Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.
Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.
Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 : SATU BULAN
Berita kemenangan Myro terhadap para bandit di wilayah utara telah menyebar hingga mencapai ibukota, reaksi berbagai pihak berbeda-beda terhadap berita tersebut. Ada yang senang, penasaran, khawatir, marah dan membenci kemenangan besar yang didapatkan Myro.
Banyak pihak juga mengambil beberapa tindakan tertentu, tapi tidak ada yang mengambil tindakan besar sebab mereka masih menganggap remeh pencapaian Myro.
Meskipun berhasil menang dari lima ribu bandit, pada akhirnya bandit tetaplah bandit, bukan pasukan militer yang terlatih. Oleh karena itu, banyak orang menganggap alasan kemenangan Myro yaitu para bandit yang terlalu gegabah.
Sebulan telah berlalu sejak kedatangan Myro di Provinsi Unthem, benteng para bandit telah berubah sepenuhnya.
Hutan di sekitar benteng tetap dibiarkan, lagipula hutan yang ada merupakan tembok alami pelindung benteng. Namun mereka merapikan pepohonan yang ada menjadi lebih teratur.
Selain itu, ada lapangan yang cukup luas di depan benteng yang dijadikan sebagai tempat pelatihan prajurit.
Benteng yang dulu dilapisi oleh batu dan beberapa bagian masih bertembok kayu diubah menjadi batu sepenuhnya, alasan perubahan tersebut yaitu Lune yang khawatir apabila musuh menggunakan strategi api.
Saat benteng terbuat dari kayu, panah api mampu membakar benteng. Karena itu, semua tembok perlu diubah menjadi batu agar mencegah strategi pembakaran dari musuh.
Di pagi, siang atau malam hari, para prajurit terus berlatih di sekitar benteng. Ada mereka yang bermain kejar-kejaran di hutan, orang yang menjadi pemburunya yaitu Torpan yang membawa tongkat kayu.
Sekalipun tongkat kayu, para prajurit masih berlari ketakutan di sepanjang hutan sebab selama mereka terkena pukulan tongkat kayu Torpan, mereka pasti akan mengalami babak belur.
Setiap latihan Torpan diikuti oleh seratus prajurit dimana mereka perlu bertahan di hutan selama sejam, tapi belum pernah ada yang berhasil bertahan darinya lebih dari dua puluh menit. Mereka pasti ditemukan maupun terkejar oleh Torpan dan menjadi korban dari tongkatnya, mereka yang mampu bertahan selama dua puluh menit dapat dianggap sebagai keajaiban.
"Lari! Instruktur iblis ada disini!".
"Tolong! Jangan tinggalkan aku!".
Myro yang sedang berjalan bersama Tusen melewati hutan sedikit tak bisa berkata-kata mendengar teriakan menderita para prajurit. Dia memang pernah mendengar bahwa dari tiga pelatih yaitu Lune, Torpan, dan Ares, Torpan merupakan pelatih yang paling ditakuti.
Mereka berpindah dari hutan menuju lapangan depan benteng dimana ada ribuan pasukan yang berbaris tertib, membentuk formasi, melatih serangan tombak secara bersamaan hingga menembak anak panah.
Setiap kali ada suara pukulan gong atau tiupan terompet, mereka akan bergegas mengubah formasi mereka secepat mungkin.
Di bagian pelatihan formasi, Myro menemukan Ares yang sedang sibuk mengoreksi kesalahan pasukannya. Berbeda dari Torpan yang memukul prajurit secara langsung sebagai bentuk hukuman bagi yang tertangkap, mereka yang lambat membentuk formasi akan dihukum oleh Ares dengan berdiri diam di lapangan yang panas selama berjam-jam.
Tusen yang mengikuti di belakang Myro menjelaskan "Ares terkenal dalam melatih kedisiplinan prajurit, contoh terbaiknya yaitu seperti yang pernah tuan lihat, Prajurit Loyalis milik Ares! Meskipun sebulan belum cukup membuat para bandit setara melawan Loyalis, setidaknya mereka sudah tahu disiplin prajurit serta pentingnya formasi. Bahkan aku mendengar Ares telah membuat mereka memahami pergerakan tiga jenis formasi serta mampu membentuknya secara cepat di tengah medan perang".
