Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"kamu jangan terlalu over deh, kamu ganteng sih-- tapi biasa aja, nggak terlalu wow gitu" aku menatap di sinis.
"Ginting tipi biisi iji, jujur aja napa kalo gua emang ganteng, nggak usah ada embel-embel biasanya" dia memutar bola mataku seraya memasang raut wajah malas.
"Terserah kamu deh, itu bukunya udah selesai kamu baca belum. kalau udah sini aku mau pinjem" aku hendak menarik buku yang tepat ada di depan mejanya, namun gerakan tanganku terhenti saat si cowok mengangkat buku keatas kepalanya.
"Orang gua baru baca sebentar, main rebut aja. sana cari lagi-- jangan yang ini" dia menatap ku dengan raut wajah songong nya.
"Kalau ada, aku udah ambil dari tadi dan nggak akan mungkin duduk disini" aku coba memelankan suaraku, walaupun aku kesal aku harus bisa mengontrol nada suaraku karena di perpustakaan tak boleh berisik.
"Ya itu sih dl" dia kembali meletakan buku dan mulai membaca buku itu lagi.
"Kamu ngapain sih baca buku kayak gini? biasanya mah cowok-cowok nggak ada yang suka buku kayak gini" aku menatap kearahnya dengan penasaran, apakah tebakan ku benar? kalau dia adalah seorang yang telah melakukan transmigrasi.
"Setiap orang punya kesukaannya masing-masing, mau cewek atau cowok ya kalau suka sama hal apapun ya nggak ngaruh ke gender. jangan terlalu berpatokan sama hal kayak gitu" dia menoleh kearahku seraya memasang wajah serius.
Aku jadi merasa tak enak kepadanya karena dengan lancang bertanya seperti itu padanya. aku memutuskan untuk berdiri dari duduk ku, aku mungkin akan mencari buku yang lain saja.
"Aku minta maaf karena udah ganggu waktu baca kamu dan maaf tadi aku lancang nanya kayak gitu sama kamu" aku menatap dengan raut wajah bersalah, lalu aku mulai melangkah pergi, karena dia juga tak membalas ucapan maafku. mungkin dia marah padaku.
Aku mulai mengelilingi rak buku lagi, tapi tetap tak ada buku yang seperti dan hampir mirip buku yang cowok itu ambil, aku menghembuskan napas pasrah. aku akan mengambil beberapa buku yang menarik di mataku walaupun tidak berhubungan dengan buku yang ku cari.
Aku meraih beberapa buku, kemudian aku berjalan menuju kursi yang tepat ada di depan jendela, aku duduk kemudian aku mulai fokus membaca buku di depanku.
Aku telah membaca seperempat halaman buku tiba-tiba buku yang tadi aku perebutkan dengan cowok itu ada di depan mataku, aku melihat kearah tangan yang menyodorkan buku ke depan wajah ku, dia si cowok tadi.
"Kenapa?" aku menatapnya dengan alis kiri yang terangkat.
"Nih" dia dengan raut tenang menatap ku seraya menggoyangkan buku tepat di depanku.
Aku meraih buku, kemudian aku bertanya "kamu udah selesai bacanya?" aku berbicara pelan kepadanya.
"Hm" dia hanya bergumam lalu membalikkan badan hendak pergi-- aku dengan buru-buru menahan tangan kirinya.
Dia membalikkan badan menatapku dengan raut wajah bertanya yang terlihat jelas, dia melirik kearah tangannya yang sedang ku pegang-- aku mengerti maksudnya, aku dengan cepat melepaskan tangannya.
"Nama kamu siapa?" aku sengaja menanyakan namanya, siapa tahu nanti kita ketemu lagi? dan siapa tau tebakan ku tentang dia benar? dan siapa tahu jika memang benar-- aku bisa kembali ke dunia nyata bersama dengannya.
"Zicko" ujarnya santai.
