WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Meminta Cerai
Saat tiba di terminal, Sauza sempat bingung. Namun, akhirnya Sauza menaiki sebuah bis menuju kota Jakarta. Kota itu dipilih, sebab di sana banyak teman-temannya yang tinggal di kota itu. Setidaknya jika kesusahan nanti, ada beberapa teman yang bisa ia hubungi.
Dan pada saat di pintu keluar terminal, tepat di pinggir jalan simpang tiga, Sauza melihat mobil Bima dan Bima sedang berdiri di trotoar sembari mengamati satu per satu bis yang melewatinya. Di situ firasat Sauza berkata, kalau saat ini Bima sedang mencarinya sampai ke terminal.
"Mas Bima ada di pintu terminal, dia sengaja mencari aku?" kejutnya sembari merundukkan tubuhnya di balik kursi bis. Sauza tidak ingin dirinya ketahuan oleh Bima lalu Bima memaksanya untuk pulang.
Kini setelah bis yang ditumpanginya semakin jauh dan mendekati gerbang tol Cipularang, Sauza meraih Hp nya yang sejak dini hari tadi ia matikan demi menghindari Bima sang suami. Penasaran, ia nyalakan Hp itu. Beberapa notif panggilan masuk terdengar. Nomer Bima dan nomer lain seperti Jamal dan mama mertuanya memenuhi notifikasi pesan itu.
"Za, kenapa kamu harus pergi jauh dan meninggalkan aku? Masih ada aku, Mama dan Papa yang menyayangi kamu, bahkan sampai kapanpun. Lantas kenapa kamu pergi pada saat aku ingin mengobati lukamu akibat perbuatan Mas Bima? Tidak sadarkah kamu Za, bahwa sejak dulu, aku menyukaimu?"
Pesan WA dari Jamal masuk dan ia baca paling awal. Sauza menjadi sedih, sejenak ia membenamkan ingatannya pada lelaki tampan adik kandung suaminya itu. Meskipun dia adik ipar Sauza, tapi umurnya tiga tahun lebih tua dari Sauza. Perlakuan Jamal terhadapnya selalu baik dan perhatian.
Lamunan Sauza terpecah, saat sebuah pesan WA kembali masuk ke Hpnya. Sebuah pesan dari Bima.
"Za, kamu di mana? Aku tadi mencarimu dan masih akan mencarimu dan membawamu kembali ke Bandung."
Sauza terpaku, kalimat yang ditulis Bima seakan menyiratkan dia merasa khawatir dan peduli padanya. Tetes air mata perlahan sudah membasahi pipinya yang tersapu make up tipis. Bagaimanapun Sauza tidak mudah menghapus bayang-bayang ataupun kenangan manis bersama Bima.
"Tidak perlu repot-repot mencariku, Mas. Sekarang urus saja perceraian kita. Atau kalau kamu tidak sanggup, biar aku saja yang urus. Kamu tunggu surat panggilan dari pengadilan agama untuk menghadiri sidang perceraian kita nanti." Sauza akhirnya membalas dengan tegas, meskipun sesungguhnya tangannya bergetar saat mengetik.
Sesungguhnya sejak terdengar ikrar ijab kabul di depan Penghulu, tidak pernah terpikir di benak Sauza untuk meminta cerai ataupun bercerai, ia bahkan menginginkan pernikahannya sekali seumur hidup. Namun, kini angan itu sepertinya hanya sia-sia belaka. Karena perlakuan Bimalah yang pada akhirnya membuat Sauza memutuskan untuk mengakhiri pernikahan ini.
Bis itu kini sudah memasuki gerbang tol Cipularang. Sauza segera mematikan kembali Hp nya, sebab ia takut keberadaannya terlacak oleh Bima.
Sementara itu di kediaman Bima. Bima yang sempat mengirimkan pesan WA pada Sauza, kini dikejutkan oleh bunyi notifikasi WA masuk. Ia buru-buru meraih Hp nya dan membuka aplikasi WA. Ternyata Hp Sauza sudah aktif dan membalas pesannya. Bima membacanya dengan seksama.
