Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUSKAH INI BERAKHIR?
Ela memutar bola matanya dan menghela nafas. Dia tidak suka direndahkan dengan nada bicara seperti Adzkiya. Elaina hanya ingin bisa keluar dari permainan ini secepatnya.
"Mulai saja permainannya. Aku ingin segera menyelesaikannya dengan cepat." Kata Ela yang mulai tidak sabar.
"Baiklah. Aku akan mulai. Permainan dimulai! Selamat bermain ya, Elaina." Jawab Adzkiya sembari mengacak posisi kartu.
Ela mulai mengingat posisi kartu yang diacak. 10 detik berlalu, dan kini dia harus membuka kartu yang memiliki gambar sama. Babak pertama, Ela berhasil lolos. Babak kedua, Adzkiya mengambil dua kartu dengan gambar yang sama, gambar Beruang kutub.
Totalnya sekarang mencapai 12 kartu. Begitu Adzkiya mengacak kartu gambar tersebut, Ela kembali mengingat setiap gambar saat melihat Adzkiya mengacak kartu tersebut. Sehingga saat 10 detik kesempatannya untuk mengingat, Ela tinggal meyakinkan diri untuk posisi kartu bergambar.
Lagi-lagi gadis berambisi hitam itu berhasil menyelesaikan permainan. Kini babak ketiga, Adzkiya mengambil dua kartu lagi dengan gambar beruang coklat. Menurut Ela, ini masih cukup mudah karena yang dia ingat bukanlah gambar. Melainkan posisi kartu.
Karena, pada saat ini, setiap kartu memiliki gambar serta warna yang berbeda. Jadi, Ela masih bisa mengingatnya secara baik. Namun, di babak ke empat, Adzkiya kembali menambahkan dua kartu.
Jika sebelumnya adalah gambar beruang coklat dan kutub, maka kali ini adalah bunga Daisy. Sebelumnya adalah bunga matahari, dan perbedaan mereka tidak cukup banyak. Banyak persamaan seperti posisi dan berapa bunga yang ada pada gambar tersebut. Dan masing-masing memiliki 1 bunga.
Namun, karena Ela bisa menyelesaikan permainan tersebut dengan baik berkat warna yang berbeda dari dua bunga itu. Pada babak terakhir, Adzkiya mengambil semua kartu dan menggantinya dengan kartu lain.
Kini ada 12 kartu bergambar. Dan setiap kartu memiliki 3 kesamaan. Gambar beruang coklat, bunga Daisy, boneka perempuannya, dan boneka beruang berwarna coklat. Tingkat kesulitan Ela diuji kali ini.
Dimana ada dua gambar boneka yang hampir mirip. Yaitu boneka serta beruang yang asli. Saat melihat Adzkiya menatap kartu tersebut, wajah gadis berambut hitam itu berubah menjadi sedikit gugup.
"Ada apa? Ini mudah, kan? Waktumu 15 detik untuk mengingatnya. Baik, kan aku? Aku memberimu waktu 15 detik. Padahal sebelumnya hanya 10 detik." Ucap Adzkiya yang mulai menjauh dari meja tersebut.
Meskipun waktu yang ditambah hanyalah 5 detik. Tapi, Ela bersyukur karena masih ada kesempatan. Ditambah jika dia gagal 3 kali dalam kesempatan memperbaiki kartu, maka dia akan kalah.
Gadis berambut hitam itu berusaha setenang mungkin. 15 detik berlalu, Adzkiya menutup setiap kartu dan Ela mulai melanjutkan permainannya. Ini babak terakhir yang membuat Ela lebih gugup dari permainan sebelumnya.
Dimana dia hanya memiliki 3 kali kesempatan untuk memperbaiki kartu gambar tersebut. Akan tetapi, mengingat bahwa dia harus kembali ke rumah dengan selamat, membuat Ela kembali bersemangat.
Ela membuka kartu gambar beruang coklat, namun saat kartu ketiga yang dia dapat adalah kartu boneka beruang. Adzkiya tersenyum melihat wajah Ela yang nampak sangat kecewa.
"Tenang aja, masih ada dua kesempatan lagi kok. Sama kayak hidupmu. Udah dikasih kesempatan, eh malah disia-siakan. Jangan ya!" Kata Adzkiya sembari tertawa kecil.
Wajah gadis berambut hitam itu mulai gelap. Dia melanjutkan permainannya, kini ada dua gambar yang belum dia selesaikan. Yaitu gambar para beruang. Ela mulai ragu dengan pilihannya.
"Mana yang beruang asli? Mana yang cuman boneka?" Tanyanya dalam hati.
Ela menghela nafas sejenak sebelum membuka satu kartu. Dua kartu benar. Namun, pada kartu terakhir. Lagi-lagi salah. Yang dia buka bukanlah kartu beruang asli, melainkan boneka lagi. Ela berdecak kesal.
