Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu serindunya
Setelah permintaan maaf diterima oleh tifany, cavero mengutarakan maksudnya untuk membawa tifany kembali dan keduanya akan melanjutkan rumah tangganya atas persetujuan tifany juga orang tua dan keluarganya
Tentu saja disambut baik oleh orang tua cavero dan juga adiknya yang sangat mendukung jika tifany tetap.menjadi kakak iparnya setelah melihat sendiri kebaikan dan ketulusan tifany bahkan tak menjalin hubungan dengan siapa pun saat jauh dari cavero dan keduanya sedang dalam masalah
"sudah malam kalian istirahatlah" ucap mama melia yang memang sudah hampir tangah malam karena keasikan mengobrol
mama melia menarik tangan kiri tifany dan cavero memegang tangan yang sebelah kanan
"ma!" protes cavero
"kak!" mama melia tak mau kalah
"please!" cavero sampai memohon
Tifany hanya diam saja karena bingung mau bicara apa dan meminta kode untuk meminta cavero melepaskan tangannya
"pa, tolong!" ucap tifany lirih pada sang mertua sambil melirik ke arah tangan sebelah kanan yang dipegang oleh cavero
"ma, biarkan mereka istirahat" papa hilman memeluk istrinya dan mengajaknya ke kamar bukannya tangan cavero yang dilepaskan
tifany ketakutan dengan tatapan mata cav yang memancarkan aura berbeda
"antar aku pulang aja mas" ucap tifany tak tahu harus bagaimana para art juga sudah pada sepi dan tidur, hanya tinggal keduanya yang masih belum beranjak
"ayo aku antarkan" bukannya pulang malah membawanya naik tangga
"mas, bisa ngga antar pulang aja" tifany ragu mangatakannya namun
juga tifany merasa tak enak hati biar bagaimanapun rasanya akan canggung sekian lama keduanya terpisah dan juga sejak menikah memang hanya beberapa kali saja tidur dalam satu kamar
"tentu saja, tapi besok pagi" lalu menuntun tifany dan naik ke lantai atas, dan kamar paling besar serta paling ujung
tifany pun pasrah memang sudah sangat malam dan mungkin juga akan berbahaya jika harus mengantarkannya
sengaja cavero meminta kamar paling ujung agar tak banyak di ganggu karena ruang kerjanya sekalian ada di dalam kamar
sejak tifany pergi cavero memilih tinggal bersama orang tuanya dan tak mau kesepian
"masuklah" ucap cavero membuka pintu dan masih kamar yang sama dan didalamnya kini ada foto pengantin yang terpajang besar di dinding dan tifany masih ragu untuk melangkah
"sudah malam tidur lah diranjang biar mas yang di sofa, mas mau mandi dulu" ucap cavero pada tifany
"hm" namun tifany tak enak hati jika harus tidur di ranjang sementara cavero pemilik kamar tidur di sofa, tifany menuju sofa yang juga sangat nyaman langsung pulas karena sudah larut malam
Cavero yang melihat tifany sudah terlelap karena tak ada sahutan saat ia memanggil. Saat ini cavero menatap pada wajah yang sangat cantik, sangat ia rindukan dan tak akan dilepaskannya lagi, janji cavero pada dirinya sendiri.
