GHOST HELPER

Sore pun tiba, Vior dan Caramel memutuskan untuk pergi ke kontrakan baru Dodi. Sesampainya di sana, ternyata Deril dan yang lainnya sudah sampai. "Kalian ke sini juga?" tanya Deril.

"Iya, kita diundang sama Kak Dodi," sahut Vior.

"Sudah kalian jangan banyak berseteru, tadi saya beli makanan tapi maaf, makanannya sederhana," ucap Dodi.

"Padahal kamu tidak perlu seperti ini, mending uangnya dipakai untuk bekal kamu saja," ucap Valdo.

"Tidak apa-apa Mas, ini hanya sebagai tanda Terima kasih saja karena Mas Deril sudah mempekerjakan saya menjadi sekuriti di kampus," sahut Dodi.

"Kak Dodi, kok sepi? Pak Dion mana?" tanya Caramel.

"Si frozen kayanya lagi pergi tadi," sahut Dodi.

"Frozen?" ucap semuanya bingung.

"Frozen itu Pak Dion, saya sengaja panggil frozen karena dia dingin banget bahkan dinginnya melebihi setan," sahut Dodi.

Semuanya masuk ke dalam kontrakan Dodi dan mulai melahap makanan yang sudah disiapkan oleh Dodi. Mereka bercanda bersama dan tertawa bersama, sampai-sampai mereka tidak sadar jika Dion sudah pulang dan berdiri di depan pintu kontrakan Dodi.

"Kalian sedang apa di sini?" tanya Pak Dion.

Semua tersentak kaget yang tiba-tiba melihat kedatangan Dion. "Busyet, kaya setan aja tiba-tiba nongol," ucap Deki.

"Apa kamu bilang? kamu menganggap saya setan?" bentak Pak Dion.

Deki seketika menelan salivanya dia takut akan tatapan Dion. "Pak, sini Pak, gabung kebetulan makanannya masih banyak," ucap Deki dengan sengirannya.

Dion mendelikan matanya, lalu dia pun duduk di samping Vior. "Kamu ngapain ke sini? memangnya kamu gak takut di sini cowok semua?" ucap Pak Dion.

"Hai, Hai, Hai, walaupun kami cowok semua tapi kami tidak mempunyai niat jahat atau hati busuk, kami semua berteman," ketus Dodi.

"Awas saja kalau kalian sampai menyakiti Vior, kalian akan berhadapan dengan saya," ancam Pak Dion sembari mencomot gorengan dan memakannya dengan sekali lahap.

"Bapak siapanya Vior?" tanya Deril.

"Bukan siapa-siapanya, pokoknya siapa pun yang menyakiti Vior akan berhadapan dengan saya," sahut Pak Dion.

"Jangankan anda, jika ada yang menyakiti Vior dan Caramel, kami juga akan menjadi garda terdepan mereka," sahut Dodi.

"Baguslah," sahut Pak Dion sembari mencomot gorengan lagi.

Vior dan Caramel hanya bisa tersenyum, diam-diam Deril terus saja memperhatikan Vior entah kenapa lama-lama Deril merasa tertarik kepada Vior. Pada saat mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba terdengar suara pintu ditendang membuat semuanya terkejut. "Astaga, suara apaan tuh?" tanya Caramel.

"Gak usah dihiraukan, mereka memang selalu seperti itu jika menjelang malam," sahut Pak Dion santai.

"Mereka siapa, Pak?" tanya Valdo.

"Setan introvert," sahut Pak Dion santai.

"Hah, setan introvert? memangnya setan bisa introvert juga, ya?" tanya Deki bingung.

"Kalian gak tahu sih, setan di sini semuanya introvert hanya bisa berdiam diri di dalam kontrakan kosong gak pernah menunjukan wajahnya hanya bisa gedar-gedor, gedar-gedor di dalam kontrakan tapi di saat disamperin, malah sembunyi," sahut Pak Dion.

"Ada ya, setan introvert. Pasti semasa hidup, tuh setan pemalu ya," sambung Dodi.

"Mungkin tuh setan insecure, karena wajahnya tidak secantik dulu," timpal Valdo.

"Beliin skincare sana biar gak insecure lagi dan berani menampakan diri," canda Deki.

"Janganlah, sudah mending tuh setan insecure dan introvert biar gak ganggu saya," ucap Dodi.

Seiring berjalannya waktu, seperti air mengalir ternyata mereka menjadi akrab. Hingga tidak terasa, sudah gelap dan sudah terdengar suara azan mengumandang. "Kalian tunggu azan selesai dulu, baru nanti bisa pulang," ucap Pak Dion.

