Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
" itu tidak akan terjadi, bagaimana pun kini Tiara adalah yang terbaik untuk mu." Anna berdiri karena bus yang sudah berhenti didepannya.Anna berbalik ke arah joan yang tetap duduk di tempatnya.
" oh iya aku pamit dulu, dan .. Satu lagi, mungkin aku tidak bisa hadir di pernikahan mu dengan Tiara." selepas mengatakannya Anna langsung menaiki bis tanpa menunggu jawaban joan. Anna duduk di salah satu kursi dan menelungkupkan wajahnya ke kursi di depannya, air matanya menetes.
" maaf kan aku." lirih nya dengan tangis yang tak juga berhenti.
Joan tetap terdiam di tempat Anna meninggalkannya. Ia menundukkan kepalanya.
" Andai semuanya bisa jadi lebih mudah untuk kita."
setetes air menetes ke pangkuannya, ia menangis sendirian di halte.
Anna berjalan sendirian menuju rumahnya sambil menghirup udara malam, air mata masih terus mengalir dari pipinya membuat ia menjadi perhatian banyak orang.
Sebuah sweeter menutupi atas kepalanya hingga menyembunyikan wajah nya yang sedang menangis, Anna melirik ke arah pelaku tersebut dan mendapati wajah Ryan yang tengah tersenyum.
" aduh malu dikit lah,udah jelek nangis gini malah makin jelek tahu." ucap Ryan menepuk kepala Anna.
" apa sih kak Ryan." kesal Anna.
" makanya jujur dong, kasihan tahu di gantungin kayak jemuran." ucap Ryan.
" ngomong aneh sekali lagi ku tendang ya." ancam Anna.
" hahahahhahaha nggak takut tuh." ucap Ryan meledek Anna.
Suasana kembali hening.
" sepertinya malam ini cocok untuk ngopi, nongkrong bentar yuk." Ajak Ryan.
Anna tidak menanggapi, tapi Ryan tetap bersikeras mengajak Anna.
" Ayo, tenang aja aku yang bayar. Yok." ucap Ryan.
Anna akhirnya di seret paksa oleh Ryan, mereka duduk berdua, Ryan segera memesan minuman untuk keduanya sekaligus makanannya.
Joan beserta keluarganya memasuki kafe tempat dimana mereka akan melaksanakan makan malam bersama keluarga Tiara. Tanpa sengaja matanya menemukan sosok Anna disana bersama dengan Ryan.
" kau lihat, dia wanita yang kau kejar-kejar. Jelas- jelas dia tidak menginginkan mu, seharusnya kamu sadar sepenting apapun dia bagimu tapi dia tidak berpikir sama pada mu." ucap ayahnya berjalan meninggalkan nya yang masih mematung melihat keakraban Anna dengan Ryan.
" memang tidak ada harapan." gumamnya menyusul ayah nya.
Anna mengembalikan sweater Ryan.
" terima kasih kak, aku merasa lebih baik sekarang." ucap Anna.
" itu bagus, kalau begitu aku pamit dulu. Istirahat lah." ucap Ryan, Anna mengangguk sebagai respon.
Anna membuka pintu rumahnya dan masuk. Anna membuka buku diary nya dan menulis beberapa kalimat.
Anna merebahkan tubuhnya telentang di atas ranjangnya. Suara hembusan nafas terdengar dari mulutnya.
" ini melelahkan sekali." gumamnya sebelum akhirnya memasuki alam mimpi.
Yeni sedang berjalan di koridor sekolah nya , temannya menghampiri nya dan merangkulnya.
" bagaimana bukan kah lusa adalah ultah mu, tapi kau bahkan belum mengirim undangan. Apa jangan-jangan tidak jadi ada pesta ya." ucap temannya.
" tentu saja ada besok aku akan kirim undangannya jadi tenang saja aku akan pertama kali mengundang mu." ucap nya.
" baiklah kamu jangan bohong ya, aku akan bantu kamu buat sebarin undangannya." ucap temannya.
Yeni sedikit ragu, tapi demi ego nya ia tidak akan Mempermalukan diri nya, pesta nya akan tetap di laksanakan dengan meriah.
Yeni membuka pintu rumahnya dengan kasar, ibunya terkejut dengan kedatangannya. Kakinya di hentak- hentakan seakan menyatakan betapa kesal nya ia saat ini.
" kamu kenapa, pulang-pulang kok cemberut begini. Ada apa cerita sama ibu." ucap ibunya.
" Yeni lagi kesal buk, dari kemarin teman Yeni terus nanyain perihal acara ulang tahun Yeni." ucap Yeni.
