NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Mendadak Darah Tinggi

Ciamis

Cia menemani Enin jalan-jaln pagi menyusuri jalan perkampungan. Hawa pagi yang sejuk dengan hamparan sawah yang mulai menguning serta view Gunung Sawal yang menjulang kokoh, hijau rimbun pepohonan. Merupakan Suaka Margasatwa berisi aneka binantang liar dan dilindungi seperti Macan Tutul dan Kukang. Meski kerap terlihat mobil bak yang lewat mengangkut sejumlah anjing untuk melakukan pemburuan liar di hutan gunung sawal. Sangat disayangkan ulah oknum masyarakat yang hanya memikirkan cuan semata, mengabaikan pelestarian.

"Enin, Kak Rama bilang soal Puput gak sebelum pulang ke Jakarta?" Cia berjalan di sisi kanan, lambat mengimbangi gerak langkah sang nenek yang masih segar bugar. Sesekali ikut sang nenek menebar senyum saat saling sapa dengan warga yang berpapasan.

"Memangnya Puput kenapa?!" Enin balik bertanya dengan raut heran.

Cia mengangguk-anggukkan kepala. Berarti kakaknya itu sama sekali tidak curhat kepada Enin.

"Kak Rama suka sama Puput, Nin. Sekarang ini lagi berusaha mutusin Zara dulu. Kak Rama gak mau nikah sama Zara. Nggak suka apalagi cinta."

Enin menghentikan langkah. Menatap sang cucu dengan raut kaget namun penuh binar.

"Syukur atuh kalau Rama mau bubaran sama Zara. Enin mah waktu lihat pas tunangan dulu, sama sekali gak suka. Aneh, Ratna sama Krisna ngejodohin Rama sama perempuan model gitu." Ujung-ujungnya Enin mengomel terhadap anak dan mantunya yang menurutnya salah pilih calon istri untuk Rama.

"Kalau Rama sama Puput, Enin mah ngedukung. Cocok mereka itu!"

Cia tersenyum lebar. Tambah satu orang yang mendukung langkah kakaknya untuk mendapatkan Puput.

"Rama itu sifatnya seperti Papi kamu. Hati-hati kalau bicara. Yang dibicarakan sama Enin selalu kabar menyenangkan, bukan keluhan atau masalah." Enin meminta Cia berputar arah menuju pulang setelah setengah jam lamanya berjalan-jalan.

"Tadi subuh Kakak telpon. Aku disuruh beli oleh-oleh buat Ami, adiknya Puput. Banyak lho Nin, daftaran yang harus dibeli. Nanti sore aku harus anterin ke sana. Hadeuh yang lagi modus!" Cia geleng-geleng kepala mengingat perintah wajib yang harus dikerjakannya.

Enin terkekeh. "Enin juga mau ikut bantuin kakak kamu ah." Berganti tersenyum penuh arti.

"Enin mau bantu apa?!" Cia menyipitkan mata melihat sang nenek yang berwajah semringah.

"Ya sama....mau apa itu tadi istilahnya.....MODUS ya."

Membuat Cia tertawa. Lucu dengan ucapan sang nenek yang berkata modus sambil memanyunkan bibir.

...***...

Rutinitas kerja di RPA berjalan dinamis seperti biasanya. Semua karyawan bekerja sesuai peran masing-masing. Pengunjung toko keluar masuk membeli berbagai bahan bangunan sesuai kebutuhan.

Lampu indikator di ponsel Puput yang tersimpan di samping komputer, berkedip-kedip. Sengaja dalam mode tanpa suara agar tidak mengganggu konsentrasi bekerja. Kini beralih layar yang menyala pertanda ada panggilan masuk.

Cia? Ada apa ya?!

Kening Puput mengkerut melihat nama yang tampil di layar. Sejak telepon tempo lalu untuk order makanan, kini menghubunginya lagi. Ia menerima panggilan dengan berucap salam.

"Put, nanti setengah jam lagi ada sopir yang jemput kamu. Siap-siap ya!" Cia menyampaikan maksudnya usai menjawab salam Puput.

"Siap-siap ke mana, Cia?!" Puput menautkan kedua alisnya. Tidak ada kabar sebelumnya, ujug-ujug akan ada sopir yang menjemputnya.

