Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Tidak Akan Terjadi Apapun Kepadamu
"Jadi Rania dibawa pergi oleh Farhan?" tanya Randi.
Saat ini ia sedang berada di rumah mama Laura, bermaksud menjenguk Rania dan membawakan makanan untuk ibu hamil itu. Namun ternyata kabar yang didengarnya sangat mengejutkan.
"Iya nak, kemarin Farhan membawanya begitu saja. Tante dan Om sudah menghampiri mereka ke rumah Farhan dengan membawa polisi agar Rania bisa kami bawa pulang tanpa kesulitan. Tapi ternyata mereka tidak berada di sana," jelas mama Laura.
"Apa Farhan memiliki rumah lain?" Randi menduga-duga.
"Setahu Tante dia hanya memiliki rumah itu. Atau Rania dibawa keluar kota olehnya? Atau jangan-jangan malah ke luar negeri?" duga mama Laura.
"Kalau ke luar negeri sepertinya tidak mungkin. Ku rasa ia memiliki rumah lain yang tidak kita ketahui," analisis Randi.
"Kalau memang seperti itu, bisa-bisanya dia menyembunyikan nya dari kami," ujar mama Laura tak habis pikir.
"Saat ini aku mengkhawatirkan Rania, terakhir aku melihat ketika mereka bertemu, tubuh Rania gemetar. Apakah ia baik-baik saja?" gumam Randi.
"Tante juga mengkhawatirkan dirinya Randi. Tante takut kejadian kelam dulu terulang kembali. Tante masih mengingat bagaimana tubuh mungil Rania yang menjadi babak belur akibat ulah Farhan. Tapi Tante coba berpikir positif," sahut mama Laura.
"Maksud Tante?" tanya Randi.
"Om Rangga menenangkan Tante. Ia mengatakan bahwa saat ini Rania sedang mengandung anaknya Farhan, tidak mungkin kan dia berbuat kasar padanya," jawab mama Laura.
"Aku berharap begitu. Aku hanya membayangkan bagaimana wajah ketakutan Rania, jika bersama dengan Farhan," ucap Randi dengan pandangan menerawang jauh.
"Kita doakan saja Rania ya, dan Tante akan terus mencari tahu tentang keberadaan nya bersama Om," mama Laura menenangkan.
"Aku juga akan menyelidiki nya Tante," sahut Randi.
************
Sementara itu, Rania yang baru saja bertengkar dengan Farhan, duduk terdiam di atas tempat tidur. Ia sangat frustasi dengan keadaannya saat ini.
Kondisinya yang hamil, hidup bersama suami yang jahat. Jauh dari orang-orang yang membuatnya nyaman. Dan hampir setiap bertemu Farhan selalu saja bertengkar. Rasanya energinya terkuras habis setiap bertengkar dengan laki-laki itu.
Rania hanya bisa menangis pasrah. Ia bahkan tidak bisa menghubungi siapapun. Ingin pergi dari tempat itu juga tidak bisa. Entah berapa lama lagi ia harus hidup terkurung bersama laki-laki mengerikan seperti Farhan.
Satu-satunya orang yang paling ingin dia hindari di muka bumi ini, justru kini hidup bersamanya di tempat yang jauh dari manapun.
"Aku membencimu Farhan! Aku membencimu!" geram Rania dalam isak tangisnya.
Rania pun melemparkan gelas kaca ke dinding kamarnya, hingga suaranya bisa terdengar dari luar. Tak berapa lama setelah bunyi gaduh itu, pintu Rania pun terbuka dari luar.
Rania terkejut. Ia memperhatikan pintu itu, sepertinya tadi sudah dikunci. Perlahan-lahan muncullah Farhan dari balik pintu, dan membuat Rania tercekat.
Farhan menatapnya dengan tatapan yang tajam. Ia berjalan menuju ranjang Rania dengan mata masih terpaku pada sosoknya.
"Mau apa kau ke sini?" tanya Rania waspada.
Farhan hanya diam. Ia terus berjalan mendekati Rania.
"Apakah dia akan menyiksa ku lagi?" batin Rania dengan hati berdebar.
Dengan cepat Rania berdiri dan berlari melewati tempat tidur menjauh dari Farhan. Namun pria itu lebih cepat mengejar Rania, hingga tubuh mungilnya pun tertangkap oleh Farhan.
"Lepaskan aku!" teriak Rania meronta.
Farhan tak mempedulikan teriakan istrinya. Ia terus mendekap tubuh Rania hingga wanita itu tak bisa bergerak. Tubuh Rania terkurung dalam dekapan Farhan tanpa bisa melawannya.
Farhan merasakan nafas Rania yang naik turun dengan cepat, menandakan wanita itu dalam keadaan marah. Ia membiarkan keadaannya seperti itu, terus mendekapnya hingga tak dirasakan lagi kemarahan Rania dan nafasnya yang mulai teratur.
"Mengapa kau lari melihat ku?" tanya Farhan ketika Rania sudah tenang.
"Bukankah aku telah berjanji tidak akan menyakitimu?" imbuhnya.
"Aku tidak percaya padamu. Bahkan kau berjanji tidak akan menyentuhku pun kau tetap mengingkarinya," sahut Rania pelan.
"Aku tidak akan macam-macam padamu, tapi kau lari melihatku, sehingga aku melakukan hal ini," jawab Farhan menjelaskan.
"Baiklah, aku tak akan lari. Tapi bisakah kau melepaskan aku?" tanya Rania.
Farhan pun menurutinya. Ia melepaskan dekapannya perlahan dari tubuh Rania. Sesaat pandangan mata mereka bertemu.
"Kembalilah ke tempat tidur," perintah Farhan.
Rania pun berjalan menuju tempat tidurnya tanpa banyak bicara. Diikuti dengan langkah Farhan di belakangnya. Sebenarnya Rania tidak suka diikuti, tapi tenaganya telah habis jika ingin berdebat kembali.
Rania pun kembali duduk bersandar pada dinding tempat tidurnya. Kemudian Farhan duduk di tepi tempat tidur itu.
"Mengapa kau datang ke kamarku?" tanya Rania.
"Ini kamarku, aku bebas masuk sesuka hatiku," jawab Farhan.
"Tapi kau telah berjanji tidak sekamar denganku," sanggah Rania.
"Aku tahu. Aku tidak akan tidur denganmu kecuali atas izinmu. Aku datang karena mendengar bunyi pecahan gelas. Mengapa kau melemparkan gelas itu?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin melakukannya," sahut Rania asal.
Farhan mencoba menahan amarahnya. Ia pun menghela nafas panjang.
"Ya sudah, kau tidur saja. Hari sudah malam," tuturnya.
Kemudian Farhan melangkah menuju meja kerjanya yang berada di dalam kamar itu.
"Mengapa kau masih di sini?" tanya Rania.
"Bukankah sudah aku bilang ini adalah kamarku? Meja kerjaku ada di sini, dan aku harus bekerja," jawab Farhan lalu duduk di meja kerjanya.
Rania terus memperhatikan laki-laki itu dengan tatapan waspada. Farhan yang tahu sedang diperhatikan Rania itu pun menoleh ke arahnya.
"Tidurlah Rania, tidak akan terjadi apa-apa kepadamu," ucap Farhan.
kirain ..
malam harinya Rania menemani Farhan tidur..
😀😀😀❤❤❤
jagn sampai mimpimu jadi nyata..
maafkan farhan..
dia juga terluka dan menderita...
ayo bantu satukan ortu kalian..❤❤❤❤❤❤
akankah Rania mau kembali pada farhan?