MINIMAL KOMEN LAHHHH...
Arshlan, seorang murid dari SMA Tanah Abang yang ditemukan tak sadarkan diri dengan kepala yg pecah disebuah gang sempit dekat dg sekolahnya. dan ternyata yg telah menyerangnya ialah sahabatnya sendiri.
Usai kejadian itu terjadi sang sahabat bersama keluarganya menghilang dari kota dan diduga kabur dari kejaran polisi.
Saat Arshlan di larikan ke rumah sakit dokter telah mengusahakan untuk menyelamatkan nya, tetapi takdir berkata lain.
Ingin tahu lanjutannya?
yuk baca bersama di "Novel SYSTEM PENGUASA DAN BALAS DENDAM" karya Scorpio hanya di Noveltoon-Mangatoon
NOTE: NOVEL INI ADALAH LANJUTAN DARI AKUN PERTAMA KU YAITU "0701:)"
JADI KALAU ADA NOVEL YG SAMA SELAIN DI AKUN INI DAN "0701:)" ITU ADALAH JIPLAKAN DAN AKAN TERKENA SANKSI!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Scorpion's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 :"Kesedihan mendalam Amel"
"Ayo silahkan masuk tuan putri" Ucap Arshlan pada Amel sambil membukakan pintu mobil.
"Te-terimakasih." Ucap Amel malu malu lalu ia pun masuk ke dalam mobil sport milik Arshlan.
Melihat Amel telah masuk Arshlan pun segera menutup pintu mobilnya dan berjalan menuju sisi pintu pengemudi.
Saat Arshlan baru saja masuk mobil tiba tiba ada sekelompok siswa yang menghampiri mobil Arshlan.
"Ars, ars bukain bentar" Ucap salah satu siswa sambil mengetuk kaca jendela mobil Arshlan.
"Ada apa?" tanya Arshlan setelah membuka kaca mobilnya.
"Wihh aku gak nyangka kalau kamu orang kaya, bisa lah aku ikut juga." Ucap seorang siswa perempuan setelah melihat Arshlan membuka kaca jendela nya.
"Hahaha maaf ya, kalau saat ini aku sedang ada urusan. Mungkin lain kali." Ucap Arshlan.
"Hei Gheby jangan begitu, apakah kamu tidak lihat jika ada anak baru itu di mobil Arshlan," Bisik temannya karena merasa tak enak hati dengan Arshlan.
"Eh iya kah?, kalau begitu maafkan aku Ars aku tak bermaksud." Ucap siswi itu meminta maaf.
"Tak apa kalau begitu lain kali saja kita adakan pesta bersama murid lain ya, aku mau jalan dulu." Ucap Arshlan tak mempermasalahkan lalu ia pun pamit untuk segera berangkat bersama Amel.
Di perjalanan Arshlan melirik ke arah Amel, ia melihat kalau Amel seperti ingin berbicara namun ia seperti ragu ragu.
"Jangan ragu ragu kalau denganku, ngomong saja mel," Ucap Arshlan tiba tiba yg membuat Amel sedikit terkejut.
"Itu, kita akan kemana?" Tanya Amel walau agak ragu ragu.
"Kita akan jalan jalan dulu lalu ikut aku ke suatu tempat. Nanti kalau urusanku sudah selesai aku akan mengantarmu tidak masalahkan?" Tanya Arshlan sambil menoleh ke arah Amel.
"Ya, sebenarnya tidak masalah. tapi kemana kita akan pergi?" Tanya Amel lagi tampak sedikit khawatir.
"Hahaha jangan berfikir aneh aneh, kita hanya akan mengunjungi sebuah perusahaan tekstil saja. Tadi aku diundang oleh seseorang kesana," Ucap Arshlan sambil tertawa karena melihat wajah Amel yg khawatir.
"Perusahaan tekstil, untuk apa?" Tanya Amel merasa bingung.
"Nanti kamu akan tahu." Ucap Arshlan sambil tersenyum misterius.
Mendengar itu Amel hanya memiringkan kepalanya karena heran, namun ia tak bertanya lagi pada Arshlan.
"Amel, maaf kalau bertanya agak privasi. Sebenarnya ayahmu itu kerja apa kok sampai lupa tidak memberitahumu kalau ia tak menjemputmu?" Tanya Arshlan dengan pandangan yg masih fokus pada jalanan.
"Hh entahlah, aku juga tak tahu." Ucap Amel mendesah, terlihat jika raut mukanya berubah sedih saat mengatakan itu.
"Emm maaf kalau aku membuatmu bersedih" Ucap Arshlan meminta maaf saat sadar bahwa Amel terlihat sedih.
"Tak apa apa, kadang kala bahkan aku bertanya tanya apakah benar jika aku anak nya. Itu karena sebenarnya ia sangat sering memperlakukanku seperti orang lain.
