"Gak Aluna!! Aku akan mengakhiri hubungan adik kakak ini dan kita bisa bersama selamanya!!" ucap Raka sambil memegang tangan Aluna
"Tapi aku tidak menyukai kakak!!!"
Mendengar hal itu membuat Raka langsung melepaskan genggamannya dan menatap Aluna
"Apa yang kamu bilang?? Kamu gak menyukai ku?? Gak mungkin!! Kamu jelas-jelas menyukai ku!!"
Aluna kembali menggelengkan kepalanya karena dia memang tidak mengetahui perasaannya kepada Raka adalah perasaan cinta atau perasaan sayang sebagai kakak. Karena dia belum pernah membayangkan jika Raka akan mencintainya bukan sebagai seorang adik tapi cinta sebagai kekasih.
Mau tahu kelanjutannya ayo baca sekarang 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Keesokan harinya seperti biasa Bima menelepon Aluna untuk membangunkan untuk membuat sarapan tapi pagi itu Aluna tidak dapat dihubungi karena handphonenya mati kehabisan daya. Aluna juga masih tertidur di dalam mobil yang menuju ke rumah kakek dan neneknya dengan bersandar pada Raka.
Aluna tidak sadar jika dirinya bersandar pada Raka karena kelelahan setelah penerbangan tadi dan perjalanan yang lumayan jauh menuju rumah kakeknya. Namun berbeda dengan Raka yang menyadari jika Aluna bersandar padanya, membuat dia tidak berani bergerak karena takut membuat Aluna terbangun.
Raka tersenyum karena tidak menyangka akan begitu dekat dengan Aluna dan membayangkan akan menghabiskan waktu tiga hari bersama nanti tanpa perlu merasa asing seperti kemarin.
Kembali pada Bima yang bingung karena nomor Aluna tidak dapat dihubungi dan merasa kesal karena tidak bisa melihat wajah bangun pagi Aluna yang belum terjamah makeup apapun dan masih alami. Seakan sudah menjadi kebiasaan baginya untuk mendengar suara Aluna di pagi hari membuat dia menjadi gusar karena tidak dapat mendengarnya pada pagi ini. Tanpa tahu jika Aluna sudah pergi ke Bandung selama tiga hari.
...----------------...
Sesampainya Bima di sekolah dia langsung menunggu kedatangan Aluna untuk membawakan sarapan untuknya, tapi menunggu cukup lama hingga bel jam pertama belum ada tanda-tanda kemunculan Aluna. Hal itu membuatnya bertanya-tanya kemana perginya Aluna dan pesan yang dia kirim tadi pagi juga belum ada balasan.
Leo dan Ferdi yang melihat Bima begitu gelisah menjadi terheran-heran karena Bima terus bolak balik di depan mereka
"Bim,, apa lo gak capek bolak balik kayak gitu?? Gue sih capek lihatnya" ucap Ferdi yang mengeluh
"Iya Bim, sebenarnya apa yang lo tunggu?" sambung Leo
"Tentu saja menunggu sarapan gue!!" ucap Bima
"Entah dimana Aluna, kenapa dia belum datang juga" ucap Bima yang mulai kesal
"Kenapa gak lo hubungi aja dia dan nanya keberadaannya saat ini??"
"Gue udah menghubungi dan mengirim pesan tapi dia gak ada yang dibalasnya!!"
"Jadi sebenernya lo nunggu sarapan atau nunggu orangnya Bim??" tanya Leo yang mencoba menguji Bima
"Gue nunggu dia,, eee maksudnya gue nunggu dia karena gue mau sarapan jadi gitulah!"
"Hahaha dari pada lo nunggu yang gak jelas, lebih baik kita ke kelasnya dan mencarinya secara langsung" ucap Leo
"Betul juga, kenapa gak dari yang tadi gue mikir kayak gitu?"
"Siapa suruh panik duluan"
"Kalo gitu ayo kita pergi ke sana!!"
"Gak sekarang juga kan Bim, tuh lihat guru dah dateng"
Melihat guru yang datang membuat Bima kesal karena tidak bisa mengecek Aluna di kelasnya.
Sementara itu Aluna dan Raka sudah sampai di rumah kakeknya yang sangat indah karena berada di desa dengan pemandangan alam yang masih asri. Melihatnya di pagi hari membuat mata menjadi segar dan udara yang dingin membuat pikiran menjadi nyaman.
