Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Istri macam apa dia itu? Jadi selama ini kamu gak pernah nyentuh istri kamu, Hen?" Kata Syarif.*
"Iya Om. Pernah aku paksa, tapi ujungnya bertengkar. Malu lah Om kalo didengar tetangga, apalagi urusan ranjang." Kata Hendra.
Pak Syarif memiliki pemikiran yang aneh-aneh tentang istri Hendra. "Jangan-jangan Istri kamu transgender, jadi dia malu." Kata Syarif.
Mereka yang di ruang tamu, cengo mendengar ucapan Pak Syarif. Bu Wati segera angkat bicara.
"Kayaknya gak deh Mas! Kalo kami lihat, dia anak yang taat beragama, rajin sholat." Sela Bu Wati.
"Kalo gitu mungkin dia Mandul. Dia takut ketahuan gak bisa hamil, makanya selalu menghindar." Terang Syarif.
Maya seperti mendapat angin segar, segera dia mengkompori Hendra.
"Bisa jadi! Mungkin itu masalah Sabila, Mas Hendra. Dia takut ketahuan." Kata Maya, sembari memberi kode pada Hendra.
"Mungkin juga Om, Tapi sudahlah aku sudah menikah dengannya. Kalau mau cerai apa pikiran orang, baru nikah sudah pisah!" Kata Hendra.
"Kalau harus nikah lagi, mana ada yang mau Om. Pasrah saja!" Imbuhnya.
Semua orang terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bu Wati yang berhayal menjadi istri Syarif. Maya dan Hendra berharap Ayahnya mau membuka jalan untuk mereka. Sedangkan Syarif nampak menimbang perkataan terakhir Hendra.
"Sejak dulu Maya menyukai Hendra. Apa aku izinkan saja mereka menjalin hubungan? Tapi, Bagaimana dengan istri Hendra?" Monolog Syarif.
...****************...
Kontrakan Sabila
Sementara di tempat lain, Sabila sedang menjemur ketika Bu Ratih menghampirinya.
"Assalamualaikum, Sabila!" Kata Bu Ratih.
"Wa'alaikumussalam, Bu Ratih yang cantik jelita." Kata Sabila, sembari melemparkan senyum manis.
Bu Ratih tersipu malu, dia sangat senang jika ngobrol dengan Sabila. Selalu ramah, penuh canda tawa. "Kamu ini mujinya selalu benar. Kan saya jadi tersandung." Kata Bu Ratih menanggapi.
"Tersanjung, Bu!" Sabila sengaja membenarkan ucapan Bu Ratih. "Tumben nih nyamperin anak gadis, ada keluh kesah kah?" Gurau Sabila.
"Anak gadis dari mana, udah ada suami juga. Emang belum pernah main bola sodok?" Kata Bu Ratih masih dengan gurauannya.
Sabila mendekati Bu Ratih, sembari berbisik. "Memang belum pernah, Bu." Bisik Sabila.
Bu Ratih terkejut dengan penuturan Sabila, dia tidak percaya bisa-bisanya suaminya tidak pernah menyentuhnya. Mau bilang Sabila bohong, tapi dia tau Sabila anak yang jujur apalagi masalah seperti ini.
"Hah! Kok bisa Sabila. Astaga, kalian itu sudah suami istri, pasangan halal. Jangan sampai kamu membuka jalan buat pelakor." Kata Bu Ratih dengan suara sedikit tinggi.
"Husstt! Bu Ratih, suaranya dikondisikan." Kata Sabila menoleh ke kiri dan ke kanan, takut ada yang dengar. "Kalau ngomong suka benar Si Ibu. Hehehe!" Katanya sembari tertawa hambar.
Bu Wati orang yang kepo tapi tidak ember ke sembarang orang. "Maksudnya gimana, Bila? Suami kamu selingkuh!" Kata Bu Ratih menatap iba.
"Gak tau Bu, tapi kalo yang suka sama dia ada." Kata Sabila tidak menutupi. Bu Ratih sudah seperti ibunya sendiri.
"Waktu acara lamaran Winda, Maya selalu mepet sama dia. Aku hanya bisa apa, Bu? Nahan kecewa, sakit hati." Kata Sabila.
Seketika Bu Ratih mengingat tujuannya datang ke rumah Sabila. "Berarti yang Ibu liat tadi bener dong." Kata Bu Ratih. "Ibu liat Hendra, suami kamu gendong Maya masuk ke mobil." Imbuhnya membuat Sabila membulatkan matanya.
