Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Anna sedikit berlari untuk mengejar langkah cepat Liam, pria jangkung itu hanya berjalan biasa saja tapi Anna harus berlari untuk mengimbangi setiap langkah. Suara langkah Anna yang seakan terburu-buru membuat Liam menjadi tidak nyaman, ia sedikit melirik ke belakang. Ternyata Anna langsung menghentikan langkahnya karna mendapati Liam sedikit meliriknya.
Iirikan tajam dari Liam membuat Anna takut selain itu juga tidak mengerti. Anna mengira Liam melihat sesuatu yang aneh dibelakangnya, tepat di area ruang tengah yang sudah gelap gulita.
“Apa, apa yang kau lihat?” Tanya Anna penuh ketakutan, ia melihat kearah belakang lagi dimana disana sangat gelap tidak dapat terlihat apapun.
Kalau dari raut wajahnya Liam yakin jika Anna sudah salah mengira penglihatannya. Padahal Liam terkejut karena cara langkah Anna berjalan bukan karena melihat hal lain.
“Liam, apa yang kau lihat disana tadi?” Tanya Anna lagi kali ini penuh kekesalan karena tidak mendapatkan jawaban, tangan Anna juga terus menarik Liam penuh kekesalan.
Sebelum menjawab Liam berdehem sebentar, terlintas kejahilan dibenaknya. “Ntahlah, seperti ada sesuatu yang mengikutimu.” Jawab Liam penuh kebohongan tapi ekspresi wajahnya serius sekali.
“Apa? Sesuatu yang gelap? Maksudmu, hantu?” Tanya Anna lagi dan lagi, ia sampai memegang erat lengan Liam.
Pria tampan itu mengangguk mantap, pelan-pelan melepaskan tangan Anna yang terus saja memegang tangannya. Liam tetap tenang untuk melanjutkan aksi mengerjai Anna, ia tahu Anna paling takut dengan sesuatu hal yang mistis. Terlebih lagi sekarang Anna menatap nanar tangannya yang dilepas begitu saja oleh Liam. Dan juga sesekali Anna terus melihat kebelakang memastikan tidak ada hal menakutkan yang mengikuti.
“Tapi, sepertinya hanya perasaan ku saja. Mungkin saja aku salah lihat, iya.. Hanya salah lihat.” Katanya, Liam melanjutkan langkahnya tanpa mengajak Anna.
“Salah liat? Apa kau bisa memastikan jika memang salah lihat?” Anna terkejut karena Liam sudah jauh darinya. “Hei, tunggu aku!” Anna sedikit berteriak, ia takut sekali berada di tengah kegelapan seorang diri.
Sungguh Anna tidak mengerti mengapa langkah Liam cepat sekali, dalam sekejap mata saja pria itu sudah sampai dipintu kamar dilantai dua.
“Masuk, lalu tidur..” Liam membuka pintu kamar, ia menyuruh Anna untuk masuk kedalam.
Anna masih menatap sekelilingnya, bagaimanapun ia baru disini. Anna hanya takut ada penunggu Apartemen yang sangat tidak suka padanya, ia takut seorang diri.
“Kau tidak menginap disini?” Tanya Anna disaat mau menutup pintu kamar, ia menatap Liam dengan penuh harapan.
Kedua tangan Liam berkacak pinggang sambil menatap Anna, ia ingin tertawa karena ternyata satu tahun berpisah tidak membuat Anna berubah sedikitpun.
“Kau mau aku menginap?” Malah Liam bertanya balik, seperti biasa hanya ingin mengerjai Anna lagi.
Anna menjawab dengan menggelengkan kepala. “Bukan aku, tapi anakmu.” Jawaban Anna sungguh aneh, sangat tidak bisa diterima oleh pikiran Liam yang penuh logika.
“Hanya ada satu kamar disini, aku tidur dilantai bawah. Jika kau membutuhkan sesuatu panggil saja, aku akan datang.” Ucap Liam menjelaskan semuanya.
Pria itu melangkah pergi meninggalkan Anna yang masih berdiri diam didepan pintu. Ntah bawaan sang bayi atau apa tapi hal yang sangat ingin Anna lakukan saat ini adalah mempertahankan Liam agar tetap berada di sekitarnya.
“Tunggu..” Anna spontan mengatakannya, sampai disaat Liam berbalik badan untuk mengetahui ada apa Anna menunduk.
“Ada yang kau perlukan?”
“Ada.”
