Alina tidak menyangka sahabat yang dia kira baik dan pengertian telah menghancurkan biduk rumah tangga yang telah di jalin Alina selama tiga tahun lamanya. Lenna adalah sahabat Alin. mereka berdua telah menjalin persahabatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. ternyata Lenna menyukai suami Alin sejak lama. Lenna merasa tidak adil kenapa Alin bisa mendapat seorang pria tampan dan kaya seperti Revan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinni Iskandar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.24 Alina kesepian
Setelah mencoba mengingat-ingat dengan keras, namun ia belum juga bisa mengingat siapa pemilik nomor asing itu.
"Hm.. Siapa sih? aku bener-bener gak inget" gumamnya, ia memukul-mukul pelan jidatnya.
Ia menghela nafas, "Yaudah deh, kapan-kapan aku tanyain aja sama Lenna" ucapnya, tangannya menarik selimut sebatas dada. Ia mulai memejamkan matanya, mencari posisi ternyamannya.
Sebenarnya, jam baru menunjukkan pukul 21.22 menit, namun Alin tidak bisa menahan rasa kantuknya lagi, hinggap ia terlelap diatas peraduannya.
*****
Dilain tempat, seorang gadis seksi sedang berada diclub malam. Ia tengah menikmati musik yang dialunkan secara keras. Didepannya terdapat minuman beralkohol.
Disampingnya seorang laki-laki yang tidak tampan itu tengah menemaninya, meskipun tidak tampan tapi dia terlihat manis.
Sesekali kepala keduanya bergoyang pelan, mengikuti alunan musik yang terdengar memekakan telinga.
"Kita, langsung pulang apa chek in dulu nih!" ucap Ferdy sedikit berteriak, karena suaranya kalah besarnya dengan suara musik yang terdengar menggema
Lenna nampak berpikir sejenak, "Pulang" jawabnya singkat. Membuat Ferdy terheran-heran, dahi mengkerut, "Tumben? Kenapa? Ada apa?" tanya Ferdy beruntun. Pasalnya, seorang Lenna belum pulang jika pagi belum tiba. Namun, kali ini membuat Ferdy kehabisan kata-kata
Lenna tidak menjawab pertanyaan Ferdy, Lantas ia menarik tangan Ferdy, mengajak teman kencangnya itu pergi. Keduanya saat ini sudah berada didalam mobil.
"Tumben? Ada apa sih?" pertanyaan yang sama Ferdy lontarkan, sesekali ia melirik kearah wanita cantik nan seksi disampingnya itu
"Hmm... Gak papa, aku lagi gak mood aja" jawab Lenna malas. Lalu menyandarkan kepalanya disofa mobil, ia memejamkan mata. Membuat Ferdy menghela nafas gusar, ia mengusap wajahnya pelan.
"Lain kali kita bisa kan chek in sepuasnya?" ucap Lenna kemudian. Membuat Ferdy menoleh kearahnya, lalu menyeringai.
Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan, mobil Ferdy telah berada didepan rumah Lenna. Ia menekan klakson mobilnya. Tidak lama, seorang satpam telah membukakan pintu gerbang yang menjulang tinggi.
Ferdy melajukan mobilnya pelan, memasuki halaman luas rumah mewah orang tua Lenna. Lenna segera keluar dari dalam mobil Ferdy, namun ia tidak menyangka jika Ferdy akan mengikutinya sampai kedepan pintu utama.
"Kamu, ngapain disini?" ucap Lenna dengan wajah penuh tanya.
"Aku, mau numpang istirahat sebentar doang, kepalaku sedikit pusing". jawab Ferdy seraya memijit pelan pangkal hidungnya
Membuat Lenna menghela nafas pelan, dengan terpaksa ia mengajak Ferdy masuk. Lenna selalu membaca kunci cadangan rumahnya.
"Bentar, aku buatin teh hangat dulu" ucapnya, lalu berjalan kebelakang. Tidak lama, ia telah keluar dengan membawa secangkir teh hangat dan beberapa cemilan.
Ia meletakkannya diatas meja, dihadapan Ferdy. "Ok, makasih " jawabnya. Lenna mengambil duduk berada tidak jauh darinya
Hening. Tidak ada percakapan diantara keduanya, namun mata Ferdy memindai tubuh Lenna dengan tatapan liar. Ia meraih cangkir teh dihadapannya, menyesap dengan perlahan.
Tidak Lenna sangka, tiba-tiba Ferdy menciumnya secara liar. Lenna berusaha menolak, mendorong kuat dadanya, namun tenaganya tidak sekuat Ferdy.
Dengan brutal, Ferdy menarik turun rok mini milik Lenna, dengan mudahnya ia menurunkannya dan menaikkan pakaian atas yang lebih pantas disebut tank top itu.
Hanya butuh beberapa detik saja, tubuh keduanya menyatu. Lenna masih berusaha berontak tapi semua sia-sia. Akhirnya, ia menikmati hentakan demi hentakan yang dilakukan oleh Ferdy
*****
Setelah hampir setengah jam, akhirnya keduanya sudah mencapai klimaks, keduanya tersengal-sengal dan bermandikan keringat.
"Bangs*t !! kamu ,Fer" ucap Lenna, ia memukul dada Ferdy. Membuat Ferdy terkekeh senang,
"Tapi, kamu menikmatinya kan?" ucapnya menyeringai.
Setelah beberapa saat kemudian, ia memutuskan pulang.
Lenna berjalan dengan gontai mengarah kelantai atas, menuju kamarnya. Setelah sampai, ia merebahkan dirinya diatas ranjang king sizenya
"Dasar Ferdy sialan !!" umpatnya kesal. "Aku jadi kangen sama Mas Revan" gumamnya.