"Aku kalila panggil aku senyaman kamu aja, udah sana, kan mau tadi kamu mau pergi" aku yang menahannya dan aku juga yang mengusirnya.
Dia mendengus kesal seraya menatap kearah ku dengan malas, dia memasukkan tangan ke saku celananya lalu meletakan kartu nama di atas meja ku lalu setelahnya dia membalikkan badan dan pergi dari hadapan ku tanpa berucap apapun padaku.
Aku mendengus sebal, aku meraih kartu namanya-- zicko Edgardo, tunggu kenapa aku merasa tak asing dengan nama belakangnya.
Aku mengerutkan kening, aku membulatkan mataku ketika aku ingat bahwa Edgardo adalah nama belakang rien. dia siapanya rien?
Apakah aku nanti harus tanya rien? Ah Jangan nanti rien malah marah-marah tak jelas, aku nanti akan menanyakan langsung ke zicko saja.
Aku memasukan kartu nama zicko ke dalam tas selempang ku, setelahnya aku bangun dari dudukku, aku membereskan buku-buku dan aku mulai mengembalikan buku ke tempatnya semula-- kecuali buku yang tadi zicko beri padaku, aku memutuskan akan meminjamnya dan aku baca sesampainya di rumah.
Setelah aku meminjam buku, aku berjalan di sekitar perpustakaan. aku belum memesan taxi online karena aku ingin menjelajahi sekitar sini.
Aku masuk kedalam salah satu cafe yang tak jauh dari perpustakaan kota, aku hanya memesan minuman cappucino setelahnya aku bergegas keluar dan mulai menyusuri jalan.
Mataku tak sengaja melihat kearah kios yang memajang harum manis, aku menghampiri kios itu lalu aku membeli satu harum manis yang berbentuk beruang, ini lucu banget.
Aku sampai tak tega memakannya, aku mengambil ponselku dan mulai memotret harum manis dan tak lupa aku juga memotret ketika aku berpose tersenyum dengan harum manis ada di sebelah pipiku.
Setelahnya aku membuka aplikasi untuk memesan taxi online, ketika aku sudah memesan, aku menunggu sekitar 5 menit. ketika taxi sudah datang aku langsung masuk kedalam taxi.
40 menit kemudian aku sudah sampai di halaman rumahku, aku keluar dari taxi dan mengucapkan terimakasih kepala bapak yang menyetir taxi.
Aku melangkah masuk ke dalam halaman rumahku, baru aku hendak masuk kedalam pintu rumahku yang telah aku buka kuncinya-- tiba-tiba terdengar suara motor yang berhenti di halamanku.
Disana ada rien yang sedang membuka helmnya kemudian dia turun dari motor dengan senyuman manisnya dia menghampiriku.
"Kangen" astaga apa dia tak bosan terus berkata seperti itu, aku saja sudah sangat bosan.
"Kamu abis dari mana? kok pake baju rapi gini?" begitu dia tiba didepan ku dia langsung menatap penasaran kearahku.
Aku menghela napas panjang, sepertinya aku tak akan bisa langsung membaca buku ini, karena ada rien yang ku jamin akan terus menggangguku.
"Ilaaa, jangan diem gitu-- jawab kamu abis dari mana? kenapa kamu nggak ngajak aku kalau mau pergi hmm?" rien merengek kepadaku seraya menggoyangkan lengan ku. kenapa dia bersikap seperti anak kecil? aturan kan aku yang bersikap seperti ini.
"Aku abis dari perpustakaan kota" ujarku melepaskan pegangan tangan rien.
Rien menatap tak senang kearahku "ngapain kamu kesana? perpustakaan kota itu jauh-- gimana kalau tadi waktu di jalan ada yang jahatin kamu, pokoknya mulai sekarang kamu kalau mau pergi ketempat yang jauh harus ngabarin aku-- aku pasti bakal langsung datang kalau kamu minta" rien masih dengan raut wajah tak suka.