“Apa? Aku akan mengambilnya nanti, katakan saja.”
“Kau, aku takut tidur sendiri. Setidaknya malam ini saja temani aku, aku berjanji tidak akan minta macam-macam lagi seterusnya.” Anna sangat malu mengatakan semua itu, tapi bagaimana lagi ia takut dengan penunggu apartemen ini.
Liam hanya berdiri diam menatap Anna bingung, ia ingin hanya saja berada di dalam ruangan seperti kamar berdua dengan Anna saja membuat Liam teringat dengan kenangan mereka dulu. Sangat sakit, Liam menyangka mungkin hanya dirinya saja yang tidak pernah melupakan kenangan pernikahan mereka.
“Aku ada pekerjaan, maaf tidak bisa menemanimu. Jika kau memang takut tidur sendiri… bi sarti akan menemani mulai besok.” Liam menolak disertai alasan yang membuat dada Anna sedikit sakit.
Anna menatap Liam dengan kedua mata menahan air mata, penolakan ini membuat dirinya seakan tercampakan.
“Tidak ada apa-apa, An. Soal tadi aku hanya bercanda saja, maaf sudah membuatmu ketakutan.” Ucap Liam setulus dari dalam hati, ia tersenyum tipis lalu melangkah pergi meninggalkan Anna yang masih terdiam membisu.
Kepergian Liam langsung Anna terus memukul kepalanya sendiri yang sudah ceroboh meminta sesuatu hal yang merendahkan. Menutup pintu dengan sangat keras mungkin saja Liam dibawah sana mendengar apa yang Anna lakukan.
“Dasar bodoh! Kenapa kau berharap seperti itu padanya ha?!” Anna terus membenturkan kepalanya pelan di pintu, ia ingin menjerit kencang atas kebodohannya itu.
Merasa percuma dengan langkah gontai Anna berjalan menuju tempat tidur. Merangkak naik keatas dengan terus menghela napas panjang, Anna merebahkan tubuhnya dengan gaya terlentang. Memegang guling sambil terus menatap langit-langit kamar. Tangan Anna memegang perutnya dengan sedikit melakukan elusan, usapan ini membuat Anna seolah merasakan janinnya.
“Kau suka dekat dengan ayahmu bukan? Tapi andai kau tahu.. Berdekatan dengan ayahmu justru membuat Ibumu ini menderita.”
“Sebenarnya aku tidak tahu mengapa kau ada disela hubungan kami yang hancur. Bahkan untuk bersama kembali saja kami sulit, kau hanya membuat kami semakin tersiksa, nak..” Gumam Anna pelan, air matanya menetes begitu saja membasahi pipinya membayangkan nasib buruk yang terjadi.
Sementara itu disisi lain Liam sibuk menata bantal sofa tempat ia menghabiskan malam. Merasa sudah baik Liam duduk disana sambil menyalakan televisi, kemungkinan besar Liam tidak akan bisa tidur malam ini.
“Dia sudah tidur?” Liam terus menatap anak tangga menuju lantai kamar dua dimana Anna berada.
Menghela napas panjang, melihat keatas memastikan Anna sudah tertidur pulas bukanlah tindakan yang tepat. Liam memilih menunda rasa penasaran, ia merebahkan tubuhnya diatas sofa sembari memikirkan semuanya. Baru saja memejamkan mata tiba-tiba ponselnya berdering, ditengah larut malam begini.
Tanpa melihat nama pemanggil Liam mengangkat panggilan tersebut. Yang mana ternyata Shopia yang menghubungi, sebenarnya ada apa.
“Halo?”
“Kau dimana, Nak?”
“Di_”
“Jemput Emma sekarang!”
“Emma?” Langsung Liam bangkit dari posisinya, ia menatap malas ponselnya lagi dan lagi sang Mama selalu saja menyuruhnya melakukan hal yang tidak tidak. “Ma, biarkan saja dia. Jangan paksa aku lagi, aku muak, Ma.”
“Emma kecelakaan, apa kau mau tetap diam disana mengabaikan calon mantuku?!”
“Huh..” Liam membuang napasnya secara kasar, semua masalah seakan menyerang dalam satu waktu tidak bisa membuatnya tenang sedikit saja.
“Jika kau tidak datang, jangan harap semua perusahaan akan menjadi milikmu!”
Setelah mengatakan ancaman mautnya Shopia langsung mematikan panggilannya secara sepihak, membiarkan Liam berpikir sendiri.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...