"Enin mengundang kamu makan siang di rumah. Gak bisa ditolak lho ya!" Cia terdengar terkekeh. "Tenang....aku udah ijin sama Pak Hendra kalau kamu akan diculik dulu. Jadi kalau terlambat masuk lagi gak akan kena teguran," sambung Cia masih diiringi kekehan.

"Ishh Cia...serius dong." Puput masih belum percaya.

"Dua rius, Put. Pokoknya tunggu aja nanti sopir akan jemput. See you...di rumah Enin."

Puput menatap kaget ponselnya yang sudah mati. Tidak ada basa basi lagi dari Cia, langsung menutup panggilan.

Puput beralih membukan pesan masuk. Karena lampu indikator terus berkedip.

Param : Putri Kirana, bonusmu udah ditransfer. Check ya!

Ia pun mengirimkan balasan ucapan terima kasih. Penasaran dengan nominal transfer tanpa lampiran bukti itu. Ia langsung mengecek mutasi di mobile banking nya.

"HAHH?!" Puput tidak sadar memekik kencang di tengah keheningan. Terbelalak melihat nominal melebihi yang ekspektasi. Membuat hampir semua rekan kerja menoleh padanya.

"Siput, ada apa?!" Via lebih dulu menyembulkan kepala dari balik kubikel setinggi dada itu.

"He he...maaf-maaf, guys. Intermezo biar gak ngantuk." Puput cengengesan melihat semua mata kini tertuju padanya. Mengangkat dua jari simbol V. Beralih mendongak menatap Via yang belum puas dengan jawaban yang diberikannya.

"Param transfer bonus gede banget." Puput berbicara setengah berbisik.

"Widiw....piro?!" Via makin antusias memasang telinga lebih lebar.

"KE PO---" Puput memeletkan lidah kemudian memutar lagi kursinya menghadap komputer.

"Hilih...Siputttt. Awas lo ya!" Via menggeram kesal dipermainkan seperti itu. Rasa penasarannya makin menjadi.

Puput tertawa ditahan. Merasa senang lihat Miss Kepo yang nampak kesal itu.

"Tenang Bakpia...besok aku traktir kamu sekenyangnya deh. Sekarang aku mau siap-siap ke rumahnya Enin. Diundang makan siang." Puput menaik turunkan alisnya.

"Tunggu-tunggu! Maksudmu Enin neneknya Param bukan?!" Jiwa kepo Via semakin meronta.

"Yaa Enin mana lagi. Aku kan udah gak punya nenek."

"Ehem-ehemm....beneran calon nyonya RPA ini. Witwiww---" Via bersiul dengan riang.

"Hei Bakpia, jangan berpikiran aneh ya! Gak ada hubungannya sama Param. Enin memang pernah bilang mau nganggap aku jadi cucunya setelah nyelamatin Cia waktu itu." Hardik Puput berubah kesal karena sahabatnya itu malah menggodanya.

"Iya deh, Miss Lola." Via mengalah. Kembali duduk di kursinya dengan mulut komat kamit menggerutu tanpa suara. Merasa gemas dengan sikap polos Puput sejak dulu. Lambat peka.

Telepon di meja Puput berdering. Petugas costumer service di lantai bawah mengkonfirmasi ada sopir yang menjemputnya. Menunggu di pusat informasi.

Masih setengah jam lagi waktunya istirahat. Ia harus bersiap pergi. Lebih dulu ke ruangan Pak Hendra untuk meminta izin.

"Enjor this day, Put." Hendra tersenyum simpul penuh arti. Cia sudah lebih dulu mengkonfirmasi. Jadi tidak kaget saat Puput meminta izin.

Puput berlanjut menghampiri Via sebelum meninggalkan lantai dua.

"Via, sorry. Istirahatnya bareng Andi dulu ya! Aku mau pergi sekarang."

"Enjoy your time, sista! Nikmati hati yang sedang berflower. Mmuach--" Via bersikap seolah akan menyosor wajah Puput.

"Geuleuh (sebal) ih." Puput terkekeh. Tak lupa menghadiahi jitakan di kepala sahabatnya itu sebelum berlalu pergi.

