikin anak buahnya kebingungan, kenapa Nidu Dorgan berubah penakut dan tak lagi kejam. Kekasih Nidu yang merupakan anak Kepala Ganster paling berpengaruh sampai aneh melihat kelakuan Nidu yang berubah jadi ‘jinak’ ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mrd_bb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Pembunuh pa Tarman Ternyata..???
Nidu jemput bu Nat di rumahnya yang kecil tapi enak di lihat, andai tak di towel, Nidu betah sekali berada di sini.
“Aku tinggal di sini dengan adik laki-lakiku yang masih SMP dan ibuku. Masih nyicil, belum lunas, 3 tahunan lagi,” ceplos bu Nat apa adanya dan duduk di jok mobil SUV mahal ini.
Sepanjang jalan mereka terus bercakap-cakap, hingga tak terasa mereka sampai di tempat tujuan. Walaupun beberapa kali jalan merambat, tapi karena sama-sama happy, perjalanan jadi tak terasa membosankan.
Lucunya saat berdekata wajah dan Nidu ‘gemes’ ingin mencipoknya, bu Nat langsung menghindar.
“Nanti saja, aku rasa aneh di cium bocil!” seloroh bu Nat dan otomatis Nidu pun sadar, kalau raganya saat ini adalah raga Reza.
Rumah yang mereka tuju berada di Tangerang Selatan, sudah masuk sebuah perkampungan.
Nidu sampai 3x bertanya, hingga sampailah mereka di sebuah rumah kecil semi permanen yang sangat sederhana. Mereka bahkan harus jalan kaki hingga 150 meteran untuk sampai di depan rumah kecil ini, yang kiri kanannya adalah kebun singkong.
Setelah mengetuk pintu, terdengarlah langkah kaki dan pintu terbuka, terlihat sosok wanita setengah tua, yang rambutnya sudah ubanan, dia tak langsung buka lebar pintunya, tapi hanya longokan kepalanya.
“Kalian mau cari siapa?” tanya wanita tua ini.
“Apakah ini Bibi Janah?” tanya Nidu.
“Benar…kalian berdua ada keperluan apa mencariku?” tanya balik wanita ini sambil menatap curiga.
“Bolehkah kami masuk bi, ada yang sangat penting ingin aku sampaikan. Tenang saja, kami bermaksud baik, karena ini menyangkut pa Tarman…!” kembali Nidu bicara perlahan, ucapan ini sukses bikin si wanita tua ini kaget lalu memperlebar daun pintu rumahnya.
“Hmm…silahkan!” wanita tua ini menarik daun pintunya.
Pintu pun terbuka lebar dan Nidu bersama bu Nat tak ragu masuk, di ruangan tengah yang kecil ini hanya ada dua bangku kayu yang terhalang meja.
Nidu dan bu Nat otomatis duduk bersisian dan dempetan. Karena tubuh keduanya memang agak besar, sedangkan bangku satunya diduduki bibi Janah.
Setelah mengenalkan diri, Nidu pun secara perlahan sebut kalau dia didatangi pa Tarman yang mengaku sebagai kakak dari bibi Janah.
“Beliau berpesan, agar menemui bibi di sini!”
“Hmm…apa lagi pesannya pada kamu Nidu?” pancing bibi Janah, yang terlihat tenang-tenang saja.
“Ee…pesannya, kelak akan kembalikan roh aku ke tubuh asal, saat ini tubuh yang aku tempati milik Reza, muridnya bu Nat ini!” aku Nidu apa adanya. Sekaligus secara panjang lebar ceritakan sesuatu yang mustahil di dunia modern saat ini.
Bibi Janah anehnya sama sekali tak terkejut saat tahu Nidu tertukar roh.
“Asal kalian tahu, Tarman abang ku itu di bunuh orang jahat 3 tahunan yang lalu. Dia sering datang lewat mimpiku dan meminta agar aku mau membalaskan dendam pada pembunuhnya. Tapi aku tak bisa bantu dia, aku seorang wanita, tua dan miskin lagi, apalah dayaku. Sedangkan pembunuhnya kuat dan kaya raya..!” sahut bibi Janah, hingga Nidu dan bu Nat terkaget-kaget lalu saling pandang.
“Siapa yang membunuh pa Tarman bi?” kembali Nidu bertanya.
“Sahabatnya sendiri…!” sahut bi Janah lagi.
“Maaf kalau boleh tahu, siapakah namanya..?” kembali Nidu mendesak.
“Namanya…Tuan Marko, orang ini terkenal sebagai bos gangster, padahal mereka berteman layaknya saudara sejak masih sama-sama muda dan miskin.” ceplos bibi Janah, hingga Nidu kaget bukan kepalang.
Tentu saja dia tahu siapa tuan Marko, bigbosnya sendiri dalam organisasi gangster mereka.
“Boleh tau…bagaimana ceritanya, kenapa tuan Marko membunuh pa Tarman bi?” Nidu yang penasaran kembali bertanya.
Bibi Janah terlihat menarik nafas panjang, dia lalu menatap Nidu dan bu Nat bergantian.
“Ini semua gara-gara harta karun berupa intan yang ditemukan Abangku. Tuan Marko terlalu serakah sehingga tega berkhianat, padahal Abang ku lah yang memilikinya. Lalu dia minta tolong ke tuan Marko agar mau menjualkannya, dan kelak akan di beri 50% dari harga penjualan itu!”
Bibi Janah lalu lanjutkan kisahnya, dalam perjalanannya, Tuan Marko yang serakah malah menipu dan membunuh pa Tarman, setelah tahu harga intan itu lebih dari 20 triliunan.
Melongolah Nidu, walaupun dia kaya raya, tapi kekayaannya tak seujung kuku dari harga intan tersebut.
Nidu pernah iseng ngitung hartanya, tak lebih dari 100 miliaran saja. “Pantas tuan Marko begitu berkuasa, ternyata selain kaya raya berkat jadi ketua organisasi gangster, dia juga tajir karena miliki intan berharga mahal,” pikir Nidu.
Bibi Janah lalu masuk ke kamarnya yang merangkap dapur kecil dan membawa sebuah foto lusuh.
“Inilah Abangku dengan dua biji intan bernilai mahal itu,” bibi Janah perlihatkan 3 foto berkuran 3R tersebut ke Nidu dan bu Nat.
Anehnya bibi Janah ngaku tak tahu bagaimana caranya pa Tarman bisa menemukan dua batu berharga fantastis tersebut.
Membulatlah mata Nidu, dua intan sebesar telor bebek berwarna hitam kebiruan ini memang sangat langka dan mahal.
Juga dia bisa menatap tampang pa Tarman lebih jelas di 3 foto tersebut. “Inilah si tukang cukur dan yang menemuiku malam-malam di atas balkon,” batin Nidu.
**
Lanjutkan terus yaa