"Siap, Pak," sahut semuanya.

"Kalau begitu, saya duluan soalnya sudah maghrib juga," ucap Pak Dion.

"Oke, Pak. Hati-hati di jalan!" teriak Valdo.

Dion membalikan tubuhnya. "Saya tinggal di sebelah, ngapain kamu nyuruh saya hati-hati di jalan?" ucap Pak Dion.

"Ah iya, lupa. Gak apa-apa Pak, 'kan nasib seseorang tidak ada yang tahu, kali aja Bapak tersandung pas keluar dari sini lalu jatuh ke bawah," ucap Valdo tanpa sadar.

Seketika Deki menoyor kepala Valdo, membuat Valdo tersadar dan merasa takut akan tatapan Dion. Tapi Dion memilih langsung pergi dan malas membalas ocehan bocah-bocah itu. Valdo menghela napas lega, dia takut kena amuk Dion.

"Aku keluar dulu, mau ngerokok," ucap Deki.

"Aku ikut," sambung Valdo.

Deki dan Valdo pun keluar. "Kalian mau pulang kapan?" tanya Deril.

"Sekarang kita mau pulang," sahut Vior.

Vior dan Caramel sudah bersiap-siap. "Kak Dodi, kita pulang dulu ya, Terima kasih sudah mengundang kita," ucap Vior.

"Sama-sama, Vior," sahut Dodi.

"Kak, kayanya ini kontrakan kalau dijadikan tempat nongkrong asyik nih," ucap Caramel.

"Kalian kalau mau main ke sini saja, gak apa-apa," ucap Dodi.

"Oke, nanti kalau kita lagi gabut, kita main ke sini," sahut Caramel.

Vior dan Caramel pun berpamitan, sedangkan Deril dan kedua sahabatnya masih betah di sana dan memilih untuk nongkrong sebentar.

"Sepi amat nih kontrakan, sebenarnya penghuninya pada ke mana?" ucap Valdo.

"Entahlah, jam segini saja sudah menyeramkan apalagi kalau sudah larut malam," sahut Deki.

"Tapi kontrakan yang ujung lampunya nyala, artinya itu ada penghuninya," ucap Deril.

Ketiga pemuda itu sedang nongkrong di depan kontrakan Dodi, sedangkan Dodi sedang mandi. Tiba-tiba seorang wanita keluar dari kontrakan ujung, dan itu ternyata Mira.

"Wuidih, siapa tuh cewek cantik banget," ucap Valdo.

Mira tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Aku ajak kenalan ah," ucap Deki sembari bangkit dari duduknya.

Tanpa banyak basa-basi, Deki pun segera menghampiri Mira dan mereka pun berkenalan. "Si Deki memang grecep kalau soal cewek cantik," ledek Deril.

Setelah cukup lama nongkrong, akhirnya Deril dan yang lainnya pamit pulang. Dion semenjak pulang dari kontrakan Dodi, tidak keluar-keluar lagi.

***

Suasana malam di tempat tinggal Bombom, sangatlah sepi hanya ada beberapa bapak-bapak yang sedang melaksanakan siskamling. "Aneh ya, akhir-akhir ini warga kita banyak yang kehilangan uang secara tiba-tiba," ucap Warman.

"Iya, semenjak ada warga baru jadi banyak yang hilang uang, apa jangan-jangan dia----" ucapan Daris terhenti.

"Hus, jangan suudzan sama orang," sahut Warman memotong ucapan Daris.

Keluarga Bombom memang baru pindah ke sana, mereka membeli rumah besar yang sudah sejak lama kosong. Kedua orang tua Bombom tidak pernah keluar rumah bahkan untuk sekedar menyapa pun mereka tidak pernah. Namun, ada satu hal yang selalu membuat warga curiga, hampir setiap minggu ada saja tanah yang mereka beli.

"Man, lihat deh itu apa?" tunjuk Daris ke arah rumah Bombom.

Ada anak kecil yang hanya memakai celana pendek masuk ke dalam rumah Bombom. Warman dan Daris saling pandang satu sama lain dengan mata yang melotot.

"Kok, seperti tuyul," ucap Warman.

"Ah, tiba-tiba aku merinding. Ayo kita pulang dan besok kita laporkan sama Pak RW," sahut Daris.

Kedua Bapak-bapak itu pun terburu-buru pulang ke rumahnya masing-masing.