Sepeninggalnya Puput, ruangan menjadi gaduh oleh suara pertanyaan yang ditujukan kepada Via.

"Puput dijemput sopir neneknya Pak Rama. Di undang makan siang di rumah beliau." jawab Via membeberkan informasi yang diterima dari Puput tadi. Tak lupa melirik meja Septi yang nampak terkejut dalam diam.

"Berarti bener nih Pak Rama dan Puput jadian bukan gosip?!" Celetuk Andi diamini yang lainnya.

"Yeahh...seperti yang kalian lihat lah." jawaban Via begitu santai dan meyakinkan. Ia tidak pernah melakukan klarifikasi sesuai yang dipinta Puput. Malah membiarkan gosip berkembang biak, beranak pinak.

Sorry, Put. Jangan pecat aku dari persahabatan kita ya. Siapa tahu harapan kami jadi do'a.

...***...

Puput tiba di rumah Enin. Disambut Cia yang tengah berada di teras, dengan peluk dan cipika cipiki.

"Yuk, masuk! Enin udah nunggu di dalam."

Enin duduk ditemani Bibi Ratih di ruang keluarga. Dengan takzim Puput mencium tangan sepuh itu dilanjut cipika cipiki. Begitu pula terhadap Bibi Ratih.

"Puput, gimana betah kerja di RPA?!" Enin mengusap-ngusap bahu Puput yang disuruh duduk di sampingnya.

"Alhamdulillah betah, Enin. Pekerjaan serta lingkungannya menyenangkan. Manajernya baik termasuk pula ownernya." Puput menjawab sejujurnya. Bukan cari muka karena tengah berhadapan dengan keluarga owner RPA.

"Syukurlah." Enin tersenyum semringah. "Mulai sekarang, Puput harus sering main ke sini, nengokin Enin ya! Karena Puput udah Enin angkat jadi cucu ke empat."

"Aduh, aku jadi tersanjung, Enin." Puput menyentuh dadanya diiringi senyum lebar. "Insya Allah aku akan turuti apa yang Enin mau. Makasih Enin....aku baru merasakan gini ya rasanya punya nenek." sambungnya sambil memeluk Enin. Ia dan ketiga adiknya memang tidak sempat merasakan kasih sayang nenek. Baik dari pihak Ibu ataupun dari Ayah. Karena sudah meninggal lebih dulu. Hanya sempat merasakan memiliki kakek dari Ibu sampai usia SMP.

Tanpa diketahui Puput, interaksi hangat itu diabadikan oleh Cia. Tentu saja untuk dikirimkan kepada Rama agar sang kakak senang dan semangat menuntaskan urusan dengan Zara di Jakarta.

Dua jam lamanya di rumah Enin. Shalat Duhur berjamaan di mushola, dilanjutkan makan siang dalam suasana kekeluargaan. Lalu kembali lagi ke RPA jam 2 siang. Terlambat satu jam. Dan tentu saja masuk dispensasi. Jangan ditanya bagaimana antusiasnya Via menyambut kedatangannya. Serta mengorek-ngorek cerita apa saja selama di rumah Enin.

.

.

.

"Aku gak minta lho, Teteh!" Ami mengangkat tangannya sebagai tanda sumpah.

Puput terkaget begitu pulang sore mendapati banyak bingkisan di meja makan. Pizza, donat madu, dan aneka buah-buahan. Satu meja makan penuh.

Ibunya mengatakan jika jam 4 sore tadi Cia mengantarkan ini semua. Oleh-oleh untuk Ami dari Rama. Membuat Puput heran, waktu di rumah Enin, Cia tidak bilang akan ke rumahnya.

"Terus kenapa bisa Kak Rama ngasih oleh-oleh ini semua buat Ami? Hayoh...semalam teleponan ngobrol apa aja. Pasti minta kan?!" Lagi, Puput mengintrogasi adiknya yang tengah mengunyah donat madu toping coklat leleh.

"Astagfirullah, Teteh. Kan kata Ibu jangan minta-minta, kalau dikasih ya diterima. Ya udah. Nanti kalau Kak Rama telepon lagi, aku akan bilang kalau teteh minta dibawain oleh-oleh." sahut Ami tanpa memperhatikan kakaknya yang tengah melotot sambil menganga setelah mendengar ucapannya.