Mendapat balasan pesan WA seperti itu dari Sauza, Bima sungguh merasa terpukul, ia benar-benar menyesal kenapa harus memperlakukan Sauza seperti itu. Bukan perceraian yang dia inginkan, tapi atas kejadian ini tentu saja segala resikonya harus bisa dia terima.
"Sauza, kenapa kamu secepat itu meminta hal yang tidak mungkin sanggup aku lakukan? Aku tidak ingin kita bercerai dan aku tidak akan pernah menceraikanmu," sungutnya.
Setelah itu Bima kembali mencoba menghubungi Hp Sauza, sayangnya Hp Sauza sudah kembali tidak aktif, membuat Bima sangat kecewa dan kesal.
Setelah Sauza benar-benar pergi dan tidak kembali, Bima kini dituntut Mira untuk segera menikahinya. Belum permintaan Mira yang membuatnya pusing, masalah baru dia dapatkan di kantor.
Pak Kavi, sang papa, benar-benar mengalihkan jabatan Bima menjadi salah satu staff di divisi pendistribusian barang. Layaknya pekerja yang lain, perlakuan Pak Kavi terhadap Bima sama dan tidak istimewa lagi.
"Kalau kamu tidak suka, kamu tinggal angkat kaki dari perusahaan ini," cetus Pak Kavi sangat datar.
Bima terdiam dan berpikir, kalau dia angkat kaki dari perusahaan sang papa yang saat ini sedang maju pesat, maka semuanya harus dari nol lagi. Bima harus mencari pekerjaan ke perusahaan lain, dan itu baginya akan sangat memalukan, mengingat dirinya awalnya merupakan pemimpin perusahaan dan anak dari seorang pengusaha sukses sekelas sang papa. Bima membayangkan, pasti dirinya akan menjadi bahan ejekan dan bulan-bulanan oleh mereka yang sudah tahu siapa dirinya.
Mau tidak mau Bima terpaksa bertahan di perusahaan Kavilen Grup demi mempertahankan hidup dan harga dirinya, menjadi salah satu staf di divisi pendistribusian barang.
Tiba di apartemen, Bima kembali mendapat tekanan dari Mira sang selingkuhan. Membuat Bima benar-benar pusing tujuh keliling.
"Mas, kapan aku dinikahi? Lihatlah perut aku semakin hari semakin buncit?" rengek Mira sembari memperlihatkan perutnya yang mulai membesar.
Bima mengusak rambutnya kasar, ia sungguh tidak menduga bahwa hasil perbuatannya akan separah ini. Dengan terpaksa dia harus segera menikahi Mira walaupun nikah secara siri.
"Mas kenapa tidak langsung secara negara saja pernikahan kita ini? Kamu ini mau enaknya saja, giliran aku bunting kamu hanya menikahi aku secara siri, keterlaluan kamu," hardik Mira marah, dia tidak terima Bima hanya menikahinya secara siri.
"Kamu harus bersabar, pernikahan aku dan Sauza masih berjalan dan aku tidak akan menceraikan Sauza sampai kapanpun. Tolong kamu pahami itu," tukas Bima membuat Mira meradang.
"Pokoknya aku ingin dinikahi secara sah di mata negara, aku tidak mau secara siri," tuntut Mira sembari berjingkat dan menghentak lantai.
Bima meremat rambutnya, tuntutan Mira membuat sakit kepalanya semakin menjadi. Belum selesai masala satu, lalu kini masalah Mira. Rasanya Bima tidak sanggup menghadapi masalah yang kini bertubi-tubi harus dihadapinya.
Salah sendiri, semua terpaksa harus ia hadapi, karena ia sudah bermain api, maka Bima harus ikut terbakar di dalamnya.
"Aku harus mencari tahu di mana Sauza, aku tidak akan biarkan Sauza meminta cerai dariku. Aku akan membuat Sauza kembali di sampingku. Aku tidak mau Sauza pergi dari sampingku," dengusnya egois.
Malam kian larut, tidak sadar sudah seharian Bima berada di balkon, dengan rokok dan cangkir kopi yang menemaninya. Hari ini sungguh membuat Bima terpuruk dan lupa dengan segalanya, karena pikirannya dipenuhi oleh Sauza. Dia kalang kabut setelah menerima pesan WA dari Sauza yang meminta bercerai darinya.
***
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.