Akan tetapi, dia tidak putus asa. Masih ada satu kesempatan yang dia punya. Kali ini, semua kartu yang dibuka oleh Ela adalah benar. Betapa senangnya gadis itu begitu menyelesaikan permainan dengan baik.
Gadis berambut hitam itu kembali menatap pada boneka di depannya ini. Dimana jika dilihat, dia sangat mirip dengan Ela. Gadis boneka tersebut menghampiri Ela. Meskipun tidak terlihat bahwa dia tersenyum atau tidak, Ela bisa merasakan bahwa gadis boneka itu tersenyum padanya.
"Ingatanmu bagus juga ya." Pujinya.
"Terima kasih."
"Untuk apa berterima kasih? Ngomong-ngomong, kamu jauh lebih baik daripada pemain sebelumnya. Dan juga, kamu selamat pada permainan ini. Tapi, entah apa kamu akan selamat dikemudian hari? Hehehe siapa tau."
Ela menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Adzkiya. Namun, bukannya permainan berakhir. Adzkiya justru menahan Ela sebelum dia keluar dari permainan.
"Dengar, kamu tidak bisa kembali ke kamar hotel jika ingin menemui Zayyan. Dia orang terakhir yang akan bermain. Dan apa kamu menyadari sesuatu dari Zayyan, Ela?" Tanya Adzkiya yang sepertinya serius dengan kalimatnya.
"Apa?"
"Jika aku mengatakannya, kira-kira... apa kamu akan terus hidup? Maksudnya, Zayyan itu orang seperti apa menurut kamu?"
"Sahabat yang baik dan tulus. Dia juga suka menolong sesama." Jawab Ela.
"Menarik. Tapi, apa ketulusannya itu hanya untukmu atau juga untuk orang lain?"
"Aku pikir dia juga baik pada semua orang."
"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa... Zayyan menyukaimu?" Tanya Adzkiya.
"Zayyan baik pada semua orang. Lagipula, kenapa dia harus menyukai gadis aneh sepertiku?" Tanya Ela.
Adzkiya tertawa sebentar sebelum menjawab pertanyaan Ela.
"Benar, untuk apa dia suka pada gadis sepertimu? Gadis yang tidak berguna dan hanya menyusahkan saja. Bahkan kamu gak bisa apa-apa tanpa siapapun, termasuk Zayyan. Harusnya... Zayyan suka sama gadis yang bisa diandalkan. Benar?"
"Well... kupikir begitu." Kata Ela.
Meskipun dia menyetujui ucapan Adzkiya. Ela tidak terima dia dikatakan tidak berguna dan menyusahkan. Meskipun dia selalu berkata bahwa dirinya, bahwa dia pasti bisa melakukan sendiri. Meskipun disisi lain, Ela akan berpikir bahwa dia hanyalah manusia yang tidak berguna.
"Tapi, apa Zayyan melihatmu sebagai gadis yang tidak berguna, Ela? Bagaimana jika dia berpikir kamu adalah gadis yang tidak berguna? Yang harusnya dibuang."
"Zayyan gak bakal ngomong gitu."
"Itu menurutmu, Ela. Tapi, menurutku... Zayyan bisa saja hanya baik padamu, karena kamu adalah anak tidak berguna. Orang tuamu belum membuang kamu, Ela. Jika tidak ada Zayyan, ada kemungkinan kamu akan mati di permainan sebelumnya."
"Lalu?"
"Kamu tidak peduli jika Zayyan membencimu?" Tanya Adzkiya.
"Aku tidak peduli jika orang lain membenciku. Aku mencintai diriku sendiri dan itu cukup." Jawab Ela dengan tegas.
Adzkiya tertawa sebentar. Baginya, jawaban Ela sangatlah menarik. Dia tidak menyangka gadis seperti Ela bisa mengatakan hal seperti ini. Meskipun yang dia lihat dari Ela adalah sosok gadis tegar dalam segala kondisi. Namun, disisi lain Ela adalah gadis yang mudah rapuh kapanpun.
"Hehehe baiklah. Kamu bisa keluar sekarang. Ingat, kamu harus keluar. Dan jangan kembali ke kamar hotel. Aku tau kamu ingin menemui Zayyan, tapi itu tidak bisa."
Adzkiya mendorong Ela untuk keluar dari ruangan tersebut. Begitu pintu ditutup dan hanya tersisa dirinya. Suara mikrofon kembali terdengar.
"PERMAINAN SELESAI, PERMAINAN DIMENANGKAN OLEH PEMAIN."
"Tersisa Zayyan. Meskipun dia tidak seperti Alex. Aku tau bagaimana harus membuat dia marah. Aku yakin Zayyan akan menikmati permainan selanjutnya. Aku harus menemui ayah malam ini untuk kelanjutan permainan."
Selesai berkata seperti itu, Adzkiya berjalan menuju ruangan lain yang berada di pintu paling ujung. Jauh dengan pintu keluar yang dilalui oleh Ela.