LIKE🤗
VOTE😃
TERIMAKASIH🙏🙏
Alaska tempat seorang presdir yang mempunyai watak keras, dingin, dan kejam dia bernama Alexander , dan akan di jodohkan dengan gadis kecil cantik, dan pemberani yang bernama Lara Hateway. Saat mempersiapkan pernikahan ada beberapa musuh yang mengancam untuk membunuh kalau sampai perjodohan itu terjadi.
Dan banyak misteri dari masa lalu yang belum terkuak. akan adanya pengkhianatan masa lalu pembunuhan yang tragis. sehingga mereka harus menguak dan merencanakan sebuah misi.
Beberapa bulan kemudian, keduanya mempunyai rasa tapi sulit untuk di ungkapkan. Setelah Lara tertembak musuh barulah Alexander mengungkapkan betapa berartinya dia buat hidupnya.
Akankah semua misi akan terkuak, dan akankah Lara dan Alex bahagia atau....?
Langsung saja baca ceritanya yuks pasti seru bercampur dengan action, emosi, perasaan dan bla bla🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devi Istigfariatul Laili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 33
Beberapa Tahun Kemudian..
Beberapa tahun kemudian, setelah segala cobaan yang mereka hadapi, Alex dan Lara kini menjalani hidup bahagia bersama lima anak kembar yang membuat hidup mereka penuh warna. Kehidupan yang dulu penuh dengan ketegangan kini berubah menjadi damai dan dipenuhi tawa anak-anak.
Suara tawa anak-anak yang riang terdengar memenuhi udara, bergema di seluruh halaman belakang rumah besar itu. Matahari pagi menyinari rumput hijau, menciptakan suasana yang hangat dan damai. Lima anak kecil, semuanya kembar, berlari-lari di sekitar taman, bermain dengan anjing kesayangan mereka. Mereka berumur tiga tahun, dan energi mereka seolah tidak ada habisnya.
Lara duduk di kursi taman, mengawasi anak-anaknya dengan senyum penuh kebanggaan. Di sebelahnya, Alex duduk dengan santai, satu tangan memeluk pundak Lara, sementara tangannya yang lain memegang secangkir kopi. Pandangannya terus tertuju pada kelima anak mereka, mengamati setiap gerakan mereka dengan penuh kasih.
"Sudah tiga tahun berlalu, tapi rasanya seperti mimpi," kata Lara, memecah keheningan dengan suara lembutnya.
Alex menoleh ke arahnya dan tersenyum. "Mimpi yang indah, kan? Aku tidak pernah membayangkan hidupku bisa sesempurna ini."
Lara mengangguk. "Ya, aku juga. Melihat mereka berlima tumbuh dengan sehat dan bahagia membuat semua perjuangan kita terasa begitu berharga."
"Masih ingat saat dokter bilang kita akan punya lima anak sekaligus?" tanya Alex sambil tertawa kecil, mengingat momen itu.
Lara tertawa, matanya berbinar. "Aku hampir pingsan mendengarnya! Tapi kamu terlihat begitu tenang saat itu."
"Tenang?" Alex menggeleng, masih tertawa. "Aku panik di dalam, tapi aku tahu aku harus terlihat kuat di depanmu."
Lara menyandarkan kepalanya di bahu Alex, merasa bersyukur atas semua yang telah mereka lalui bersama. "Kamu selalu begitu, Honey. Selalu berusaha melindungiku, bahkan dari kekhawatiranmu sendiri."
"Kamu pantas dilindungi, Sayang," jawab Alex, suaranya penuh kasih sayang. "Kamu adalah segalanya bagiku."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan yang tenang. Suara anak-anak mereka masih terdengar di latar belakang, tapi di antara mereka berdua, hanya ada kedamaian.
"Papa, Papa!" teriak salah satu anak mereka, membuyarkan keheningan. Anak perempuan bernama Alana berlari ke arah Alex, diikuti oleh empat saudara kembarnya, Alexia, Axel, Alvin, dan Alvaro.
"Apa yang kalian lakukan, anak-anak?" tanya Alex sambil tertawa melihat mereka semua mendekat dengan ekspresi penuh semangat.
"Kami mau main petak umpet! Papa mau ikut?" tanya Axel, yang menjadi juru bicara kelompok kecil mereka.
Alex menatap Lara, lalu tersenyum nakal. "Bagaimana kalau Mama ikut bermain juga?"
Lara menggeleng sambil tertawa. "Oh tidak, Papa kalian saja yang ikut. Ibu akan duduk manis di sini dan menonton."
"Ayo, Pah! Papa pasti tidak bisa menang lawan kami!" Alvin menantang sambil melompat-lompat.
Alex tertawa. "Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, aku juara bertahan dalam permainan ini!"
