Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan
Shofiyah memandang Gibran dengan mata berkaca-kaca, keduanya saling mencintai tapi keluarga yang tak bisa bersatulah yang menjadi pemicunya.
"Aku dibesarkan oleh ayah dan nenekku dengan limpahan kasih sayang dan cinta, jangankan memukul ku, memarahi ku saja mereka tetap menjaga emosi dan perkataannya, dan kakak pikir jika aku menikah dan tidak diterima baik, apakah kamu ayahku akan diam saja??
"Ayahku diam bukan berarti tidak tahu kak, bahkan aku tidak menceritakan apapun padanya tentang kita tapi dia tahu sekali bagaimana hubungan kita".
"Kakak tahu apa yang dikatakan ayahku tentangmu??
Gibran menggelengkan kepalanya tanda dia tidak tahu, bagaimana dia bisa tahu sedangkan dia tak pernah ketemu.
"Kamu benar kak, kalian tak pernah bertemu taoi dia selalu mengawasi ku dimana saja kak".
"Dek, ayah kamu??
"Dia ayahku yang pendiam dan tak banyak berbicara taoi dia akan bergerak sendiri tanpa diminta, dia mengatakan, kamu beruntung nak dia lelaki baik dan setia serta pengertian, andai kamu bisa menikah dengannya kamu pasti bahagia karena dia memiliki segalanya.
"Terus kenapa dia menolak lamaran ku dek??
"Aku belum menyelesaikan perkataan ayahku kak". Ucapku dengan kesal.
"Maaf dek".
" Setiap perempuan itu akan dibawah suaminya tempat dia bernaung maka segala tetekbengeknya aku akan menjadi tanggung jawab kakak, Pernikahan itu menikahkan dua orang dengan 2 keluarga yang berbeda dan harus menerima menantu dari pihak lain dengan apa adanya".
"Laki-laki bertindak sebagai imam, pelindung, pendidik dan pemberian nafkah dan paling penting harus bisa memberi tempat tinggal yang nyaman, aman dan tentram".
"Faktor utama perceraian itu 3 yang paling besar, KDRT, Ekonomi dan paling parah adalah banyaknya campur tangan keluarga dan keluarganya adalah orang yang sangat suka ikut campur dalam segala hal".
"Dek, aku, maaf". Ucap Gibran menunduk.
"Ayahku tidak membencimu kak, baginya kamu adalah calon menantu idaman, baik, mapan dan sangat menyayangi aku tapi ayahku menolakmu bukan karena itu, tapi lingkungan keluargamu dimana nanti kamu akan membawaku masuk dalam keluargamu dan itu bukan waktu sebentar.
"Ayahku sangat menyayangiku kak, dia tidak mungkin memberikan aku kepada tempat yang selalu akan membuat luka untukku sepanjang aku berumahtangga, dia ingin aku menikah untuk bahagia bukan untuk tersiksa dan terluka, kamu punya adik perempuan kak, bagaimana perasaanmu seandainya Gaby menikah dan dapat lingkungan toxic??
Gibran menggelengkan kepalanya tak bisa membayangkan adik yang begitu disayanginya menikah dan diperlakukan dengan tidak baik.
"Jawabanmu sama dengan perasaan ayahku kak, dis seorang ayah yang begitu mencintai anak-anak nya apalagi anak perempuan nya".
"Aku menyayangimu dek".
"Aku tahu kak, aku bahkan tidak meragukan cinta dan sayangmu padaku, makanya aku berjuang untuk bisa mendapatkan restu ayahku, hanya saja dia tidak mau memberikanku kepada lingkungan keluargamu, itu sebabnya dia memberikanku pilihan itu, aku mengorbankan semuanya dengan jauh dari keluarga begitupun denganmu, bukan hanya kamu kak tapi aku juga".
"Berikan waktu aku berpikir dek, jujur saja ini sangat berat untukku".
"Tentu kak, aku tidak mungkin membiarkanmu berjuang sendirian, tapi untuk kali ini jawabanmu menentukan, mau dibawah kemana hubungan kita, renungkan baik-baik apa yang kukatakan padamu tadi. Maafkan aku tak punya pilihan lain, itu adalah jalan terbaik untuk kita berdua, aku pamit, maafkan aku, Assalamualaikum ". Shofiyah meninggalkan Gibran dalam keadaan hati yang tidak bisa dijabarkan, dia begitu menyayangi lelaki yang telah bersamanya selama 8 tahun tapi apa yang mau dikata perkataan ayahnya benar adanya dan dia ingin pernikahan seumur hidup bukan seumur jagung.