"Gendong gimana, Bu? Mas Hendra tadi izin mau dinas ke luar kota." Kata Sabila.
"Dinas apanya! Kalo dinasnya sama Maya, mungkin saja ya. Kelihatan tadi si Maya susah jalan, kayak habis malam pertama." Kata Bu Ratih yang mengeluarkan unek-uneknya.
"Apa benar yang dikatakan Bu Ratih? Apa yang dirahasiakan Mas Hendra dan keluarganya dari ku? Mas Hendra gak pernah percaya sama omongan ku, dia lebih percaya sama keluarganya." Gumam Sabila dalam hati.
Sabila menepis pikiran negatif tentang suaminya. "Eh Bu Ratih nanti jadi fitnah, kalo gak benar. Biarkan saja waktu yang mengungkap." Kata Sabila.
"Kamu ini jangan terlalu sabar sama mereka. Bangkit lah, lebih baik kmu mempersiapkan diri mu. Kamu harus mandiri, jika sampai Hendra menikah lagi kamu gak perlu bergantung sama dia." Kata Bu Ratih.
"Iya Bu! Mulai sekarang Sabila memang mau memutuskan untuk kerja Bu. Uang yang diberikan mas Hendra gak pernah cukup, hanya sejuta untuk makan sebulan. Aku udah gak bisa nabung, habis buat kebutuhan sehari-hari itu pun harus ngirit." Kata Sabila.
"Sejuta..." Ucapan Bu Ratih terpotong.
"Eh pagi-pagi gosip aja sih ini berdua." Kata Bu Bayu.
"Leh Bu Bayu, sini Bu. Kita nda lagi gosip, Sabila hanya bertanya tentang lowongan kerja, Bu." Kata Bu Ratih bohong.
Bu Bayu kini sudah duduk disamping Sabila. Posisinya Sabila berada di tengah antara Bu Bayu dan Bu Ratih.
"Mau kerja apa Sabila? Gaji suami kamu besar begitu. Anakku kan satu kantor sama suami kamu, bahkan suami kamu sudah naik jabatan." Kata Bu Bayu.
"Naik Jabatan...!" Kata Sabila.
"Iya! Suami kamu sudah jadi manager, gajinya sekitar 13-15 jutaan. Itu kata anakku. Walau suami mu gak naik jabatan kan gajinya tetap banyak, 7 juta sebulan. Masa gak cukup." Kata Bu Bayu.
Sabila merogoh sakunya, mengeluarkan benda pipih miliknya.
"Mas Hendra cuma ngasih segini, Bu. Bayar kontrakan 800 ribu, belum air sama listrik. Sisanya dipake makan sebulan." Kata Sabila.
"Astaghfirullah! Sini ibu liat." Kata Bu Bayu. Bu Ratih pun tidak mau ketinggalan.
"Mas Hendra memang bilang kalo dia juga harus mencukupi Ibunya, jadi aku gak bisa ngelarang, Bu." Kata Sabila, menitikkan air mata.
"Sabar ya sayang, sudah tidak kasih nafkah batin, nafkah jasmani juga masih dikurangi." Kesal Bu Ratih.
Bu Bayu mengernyitkan dahinya. "Maksudnya gimana Bu Ratih?" Tanya Bu Bayu, heran.
Bu Ratih pun berbisik ditelinga Bu Bayu, menyampaikan apa yang dikatakan Sabila sebelumnya.
Nampak Bu Bayu yang terkejut, dan menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Sabila tapi semalam kan saya bantu-bantu di rumah mertuamu. Ibu dengar suara lenguhan suami kamu lagi begituan." Kata Bu Bayu yang tidak langsung percaya dengan perkataan Bu Ratih.
Deg...
Sabila berusaha menepis kebenaran yang dia dengar lagi. Bagaimana pun kalau tak ada bukti, dia tidak ingin asal tuduh.
"Salah dengar mungkin, Bu!" Kata Sabila, mencoba untuk tetap kuat. Walau sebenarnya hatinya sudah mulai goyah.
"Gak kok. Ibu mertua mu dan Riska malah kegirangan, nguping langsung di depan pintu kamar kalian." Kata Bu Bayu.
Sabila dan Bu Ratih yang mendengar seketika Syok. Sabila tidak menyangka, suami yang sangat dia banggakan tengah bermain api dibelakangnya.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.