"Bagaimana sayang,, apa kamu suka dengan suasana disini??" tanya sang nenek
"Emm iya oma, Aluna sangat menyukainya"
"Sudah lama sekali Aluna tidak ke sini dan sekarang sudah banyak yang berubah"
"Tentu saja sayang,, terakhir kali kamu kesini adalah saat berusia 10 tahun jadi banyak yang berubah"
Nenek dan kakeknya tinggal di desa dan hidup bersama keluarga besar mereka di sana. Walaupun tinggal di desa tapi mereka termasuk dalam keluarga yang kaya karena memiliki banyak sawah dan juga membangun bisnis keluarga di bidang ekspor hasil tani yang memiliki mitra hampir di seluruh wilayah di jawa.
Hal itulah mengapa keduanya ingin agar Aluna bisa tinggal bersama mereka dan membantu meneruskan bisnis keluarga karena bagaimanapun Aluna adalah anak satu-satunya dari putri mereka. Mereka hanya ingin menjaga cucu mereka dengan baik dan melihatnya tubuh.
"Oma,, nanti pernikahan kak melodi akan dilakukan dimana??"
"Tentu saja di rumahnya sayang,, disana sudah di hias nanti kalian kesana untuk bantu-bantu"
"Emm baik Oma, Aluna juga sudah tidak sabar bertemu dengan Om, tante dan juga Kak melodi"
"Nanti kamu akan bertemu dengannya, sekarang kalian masuk dan istirahat dulu dan berikan semua barang-barang kalian pada pelayan agar merapikannya di kamar kalian"
"Emm baik oma"
Raka sedari tadi hanya diam dan mendengarkan Aluna berbicara banyak hal, untuk pertama kali dia melihat Aluna berbicara begitu bebas tidak seperti ketika dia berada di rumah. Dia menyadari jika Aluna begitu nyaman ketika berada di rumah nenek dan kakeknya tanpa memikirkan peraturan rumah apapun. Hal itu membuatnya senang karena melihat Aluna menjadi dirinya sendiri dan tidak tertekan seperti sebelumnya, dan dia berharap jika Aluna bisa sama seperti sekarang ketika berada di rumah.
"Raka,, ayo masuk nak" ucap kakek Aluna
"Iya Opa"
Di dalam terdapat banyak foto Aluna dan sang ibu yang terpajang dengan rapi, terlihat senyum bahagia terpancar jelas pada Aluna kecil ketika bersama dengan sang ibu.
"Tuan muda,,"
"Iya Bi,, ada apa??"
"Ini kamar anda dan barangnya sudah saya rapikan"
"Terima kasih bi"
"Oh iya bi, boleh saya bertanya??"
"Iya tuan"
"Pemandangan di foto itu apakah ada di dekat sini??" tanya Raka setelah melihat salah satu foto Aluna kecil dengan pemandangan air terjun yang indah
"Iya tuan, itu ada di dekat sini"
"Apakah saya bisa pergi ke sana??"
"Tentu tuan, tapi untuk kesana harus jalan kaki sekitar 20 menit"
"Ohh baiklah bi, terima kasih"
Raka terlihat tertarik untuk pergi ke sana karena melihat Aluna kecil begitu senang.
...----------------...
Kembali pada Bima yang sedang menuju ke kelas Aluna, tapi dia tidak menemukan siapapun ketika sampai disana.
Dia melihat ke segala arah tapi tidak menemukan keberadaan Aluna di dalam kelas
"Hei,, bisa minggir??" ucap Lea yang datang dengan tongkat untuk menopang kakinya
"Lo,, dimana Aluna?? Kenapa dia gak bawain gue sarapan pagi ini??"
"Lo nanya gue??"
"Iyalah,, masa gue ngomong sama angin dari tadi"
"Ohh. Aluna gak ada"
"Dimana dia??"
"Gak masuk"
"Kenapa?"
"Huhhh banyak banget si pertanyaan lo. Oke dengerin baik-baik jadi Aluna gak masuk karena dia sedang ke Bandung untuk acara keluarga sekian"
"Berapa lama dia pergi ke Bandung??"
"Emmm entahlah,, mungkin lebih dari satu hari karena dia tidak mengatakan apapun lagi"
"Bohong, lo pasti tahu kan"
"ihh udah gue bilang dia gak bilang kapan akan kembali jadi stop tanya-tanya. Tapi kayaknya lumayan lama karena dia perlu menenangkan diri dari lo karena udah buat dia stress selama ini"
"Apa lo bilang??"
"Emang gue bener, dengan dia pergi kali ini maka kemungkinan untuk balik ke Jakarta sangat kecil karena disana tempat ibunya tinggal jadi aku yakin dia lebih nyaman di sana"
Mendengar hal itu membuat Bima marah dan langsung pergi dari sana.
Bersambung..