Gibran hanya bisa menangis menundukkan kepalanya, lelaki berwibawa itu selalu cengeng jika berhadapan dengan gadis yang dicintai nya itu. Apalagi jika keadaan seperti ini, dia tidak akan bisa melihatnya bersedih apalagi menderita.
Dia berjalan gontai keluar dari tempat itu untuk pulang ke rumahnya, dia akan membicarakannya dengan keluarganya agar dia bisa mendapatkan solusi.
"Ya Allah sakit sekali rasanya, aku sungguh menyayanginya, aku sangat menyayanginya, dia lelaki yang baik ya Allah". Shofiyah meminggirkan motornya memegang dadanya yang terasa sakit.
Dia tidak pernah mencintai seseorang seperti dia menyayangi Gibran, ayahnya yang tertinggi dan Gibranlah dibawahnya, dia tidak akan bisa memilih.
"Assalamualaikum". Ucap Gibran begitu masuk dirumah tapi tak ada yang menjawab dalamnya, mereka asyik mengobrol sampai tak mendengar salam dari Gibran.
"Jangan mau menerima Shofiyah dirumah kita kak, kakak tahu sendiri aku yakin nanti dia pasti memakai cadar apalagi jilbabnya sudah panjang seperti itu, sekarang ini saja dia bahkan menjaga jarak dari Gibran".
"Tapi Gibran sangat menyayanginya, aku pun menyayangi gadis itu, begitu juga dengan Gaby".
"Kami tidak setuju dia masuk keluarga kita, keluarga besar kita akan kembali mengucilkan dia seperti yang dilakukan mereka pada Ratna".
"Tapi aku dan seluruh keluarga ku sangat menyayanginya sejarah pertama kali Gibran membawanya kesini".
"Pokoknya Mama tidak setuju, jangan pernah membawa perempuan seperti itu lagi dirumah kita sudah cukup Ratna saja membuat masalah". Ucap Nenek Dari Gibran menggebrak meja dan keluar berpapasan dengan Gibran di pintu yang sedang mematung.
"Banyak gadis lain yang lebih baik Gibran, jangan membawa gadis itu kedalam keluarga kita kalau kau tidak mau melihatnya menderita, dia tidak cocok berada di lingkungan keluarga". Hardik sang nenek sebelum meninggalkan Gibran seorang diri.
Kini kembali kata-kata Shofiyah dan ayahnya terngiang-ngiang di benaknya, benar kata mereka, keluarganya akan membuatnya menderita jika Shofiyah masuk kedalam keluarganya dan tinggal bersama nya dekat dari keluarganya.
"Gibran kau baik-baik saja nak?? Tanya Sang mama langsung memeluk anak lelakinya yang terluka, dia yakin anaknya itu begitu terpukul.
"Apakah aku sangat jahat mempertahankan Cintaku tapi membuatnya menderita ketika bersamaku karena keluargaku". Gibran jatuh terduduk menangis.
"Maafkan mama nak, mama juga khawatir jika Shofiyah berada disini, aku tak mau dia bernasib sama dengan Ratna,m yang stres dan akhirnya memilih membunuh dirinya".
"Aku akan melepaskannya ma, aku sangat menyayangi nya, aku menikahinya bukan untuk kubuat menderita tapi untuk bahagia". Tangisan Gibran kini terdengar begitu pilu.
Sang mama hanya bisa memeluk sang anak yang tengah dilanda luka dan kebimbangan. Anak tertuanya yang sangat rapuh jika masalah cintanya, karena dia tahu seberapa besar cinta anaknya pada anak Gadis Abdullah itu
"Maafkan mama nak, mama takut tidak bisa melindunginya dari keluarga besar kita apalagi pekerjaanmu disana".
"Ma, aku boleh pergi meninggalkan semuanya bersama Shofiyah?? Tanya Gibran dengan pelan.
Sang ibu yang mendengar perkataan sang anak langsung melepaskan pelukannya dan menatap tajam sang anak. Dia sangat berang mendengar perkataan yang tidak bermutu itu
"Kamu mau membawa Shofiyah kawin lari?? Hardik sang mama dengan Penuh Emosi.