"Kenapa malah balik stik. Hiiiihh!" Geram Puput. Mengangkat kedua tangannya seolah ingin mencakar si bungsu yang berwajah tanpa dosa itu. Gemas.

"Teteh gak akan kasih pinjam hapenya." Puput menggeleng. Ekor matanya melirik pada pizza big box yang aromanya terendus hidung.

"No problem, teteh. Bisa pinjem hape Ibu atau A Zaky, atau Teh Aul. Kak Rama seneng ngobrol sama aku. Sampe ketawa-ketawa." Ami tidak hilang akal. Ia memang belum diperbolehkan punya ponsel sendiri oleh Ibu dan Puput. Baru akan diberikan nanti masa SMP.

"Kak Cia bilang, Kak Rama sayang sama aku...makanya ngasih ini semua. Teteh jangan cemburu ya!" Tatap Ami menyelidik wajah sang kakak yang nampak memberengut.

"Hiliihh...apa lagi ini. Ngapain juga cemburu." Puput mendelik sebal. Kenapa juga pulang kerja kali ini malah membuatnya seperti darah tinggi. Heran sendiri.

"Teteh! Pulang kerja kok malah sensi. Ami kan gak salah menerima pemberian Rama." Tegur Ibu yang sedari tadi mendengarkan debat si sulung dan si bungsu.

"Hu um ini Teteh lagi M ya?!" Ami malah menggoda. "Tenang Teh...rejeki aku ya rejeki seisi rumah. Kita makan rame-rame."

"Teteh kalo mau pizza ambil aja jangan gengsi. Itu air liur sampe netes tuh--" lanjut Ami menunjuk sudut bibir kakaknya yang basah.

Puput spontan menyusutnya dengan punggung tangan. "Ini mah nelas minum barusan," ujarnya mengelak. Padahal iya ngiler.

Ibu yang mendengarnya hanya mengulum senyum. Menahan tawa. Andaikan ada Aul dan Zaky pasti makin rame ikut-ikutan membully kakaknya. Namun keduanya sedang pergi ke Tasik mengunjungi toko buku.

"Teteh mau mandi ah." Puput menahan gengsi ingin makan pizza dengan berlalu menuju kamarnya. Berharap nanti Ami akan memanggilnya.

"Teh, mumpung hangat nih pizzanya. Hmm maknyusss." Ami mengambil satu potong dan menggigitnya dengan mengunyah bersuara ceplak.

Membuat Puput membalikkan badan dan menghampiri lagi. "Sini atuh kalau maksa mah," ujarnya jaga gengsi. Mengambil sepotong pizza yang masih hangat itu.

Tbc...

1
Prilya Mcvee
ya Allah mi.. Amii.. pinter beud dah modus nya🤣
Prilya Mcvee
ya Elaaah kesian amat kang panciii🤣🤣
Sri
apa Akbar juga jadi fans berikutnya?
Ismu Aji
Luar biasa
🐙OctOMom's
baru mulai baca, belum bisa komen....tapi kayanya ini karya bagus, yg baca nya banyak bangeet
Erna Yunita
aq datang menyapa 🤗
Henym
Luar biasa
Melda Herawaty
bagusss banget ini novel rasanya ga puas sekali baca 👍👍
Elta Rosita
jd ikut menangis....
Elta Rosita
amiiiiiiiiiii......
Mahyudin Mahyu
suka banget sweeet pokoknya bikin baper senyum senyum sendiri kalau udah mulai baca jadi lupa sama kerjaan dirumah
Mahyudin Mahyu
seringnya jatuh cinta sama tokoh didunia fiksi ada ngga didunia nyata
Mahyudin Mahyu
ikut terharu
Mahyudin Mahyu
mau ya neng sayang kasihan aa rama
Mahyudin Mahyu
iya aku juga ikutan baper baca novel ini senyum senyum sendiri
Mahyudin Mahyu
pengen juga nih jadi horang kaya
pipi gemoy
ngulang baca 🌹👻
Novnov
Sumpah gemesh dengan alasan anjar! Emang harus nambah anak? Untuk apa? Toh nanti juga akn ada anak2 dari panji
Johanova Wastu
apa ni
Lin Frie
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!