lalu mengangkat tubuh tifany dan membawanya ke ranjang milik cavero dengan perlahan dan takut tifany akan bangun
"tetaplah disini sayang, jangan tinggalkan aku lagi" cavero mengecup kening lalu menyusul tifany yang sudah terlelap
*****
Cavero sudah rapih dengan pakaian kerjanya dan membiarkan tifany masih tertidur lalu menyelimuti tubuh tifany
"mas kerja dulu ya sayang, nanti diantar supir dan malam mas jemput" ucap cavero namun pelan agar tak menganggu tifany tidur
tak lupa mengecup kening dan mengusap kepala tifany pelan, lalu cavero keluar kamar dan meminta mamanya untuk tak membangunkan tifany
"ma, bilang mba jangan bersihkan kamar dulu. Biarkan tifany tidur" pesan cavero penuh perhatian
sebelum berangkat ke kantor, karena kemarin meninggalkan pekerjaannya begitu saja
"iya kak, mama ngga ganggu anak mama, kamu jangan pulang telat , kita adakan makan malam bersama dengan mertuamu" ucap mama melia yang sedang menyiapkan kopi untuk suaminya
"iya ma!" cavero pergi dulu
Lalu tak berselang lama tifany menuruni anak tangga dan menghampiri mama melia dan papa hilman
"maaf ma, pa!" tifany merasa malu karena bangun kesiangan diantara yang lain bahkan masih tak menyangka jika bangun ada di kamar tidur bukan miliknya
"ngga apa-apa sayang, ayo duduk sarapan dulu" ucap mama melia rasanya lega kini tifany sudah ada dihadapannya dan masih bersama anaknya
"mau pulang bareng papa atau diantarkan supir aja nak?" tanya papa hilman pada tifany yang kebetulan ada pertemuan dengan rekan bisnis yang sama-sama sudah pensiun
"tifany bisa pulang sendiri kok ma, pa jangan khawatir" tifany tak mau merepotkan
"memangnya kamu tau tempatnya?" mama melia mengingat sesuatu
" maksud mama, supir mama baru jadi belum hafal jalan ke rumahmu, tunggu cavero aja ya sayang
Mama sudah bilang sama mamimu kok" ucap mama melia meralat ucapannya setelah mendapat lirikan dari papa hilman
"tapi ma" tifany entah mau menolak atau mengiyakan
"nanti mami dan papimu akan makan malam bersama kita, jadi tetap disini temani mama mau?" tanya mama melia
Tifany akhirnya mengangguk setelah melihat pesan dari maminya, jika memang akan diadakan makan malam bersama untuk menyatunya kembali kedua keluarga dan hubungan persahabatan yang sempat terpecah
Papa hilman pun pamit pergi pada sang istri, tinggal lah tifany dan mama melia yang ada dirumah bersama para art yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing
"hari ini, cevira dan arya juga akan datang dan bergabung bersama kita, mau ngga temani mama belanja kue dan juga makanan untuk nanti malam sayang?"
"mau ma, tapi aku ngga bawa ganti dan maaf ya ma kemarin mas cav ngga kasih kesempatan untuk ganti pakaian" ucap tifany menjelasakan mengapa pakainnya sangat tak sopan untuk ke rumah orang tua
"sudah tidak apa-apa, itu tidaklah penting dibanding kamu ada dirumah ini sekarang, cavero sudah meminta sekretarisnya buat belikan baju untukmu, sebentar lagi akan dikirim" ucap mama melia
"makasih ya sayang!" mama melia memeluk tifany dan mencium pipinya
perasaan senang yang dirasakan oleh mama melia melebihi apapun saat ini, anak laki-lakinya kembali bersama dengan wanita yang dicintainya begitu juga dengan anak bungsunya yang sudah menemukan jodohnya
bahkan mama melia mengetahui jika arya adalah mantan kekasih menantunya, namun mama melia percaya pada tifany dan arya
"ma aku angkat telfon dulu" ucap tifany
Beberapa kali ponselnya berbunyi dan tak lain cavero yang menghububunginya
"iya sayang" mama melia tahu siapa yang ada dilayar ponselnya
"iya mas, ada apa?" tifany agak menyingkir dari mama melia
"udah bangun sayang? Apa ada yang mengganggu tidurmu hm?" cavero memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada tifany
"udah mas, ngga kok aku bangun sendiri maaf tadi kesiangan" ucap tifany mengingat kembali rasa malunya
"jangan minta maaf, kamu ngga salah fan. Em mas pulang cepat kamu mau sesuatu sayang?" ucapan cavero lembut terdengar syahdu dalam pendengaran tifany dan membuat darahnya berdesir
Saat kata sayang terucap dari bibir cavero meski sudah sering kali namun tetap saja akhir-akhir ini membuat tifany terdiam seribu bahasa
"engga mas, mas hati-hati pulangnya" ucap tifany sedikit gugup
"iya sayang, i love you. See you ya" ucap cavero lalu memutuskan panggilan telfonnya