Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhiasan Spesial
"Loh, Mas kok masih di sini?" tanya Salsa melihat Adrian menonton tv di ruang keluarga.
"Memangnya aku enggak boleh nyantai di rumah?" jawab Adrian sembari menekan tombol remot tv nya mengganti channel yang lain.
"Bukan begitu sih, Mas. Hanya saja tumben Mas enggak berangkat kerja. Biasanya pagi-pagi dah siap-siap," balas Salsa.
"Kan aku mau bersama istriku hari ini," gombal Adrian.
"Beneran nih?" tanya Salsa tak percaya.
"Yah, suami anteng pingin temenin istri malah enggak di percaya," timpal Adrian.
'Bagaimana aku mau kerja, kan sekarang aku sudah nganggur,' batin Adrian.
Salsa duduk di sebelah Adrian. Wanita itu senyum-senyum sendiri pada Adrian. Seperti ada sesuatu yang di inginkannya.
"Mas, boleh nggak aku minta sesuatu?" tanya Salsa.
"Minta apaan sih?" tanya Adrian penasaran.
"Jawab dulu ... boleh gitu, baru aku ngomong," ujar Salsa.
"Lah, kan aku belum tahu apa yang kau inginkan. Masa langsung mengiyakan. Bagaimana kalau kau memintaku minum racun," kata Adrian.
"Ya, enggaklah. Masa aku tega bunuh kamu, Mas," ucap Salsa.
"Kamu kan ayahnya janin yang ku kandung, orang yang paling kucintai sedunia," imbuh Salsa berlebihan.
"Ya sudah katakan saja apa maumu."
Salsa cengar-cengir, ia semakin tak ragu-ragu lagi mengatakannya.
"Mas, aku pingin beli perhiasan baru. Boleh, ya," pinta Salsa.
Adrian terdiam sejenak. Dia memamg punya sedikit tabungan untuk dirinya sendiri. Tapi, tabungan itu tabungan terakhirnya untuk berjaga-jaga sebelum Adrian menemukan pekerjaan barunya.
"Bukannya kemarin pas menikah sudah aku beri banyak perhiasan?" tanya Adrian.
"Iya sih, tapi yang ini kan beda. Modelnya juga beda, sebagai Nyonya Adrian aku harus punya koleksi perhiasan dong. Masa cuma itu-itu saja," balas Salsa.
'Hah, andai kau tahu Salsa bahwa sebenarnya aku sekarang pengangguran. Pasti kau tidak akan berpikir untuk menghamburkan uangku,' batin Adrian.
"Kok diem sih, Mas. Boleh, enggak sih?" desak Salsa.
"Ya ... ya udah," kata Adrian menyerah.
'Lagi pula yang di beli dia kan emas, nanti bisa aku jual lagi emasnya.'
'Untuk sementara ini biarlah aku turuti kemauannya,' pikir Adrian.
"Berarti boleh, kan?" tekan Salsa. Ia ingin Adrian mengiyakan sekali lagi agar dirinya terkesan tidak memaksa.
"Kan aku sudah jawab iya, berarti boleh," ucap Adrian.
"Yes! Makasih sayang," peluk Salsa.
"Eeh, jangan erat-erat kasihan anak kita," peringat Adrian.
"Oh, iya," kata Salsa pura-pura peduli terhadap kehamilannya.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi. Ayo kita ke toko perhiasan sekarang," ajak Salsa.
Sesampainya di toko perhiasan, Salsa terpesona dengan keindahan aneka bentuk desain perhiasan di toko itu. Matanya liar mencari perhiasan yang cocok dengannya.
"Ih, bagus-bagus semua. Bingung aku jadinya," celoteh Salsa.
"Silahkan Nyonya, boleh di pilih-pilih dulu mana yang di sukai," ujar pelayan tokonya.
Adrian melihat-lihat ke arah lain. Ia kaget seorang perempuan cantik juga berdiri tak jauh dari etalase kaca toko perhiasan yang di kunjunginya. Wanita itu tengah sibuk memilih-milih perhiasan. Kulitnya putih bersih, rambutnya panjang di gerai. Memakai baju kantor yang ngepas di badan dan span di atas lutut dengan higheels hitam membalut kakinya yang putih bersih.
Rasanya Adrian tidak asing dengan perawakan wanita itu. Berulangkali ia mengucek matanya mencoba meyakinkan apa yang di lihatnya itu salah.
"Adelia," ucapnya lirih.
Salsa kaget mendengar perkataan suaminya. Ia menatap ke wajah Adrian yang masih terdiam termangu melihat ke arah wanita yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Sial, wanita itu kenapa ada di sini sih," gerutu Salsa.
Tak jadi memilih perhiasan ia malah datang menghampiri Adelia. Adrian pun buru-buru mengekor di belakang Salsa untuk melihat Adelia dari jarak dekat. Kangen rasanya, lihat Adelia sekarang makin cantik.
"Kamu rupanya, setelah kabur dari rumah mau jual perhiasan untuk biaya hidup sehari-hari," nyinyir Salsa.
Terus terang Adelia kaget dengan kedatangan Salsa. Ia tidak menyangka bertemu wanita ular itu di sini. Tanpa menjawab perkataan Salsa, ia memanggil pelayan toko agar mengambilkan perhiasan untuknya.
"Ya, bisa saya bantu," sapa pelayan toko itu ramah.
"Mbak, bisa ambilkan gelang yang itu," tunjuk Adelia.