00
Pagi ini, langit nampak mendung. pasangan suami istri itu seperti biasanya, tengah menikmati sarapannya.
Alina pagi ini berencana akan mengunjungi lokasi tempat yang ia akan pakai buat usaha butiknya.
"Nanti, pulangnya jangan terlalu sore. takutnya hujan" ucap Revan
"Iya, kalau udah selesai survey, nanti aku langsung pulang" jawab Alina dengan nada semangat dipagi itu. "Ada beberapa tempat yang aku ingin survey mas"
"Emang, mau langsung disurvey semua hari ini?" tanya Revan memicingkan matanya
"Iya, kalau sempet sih, begitu rencananya"
"Yaudah, tapi hati-hati ya, Sayang"
Alina mengangguk cepat, Setelah itu Revan berpamitan untuk berangkat kekantor. Setelah dalam perjalanan ia menyempatkan diri menelepon Lenna
Hanya sekali panggilan, telepon tersambung. Suara gadis seksi itu terdengar lembut dan mendayu-dayu ditelinga Revan
Setelah itu, Revan membelokkan mobilnya, kearah perumahan mewah dimana Lenna tinggal.
Dua puluh menit kemudian, Revan telah sampai, ia membunyikan klaksonnya. Tidak lama, seorang gadis seksi muncul dari balik pintu gerbang. Wajahnya tersenyum senang.
****
Mobil Revan melaju dengan kecepatan standart. "Mas, aku kangen deh" ucapnya dengan manja
"Mas, juga kangen, Sayang" ucap Revan lembut, membuat Lenna terbang karena nama panggilan yang disematkan Revan untuknya
Keduanya bagaikan kekasih yang sedang dimabuk asmara.
"Mas, punya kejutan buat kamu nanti" ucap Revan, tangannya mengusap pelan paha Lenna.
"Kejutan?" jawab Lenna dengan mata berbinar-binar. "Kejutan apa nih?"
"Ada deh, nanti kamu bakal tahu juga kok" jawab Revan menoleh kearah Lenna sebentar, lalu kembali fokus menyetir.
Lenna memukul manja lengan Revan, lalu mencium kembali pipinya. Hatinya saat ini tengah berbunga-bunga, bagaimana tidak. Suami sahabatnya itu sudah mulai membagi hatinya untuk dirinya.
000
Dilain tempat, Alina tengah bersiap-siap untuk pergi, ia sangat bersemangat sekali.
"Bismilah.. Semoga berjalan lancar" gumamnya. "Aku pesan taksi online aja deh, sekali-kali cari suasana baru" ucapnya semringah
Tidak butuh waktu lama, mobil taksi pesananya telah tiba, sedang menunggu diluar pagar. Segera ia keluar rumah, dan menghampiri mobil taksi pesanannya.
Setelah masuk ia berucap kepada sang sopir, "Nanti, bapak bisa nunggu saya sebentar ya, Pak? tenang deh, nanti aku kasih uang tip lebih" ujar Alin.
Sang sopir mengangguk senang, "Iya, mbak. Siap"
Dua puluh menit kemudia, Alina sampai dilokasi yang pertama. Ia telah disambut hangat oleh pemilik toko.
Ia melihat-lihat dari depan sampai kebelakang, semuanya tidak luput dari pantauan Alin.
Setelah merasa puas, Alin berpamitan kepada sang empunya toko. Lalu, pergi ketempat lain lagi. Sama seperti tempat yang pertama, ia menelisik tempat itu secara detail.
Merasa kurang cocok, ia menuju tempat survey yang terakhir. Ternyata, tempat yang terakhir inilah pilihan Alina. Dari segi tempat dan letaknya berada dipinggiran jalan raya. Tempatnya sangat strategis menurutnya
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengontrak sementara tempat itu, jika lancar ia akan membelinya.
Deal...!! itu lah kata sepakat yang mereka ucapkan. ia juga menyerahkan amplop berisikan uang kontraknya
Karena sudah merasa puas, ia memutuskan pulang. Senyum bahagia menghiasi wajahnya yang cantik.
Ia berniat memberi kabar untuk suaminya. Namun ia urungkan, sebab sang suami mengabarkan akan telat pulang.
Ia tampak kecewa. Sebab, akhir-akhir ini, Revan lebih sibuk dengan pekerjaannya. Namun ia mencoba mengerti.
"mudah-mudahan, setelah butikku sudah siap beroperasi aku gak kesepian lagi" batinnya dalam hati, "Seperti ngajak Lenna menginap dirumah lebih baik, daripada aku kesepian" seketika senyumnya mengembang
****
Tiga puluh menit kemudian, ia telah sampai dirumah, tidak lupa ia memberikan uang lebih untuk sang sopir yang telah mau menunggunya yang hampir seharian ini.
Ia melangkah santai masuk kedalam rumah. Ia langsung menuju dapur, untuk sekedar menghilangkan rasa hausnya.
"Sudah pulang, Bu" sapa Mbak Yati, ia tengah memasak.
"Iya, Mbak" Jawab Alina berjalan mendekati asisten rumah tangganya itu. "Gak usah masak banyak ya, Mbak"
Seketika membuat asisten rumah tangganya itu menatap heran majikannya.
"Kayaknya, Mas Revan gak akan makan dirumah malam ini Mbak?" ucapnya kemudian
Membuat mulut Mbak Yati membuat huruf O, lalu mengangguk "Iya, Bu"
Setelah itu, Alin pamit untuk naik kelantai atas, ia melangkah pelan menaikin anak tangga, menuju kamarnya.
Setelah sampai ia menghempaskan tubuhnya diatas ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamarnya, bayangan dimasa-masa sewaktu awal pernikahan muncul dibenaknya. Membuatnya merasa ada yang hilang