(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
ISTRI 13 TAHUN
11
Diperjalanan pulang, Pajajar dan kedua saudaranya terdiam kaget dan sangat tidak percaya atas tindakan ayahnya.
Tetapi Hendro tidak ambil pusing dengan reaksi anaknya, toh sudah lumrah bagi gadis desa menikah diusia segitu. Teman Hendro saat SD dulu saja yang perempuan sudah menikah. Hidupnya terus berlanjut saja.
"Kenapa kalian bertiga jadi diam seperti ini?" Rosiati memecah keheningan di dalam mobil.
"Suniah itu cantik, baik, penurut. Apa salahnya dia?" Kebiasaan Rosiati yang suka mengomel pun akhirnya kembali lagi, padahal sekitar dua hari belakangan Ibu tiga anak itu terlihat kalem.
"Salah Bu! T*t*ya belum ada!" ujar Pajajar dengan frontal dan suara yang sedikit keras. Membuat seisi mobil terkejut mendengarnya.
Sampai-sampai Jaka mengerem mendadak. "HAHAHA!" Tidak mampu menahan tawa lantaran ucapan adiknya benar, Jaka sampai mengeluarkan air mata.
Mulyo hanya cengar cengir mendengar perkataan Pajajar. "Mas benar, pacarku saja lebih berisi dari itu."
PLAK!!
Paha Mulyo di tepuk oleh Rosiati karena bicara sembarangan. Sedangkan Hendro dia memijat pelipisnya kaget dengan ucapan Pajajar.
"Pajajar, jangan sembarangan ngomong kamu, tidak sopan berkata seperti itu. Memang Ibu dan Ayah membesarkan kalian dengan modern, tapi bukan berarti boleh mengomentari fisik perempuan dengan sembarangan." tegur Rosiati.
"Tapi Bu, Pajajar benar, bahkan gadis itu belu--" Belum selesai Jaka berbicara, Hendro sudah terlebih dahulu menatapnya dengan tatapan tajam.
"Jaka, kamu jangan suka menyiram minyak saat api sudah menyala."Lalu Jaka kembali mengendarai mobilnya dengan tenang.
Pajajar hanya terdiam sehabis melontarkan pernyataan tersebut. Dirinya sedikit frustasi mengetahui calon istrinya adalah anak kecil. Padahal niat hatinya ingin memamerkan istrinya pada Diah dan temannya yang lain. Kalau begini bagaimana caranya mengenalkan Suniah pada temannya nanti? Rasanya kepala Pajajar jadi pusing memikirkan pernikahan ini.
Jaka melajukan mobilnya di tengah heningnya malam, hanya lampu dari mobil mereka yang menjadi penerang. Untungnya jalanan penuh lobang sudah mereka lalui tadi dengan aman.
***
"Kasiah, apa tadi kamu lihat reaksi tiga bersaudara itu saat mengetahui bahwa aku yang akan dilamar?" Suniah dan adiknya sudah merebahkan diri di kamarnya yang sederhana.
"Iya Niah, mereka sepertinya tidak tau kalau yang dilamar adalah kamu." Kasiah sendiripun menyadari hal itu, dia mengerti perasaan kakaknya. Kasiah akui ketiga saudara itu sangat tampan.
"Tapi Niah, calon suami kamu tampan sekali!" Kasiah menggoda kakaknya agar melupakan perasaan tidak nyaman tadi.
"Tampan memang, tapi kalau dia justru tidak menyukai aku, bagaimana Kasiah?" Suniah tidak percaya diri, apalagi pria yang akan menjadi suaminya adalah orang kota. Sedangkan dirinya berasal dari kampung, miskin pula. Suniah cukup sadar diri akan hal ini.
"Kau ini, jangan bicara seperti itu. Nanti saat kau sudah menikah dan tinggal dikota. Aku yakin, kau juga akan menjadi cantik." Kasiah mencoba menghibur kakaknya lagi. Walaupun disudut hatinya dia juga merasa cemas.
"Dia tampan Kasiah, kau pernah dengar tidak ada anak dari kampung sebelah yang menikah dengan lelaki tampan dari kota?"
Kasiah mengangguk, tentu saja dia mengetahui hal itu karena semua temannya heboh lantaran lelaki itu begitu tampan.
"Kau tau nasibnya Kasiah? ternyata dia dijadikan istri ketiga. Bahkan setelah itu suami tampannya menikah lagi." Kasiah menelan salivanya susah payah.
"Hanya lelaki miskin yang setia, Niah." Suniah menyenggol lengan adiknya.
"Lelaki miskin juga sama saja. Bedanya dia tidak punya uang Kasiah."
TBC