Salsa kaget Adelia memilih gelang emas yang bagus sekali, seperti yang di inginkannya. Sementara Adrian sibuk mengamati wajah istri pertamanya. Miliknya seakan mau berdiri dan ingin bercinta dengan Adelia melihat penampilannya yang sekarang.
"Berapa mbak, harganya?" tanya Adelia.
"Hah, kamu mana bisa bayar. Rumahmu aja pasti ngontrak kan?" sindir Salsa.
"Lima puluh juta, Mbak," jawab pelayannya.
"Mbak jadi beli yang ini?" tanya pelayannya. Belum sempat menjawab sudah di serobot langsung oleh Salsa.
"Saya aja yang beli, dia mah nggak ada duit tuk bayar ini, Mbak."
Pelayan itu bingung mendengar perkataan Salsa. Namun, ia tetap berusaha seramah mungkin. "Silahkan, Nyonya."
Salsa menyenggol lengan Adrian. "Mas, pinjamin kartumu dong," bisik Salsa.
Adrian kaget Salsa memilih perhiasan seharga lima puluh juta, padahal yang ia tahu saldo di Atmnya tinggal empat puluh juta. Ia bingung karena Salsa langsung saja ambil paksa Atm itu dari dompetnya.
"Gini aja kok lama," omel Salsa.
"Ini Mbak, saya bayarnya pake kartu," kata Salsa menyerahkan kartu Atm pada pelayan. Lalu Salsa menekan pinnya.
"Maaf, mbak saldo tidak cukup," ucap pelayannya.
"Ih, mana mungkin. Coba di ulang lagi, Mbak," kata Salsa gusar. Istri keduanya gusar Adrian malah terpesona dengan kecantikan Adelia sampai-sampai tidak peduli pada urusan Salsa.
Adelia mencoba melihat ke arah lain, Adrian memang masih menjadi suaminya yang sah. Tapi, Adelia sudah enggan untuk kembali pada suaminya. Ia tidak ingin makan ati terus. Apalagi istri keduanya selalu saja banyak tingkah.
"Mas, kok atm mu enggak bisa sih? Benar ada isinya kan?" tanya Salsa.
"Ya ... ada," jawab Adrian gugup.
"Sebentar Mbak aku coba cek saldonya," ucap Salsa pada pelayan.
Mata Salsa membulat sempurna karena kaget. Saldonya hanya tinggal empat puluh juta, pantas saja tidak cukup.
Adelia tersenyum dan menghampiri kasirnya. "Mbak, bisa saya beli aja perhiasannya?"
"Oh, bisa Mbak, bisa," ucap pelayan itu senang.
Salsa menatap tidak suka pada Adelia. Ia tidak percaya wanita yang menjadi rivalnya itu bisa membayar perhiasan seharga puluhan juta.
"Tidak semua yang ingin kamu miliki bisa kamu beli. Nyatanya hari ini, kau tidak mampu membayarnya," sindir Adelia berlalu pergi. Tapi Adrian malah mengejar langkah Adelia.
"Tunggu Adelia."
Adelia masih saja berjalan lurus ke depan, bunyi high heelsnya mengetuk lantai granit. Dan tubuhnya berjalan melenggak lenggok seperti seorang model papan atas.
"Aakh!" Adrian menarik tangan Adelia.
"Sakit, Mas."
"Hatiku lebih sakit, Del. Karena kamu tinggalkan. Mas, kangen kamu," kata Adrian.
Adelia tersenyum kecut. Ia merasa aneh tiba-tiba suaminya mengatakan kangen, padahal tempo hari yang lalu tega menikahi wanita lain di hadapannya.
"Kangen? Jangan berlebihan, Mas. Ini bukan sinetron. Mas kok pinter bersandiwara," balas Adelia.
"Benar, Del. Mas kangen pingin tidur sama kamu. Kita mesra-mesraan lagi kayak dulu," bujuk Adrian.
"Oh, jadi itu yang kamu inginkan dariku?"
"Mas, kan bisa sewa pelacur seperti biasanya. Bahkan menikahinya kalau Mas mau. Jadi, malah simpel kan," sindir Adelia.
Adrian menarik kedua tangan Adelia dan mau mencium punggung tangannya. Buru-buru Adelia menariknya. Ia sudah enggan di sentuh oleh pria yang menyakitinya.
"Jangan coba-coba sentuh aku, Mas. Aku tidak sudi!"
"Sebegitu marahkah engkau padaku, Del?"
"Kamu ini aneh, Mas. Wanita mana yang tidak tersakiti jika di selingkuhin suaminya!" tegas Adelia.
"Iya, aku tahu aku salah. Tapi, aku ingin kau kembali ke rumah kita," bujuk Adrian.
"Rumah kita, yang benar saja Mas. Rumah itu sudah seperti neraka bagiku. Jadi, buat apa aku kembali," balas Adelia sembari melangkah pergi meninggalkan Adruan yang masih berdiri termangu di tempatnya.
"Kau masih menginginkan dia, Mas?" tanya Salsa yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Dia kan masih istriku, jelas aku menginginkan dia kembali agar ada yang mengurusku," balas Adrian.
"Memangnya selama ini aku tidak mengurusmu, Mas?" tanya Salsa.
"Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kau sudah mengurusku atau tidak," sindir Adrian. Ia memilih masuk mobil dan mendiamkan istri keduanya.
"Huh, hari ini benar-benar sial, sudah enggak jadi beli perhiasan. Malahan ketemu perempuan sialan itu," cecar Salsa. Adrian makin pusing mendengar ocehan Salsa. Makin lama wanita itu membuatnya bosan dengan tingkahnya.
---Bersambung---