Myro mengangguk "Seperti yang diharapkan dari Ares, dalam waktu satu bulan, hasil yang dia berikan sangat hebat!".
Saat Myro sedang sibuk mengamati prajurit di lapangan, teriakan seorang wanita menarik perhatiannya "Angkat perisai kalian lebih tinggi, pastikan semua orang saling bekerja sama atau kavaleri akan menembus pertahanan kalian dengan mudah! Jangan lupa, menghadapi kavaleri, perisai tidak mampu berdiri sendiri!".
Myro melirik ke arah asal suara untuk menemukan seorang wanita berambut hitam pendek serta mata coklat berusia 19 tahun sedang membenarkan formasi pasukan perisai, berbeda dari Ares yang fokus ke pasukan tombak, lebih tepatnya mereka berbagi tugas mereka.
Wanita tersebut menggunakan baju besi ringan berwarna hitam, ada sebuah pedang tergantung di pinggangnya dan perisai yang cukup besar diikat ke belakang punggungnya.
Wanita itu bernama Alexandria, wakil dari Ares yang akan memimpin pasukan Loyalis apabila Ares tak bisa memimpin mereka.
Alexandria datang secara tiba-tiba tepat setelah satu minggu Myro menggunakan markas bandit menjadi benteng, pada awalnya Myro berusaha menolaknya. Apalagi saat ditanya tujuan dia masuk ke pasukan Myro yaitu dia kagum terhadap keberanian Myro melawan para bandit, dia percaya Myro akan menjadi sosok hebat di masa depan yang menyebabkan dia mau melayani Myro.
Namun tepat sebelum Myro menolak, Ares yang kebetulan bertemu Alexandria berusaha membujuk Myro. Bukan hanya itu, Ares berani menjamin bahwa Alexandria dapat dipercaya. Kalau terjadi sesuatu seperti dia berkhianat, Ares berjanji pedangnya sendiri yang akan membunuh Alexandria.
Myro berpikir sepertinya Ares menemukan bakat Alexandria yang belum dia ketahui, oleh karena itu Myro mengizinkannya.
Tetapi siapa yang berpikir, Ares akan mengangkat wanita tersebut secara langsung menjadi wakilnya tepat setelah bergabung.
Di sisi lain, Tusen mempunyai lebih banyak informasi daripada Myro.
Alexandria, mantan dari 10 kapten pasukan Loyalis. Meskipun di masa lalu dia tidak cukup terkenal, alasannya yaitu karena Alexandria memimpin posisi yang kurang menarik perhatian, dia memimpin seribu pasukan perisai Loyalis.
Walau kurang terkenal, semua orang di kerajaan paham seberapa penting Alexandria bersama pasukannya bagi para Loyalis. Kalau bukan akibat bantuan Alexandria yang membentuk tembok besi bagi pasukan Loyalis, apakah pasukan Loyalis akan begitu kuat hingga mampu berhadapan secara langsung melawan kavaleri? Selain itu dari segi kekuatan Alexandria cukup bagus, dia kalah dari Ares dalam kekuatan satu lawan satu, tapi sebabai seorang pengawal dia pastinya lebih mampu daripada Ares.
Selesai dari lapangan, Myro tak menganggu Ares maupun Alexandria. Biarkan mereka terus melatih pasukan, selama tindakan mereka bukan hal yang berlebihan seperti membunuh secara sembarangan, Myro akan mengabaikannya. Bagaimanapun mereka lebih tahu tentang melatih pasukan daripada Myro.
"Tuanku, ini tempat pelatihan yang terakhir", kata Tusen membawa Myro ke sebuah ruangan yang terlihat seperti kelas dimana ada Lune yang sedang menjelaskan di depan puluhan prajurit yang duduk tertib seperti murid "Mereka semua yang bisa berada di ruangan ini telah di tes secara cermat dari lima ribu prajurit milik kita, mereka semua merupakan yang paling cerdas atau mempunyai bakat sihir! Melawan para bandit kemarin, penyihir memang tidak memberikan banyak peran apapun. Tetapi saat tuan akan mengepung sebuah kota maupun benteng, keberadaan penyihir pasti mengambil peran penting agar bisa mendapatkan kemenangan bagi pasukan kita!!".