" oh cuman karena masalah itu, kamu nggak usah khawatir, biar ibu yang urus." ucap ibunya.
" ibu serius kan, jangan bohong ya buk. Tapi gimana ngomongnya sama mbak Anna." ucap Yeni.
" itu biar ibu yang urus kamu tenang aja karena ibu udah ada rencana bagus di jamin mbak mu pasti tidak bisa menolak. Tapi kalian juga harus bantu ibu, paham." ucap ibunya.
" ok, ok buk." ucap Yeni.
Anna tengah berkutat dengan setumpuk berkas di mejanya. Seseorang menaruh kopi di atas mejanya. Anna melirik orang tersebut yang ternyata adalah joan.
" jangan bekerja terlalu keras, kau terlihat kurusan, apa kau sedang tidak sehat." ucap joan.
" terima kasih kopinya pak, tapi saya baik-baik saja." ucap Anna.
" hmm baiklah."
Drrrtt....drtttt
Anna mengangkat telpon ibunya, ia heran karena tumben sekali ibunya melakukan telepon video dengannya, setahunya ibunya pasti akan selalu mematikan panggilan saat ia meminta telepon video.
" halo mbak, kok lama banget sih angkatnya. Ini ibu lagi di rawat di rumah sakit, Yeni sama Yuda nggak punya uang buat bayar biayanya kamu transferin uang berobat ibu dulu sepuluh juta mbak." ucap Yeni.
Sementara itu, Anna merasa kan sesak nafas nya karena terlalu panik melihat keadaan ibunya yang sudah di pasangi beberapa selang, tangannya gemetar.
" yen , gimana keadaan ibu." ucap Anna.
" Aduh mbak bukan saat nya nanya tapi ini biaya nya gimana dokter nya udah minta diurus segera mbak, kalau nggak perawatan ibu di tunda bisa-bisa ibu lewat mbak." ucap Yeni.
" Tapi mbak nggak ada duit segitu yen." ucap Anna.
" berarti mbak mau ibu meninggal gitu." ucap Yeni.
" Astaghfirullah yen, mbak nggak ada bilang begitu, nanti mbak transfer. Mbak cari uang nya dulu." ucap Anna.
" tapi mbak ini harus cepat, jangan sampai ibu benaran meninggal mbak, kita berdua siapa yang urus nanti." ucap Yeni.
" iya mbak segera transfer kamu tenang aja jagain ibu ok." ucap Anna.
Tangannya meremas ponselnya karena benar-benar bingung sekarang. Dari mana ia bisa dapat uang sebanyak itu.
Joan melihat kegelisahan Anna, sedari tadi ia mendengar semua percakapan Anna dengan adiknya bernama Yeni itu.
Anna sekarang sedang bingung tidak tahu mau bagaimana, tapi tiba-tiba saja Ryan meneleponnya dan menyuruh nya menemuinya di kafe tempat mereka biasa makan. Ia sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu belum ada tanda-tanda kedatang Ryan. Lima menit kemudian ia melihat kemunculan Ryan di pintu kafe.
" maaf terlambat tadi agak macet." ucap Ryan.
" iya nggak apa-apa." ucap Anna.
" oh iya ada apa kakak minta ketemuan." ucap Anna.
" Anna aku sudah menganggap mu sebagai adik sendiri, dan aku sudah bilang di saat kau kesusahan jangan lupa beritahu aku kan." ucap Ryan.
" maksud kakak." ucap Anna.
Ryan mengeluarkan uang cash sebanyak sepuluh juta pada Anna membuat Anna bingung.
" jika bukan karena ada yang memberitahu ku tentang keadaan mu kau pasti akan tetap diam." ucap Ryan.
" tapi kak ini..." ucap Anna.
" Anna kau sedang membutuhkan ini, ibu mu butuh uang untuk berobat segera kan." ucap Ryan.
Anna terdiam.
" ambillah Anna." ucap Ryan.
" terimakasih kak, aku pasti akan menggantinya." ucap Anna.
" terserah pada mu, sekarang pergi kirim uangnya segera ibumu butuh pertolongan secepat mungkin." ucap Ryan, Anna mengangguk dan segera pergi dari sana setelah berpamitan pada Ryan.
Ryan memandangi punggung kecil Anna yang mulai menghilang di pintu.
" dasar, dia harusnya memberinya sendiri." gunanya.
beberapa jam yang lalu.
" berikan ini pada Anna, jangan katakan itu dari ku." ucap joan berlalu pergi meninggalkan ryan yang bingung dengan uang yang ada di tangannya.