Semenjak menghilangnya ibu, aku tak pernah lagi melihat ayahku sebagai sesosok ayah. aku melihatnya seperti seorang yang jahat." Ucap Amel menjelaskan yang membuat Arshlan terkejut.
"Kenapa kamu mengatakan itu?" Tanya Arshlan bingung, bahkan ia sampai menepikan mobilnya agar ia tak membagi fokusnya pada dua hal berbeda.
"Sebenarnya aku tak memiliki orang lain lagi selain orang yang aku panggil ayah itu, namun ia tak pernah memanggilku sebagai anaknya.
Bahkan saat ia pindah pindah rumah, jika bukan karena aku memaksa ikut mungkin aku akan hidup sendiri di negara macanpura." Ucap Amel yg mulai menitikkan air matanya.
melihat Amel yg menitikkan air mata membuat Arshlan merasa sedikit sakit hatinya, ia pun memeluk Amel sambil mengusap belakang kepalanya.
"Bahkan percaya atau tidak, aku bersekolah itupun menggunakan uangku sendiri. apakah aku masih harus memanggilnya seorang ayah Ars?" Tanya Amel yg langsung menangis karena tak sanggup menahan kesedihannya.
"Sudah sudah.." Ucap Arshlan sambil terus mengelus kepala Amel berharap Amel bisa tenang.
mengingat jika Amel diperlakukan seperti itu oleh ayahnya sendiri, entah kenapa membuat Arshlan geram karena marah.
Ia bahkan tanpa sadar berjanji pada dirinya sendiri untuk memberi pelajaran pada laki laki tak bertanggung jawab itu.
Setelah Amel tenang dan tak lagi menangis Arshlan pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Di sepanjang perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka, bahkan terlihat jika Amel hanya menatap ke arah luar jendela. Entah ia sedang menikmati perjalanan atau sedang merenung.
Melihat itu Arshlan pun berinisiatif memegang tangan kanan Amel menggunakan tangan kirinya sambil mengusapnya lembut.
merasakan jika ada sentuhan lembut ditangannya Amel hanya diam saja, ia pun memejamkan matanya.
Entah mengapa ia merasa hatinya sudah sedikit membaik sejak ia menceritakan beban yg ada di hatinya itu pada Arshlan.
Setelah berkendara sedikit lama serta waktu yg menunjukkan sekitar pukul 3 sore Arshlan pun akhirnya memasuki suatu kawasan perusahaan.
"Amel apakah kamu tadi sudah makan?" Tanya Arshlan pada Amel yg masih saja diam sambil menatap keluar.
Melihat itu membuat Arshlan sedikit kasihan, ia benar benar tak menyangka jika Amel yg dari luarnya terlihat ceria ternyata menyimpan banyak sekali hal buruk yg telah ia rasakan ataupun masih ia jalani hingga sekarang.
Arshlan pun menjulurkan tangannya lalu mengusap kepala Amel lembut lalu beralih ke arah wajah Amel yg putih itu.
"Amel, jangan kamu terus terusan memikirkan hal itu. itu tidak baik untuk kesehatanmu." Ucap Arshlan sambil mengusap lembut pipi Amel.
Amel pun sadar dari lamunannya lalu melihat ke arah Arshlan yg tersenyum hangat padanya, Amel pun ikut tersenyum sambil memegang tangan Arshlan yg sedang mengelus pipinya.
"Aku sudah tidak apa apa kok, terimakasih ya Ars." Ucap Amel tulus.
"Yasudah kalau begitu, setelah ini kita makan dulu atau ke perusahaan dulu?" Tanya Arshlan.
Amel pun memandang ke sekitarnya, ia bahkan baru sadar kalau mobil Arshlan sudah berhenti di tempat parkir di depan sebuah gedung.
"Eh, kita sudah sampai?" Tanya Amel sambil melihat keluar jendela.
"Iya baru sampai" Ucap Arshlan lalu ia pun berjalan keluar dahulu untuk membukakan pintu.
"Terimakasih" Ucap Amel saat pintu disampingnya dibukakan oleh Arshlan dari luar.
Setelah keluar Amel pun memandang takjub begitu pula Arshlan walau ia berusaha tetap tenang.
dihadapan keduanya kini terpampang sebuah gedung tinggi dengan tulisan besar "Perusahaan Tekstil" di depannya.
'Aku tak menyangka jika aku akan bisa sampai tahap menjadi pengusaha sukses seperti ini.' Batin Arshlan takjub sekaligus senang.
Dari dalam bangunan besar itu keluarlah seorang pria muda berpakaian jas hitam yg berjalan cepat menuju keduanya.
"Selamat datang tuan CEO" Ucap Pria muda itu tiba tiba yg membuat Amel bingung, tapi berbeda dengan Arshlan yg langsung menatap pria di depannya dari bawah ke atas.
...ΩΩ ΩΩ ΩΩ ΩΩ ΩΩ ΩΩ ΩΩ ΩΩ...
jangan tidur yooo...!!!