Anak-anak langsung bersorak gembira dan berlari ke berbagai arah untuk bersembunyi. Alex bangkit dari kursinya, bersiap untuk mengejar mereka. Tapi sebelum pergi, dia membungkuk dan mencium kening Lara.
"Aku akan segera kembali setelah menang melawan anak-anak kita."
Lara tersenyum, mengamati Alex yang mulai mengejar anak-anak mereka dengan penuh semangat. Dia tidak bisa menahan tawa melihat bagaimana Alex bermain dengan mereka, seolah-olah dia juga kembali menjadi anak-anak.
Waktu berlalu dengan cepat, dan matahari sudah mulai condong ke barat. Setelah bermain cukup lama, Alex dan anak-anak kembali ke kursi taman, kelelahan namun bahagia.
"Siapa yang menang?" tanya Lara sambil tertawa melihat wajah anak-anaknya yang merah karena terlalu banyak berlari.
"Kami menang, Mama!" teriak Alexia dengan bangga, meskipun semua anak lainnya langsung berteriak hal yang sama.
"Kita semua menang," tambah Alex sambil duduk kembali di samping Lara. "Karena kita bisa bermain bersama."
Lara tersenyum bahagia, memandang keluarganya yang kini utuh. Semua ketakutan dan ketegangan yang pernah mereka rasakan kini terasa begitu jauh. Sekarang, hidup mereka dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta.
Malam itu, setelah anak-anak tidur, Alex dan Lara berbaring di tempat tidur mereka. Keduanya terdiam, menikmati keheningan malam yang damai setelah hari yang penuh dengan tawa.
"Kamu tahu, Honey," kata Lara tiba-tiba. "Aku merasa seperti ini adalah kebahagiaan yang sempurna. Tidak ada yang bisa lebih baik dari ini."
Alex menatap wajah Lara dengan penuh cinta. "Aku juga merasakannya. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku merasa kita pantas mendapatkan semua ini."
Lara tersenyum. "Tapi kamu tahu apa yang paling aku syukuri?"
"Apa itu?" tanya Alex, penasaran.
"Kamu," jawab Lara lembut. "Aku bersyukur karena kamu selalu ada di sisiku, tidak peduli seberapa sulit keadaan kita. Kamu tidak pernah meninggalkanku, dan aku tahu aku bisa selalu mengandalkanmu."
Alex merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. "Aku akan selalu ada untukmu, Lara. Selalu."
Mereka berdua terdiam lagi, merasakan ikatan yang begitu kuat di antara mereka. Malam itu, mereka tidur dengan perasaan tenang, mengetahui bahwa hidup mereka kini sempurna. Tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi ancaman. Hanya kebahagiaan yang menunggu di masa depan mereka.
pagi hari, Alex dan Lara berdiri di depan rumah mereka, menyaksikan anak-anak mereka yang kini tumbuh besar. Kelima anak kembar itu berlarian di halaman, tawa mereka masih memenuhi udara.
"Aku tidak percaya waktu berlalu begitu cepat," kata Lara, matanya tertuju pada anak-anak mereka.
"Ya, rasanya seperti baru kemarin kita menghadapi semua masalah itu," jawab Alex. "Tapi sekarang, lihatlah kita. Kita punya keluarga yang luar biasa."
Lara mengangguk setuju. "Dan kita akan terus bahagia, selamanya."
Mereka berdua saling menggenggam tangan, menatap masa depan dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Semua cobaan yang pernah mereka hadapi kini telah menjadi kenangan, dan hanya cinta yang tersisa, mengiringi perjalanan hidup mereka yang baru.
Pov Lara
"Kebahagiaan sejati bukanlah tentang harta, melainkan momen-momen sederhana yang kita habiskan bersama keluarga."
"Di tengah dunia yang selalu berubah, keluarga adalah satu-satunya tempat di mana kebahagiaan abadi selalu menanti."
"Kebahagiaan bersama keluarga adalah kekayaan yang tak ternilai, dan cinta yang ada di dalamnya adalah warisan yang tak pernah pudar."
"Tidak ada tempat yang lebih damai dan bahagia selain berada di sisi orang-orang yang kita cintai dalam keluarga."
"Keluarga adalah rumah bagi hati, tempat kebahagiaan berakar, dan cinta bertumbuh untuk selamanya."
Pov Alexander
"Di balik semua ambisi dan kekuasaan yang dimilikinya, Alexander hanyalah seorang pria yang terluka, takut kehilangan apa yang paling berharga baginya. Aku tahu, dalam genggamannya aku pernah merasa terkungkung, tapi kini aku menyadari, itu adalah caranya mencintaiku, walau mungkin terlalu erat.
Dan di akhir semua ini, aku memilih untuk tetap bersamanya, karena di pelukannya, aku menemukan rumah sejati—tempat di mana cintanya, meski penuh gejolak, adalah milikku selamanya."
Happy Reading🤗🤗
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan mulai awal sampai akhir bab, manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa😍😍🙏🙏