Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Sudah?" tanya Putra pada Ica yang sudah kembali sehabis dari lapas
"Sudah, Kak"
"Jadi kita temui calon pembeli rumah kamu?"
"Jadi donk, Kak. Kan tujuan kita kesini lagi, paling utama itu temui pembeli. Berhubung surat pengadilan sudah datang, lebih sempurna rasanya kalau di berikan secara langsung"
Satu jam telah berlalu bertemu dengan calon pembeli rumahnya, Ica pun setuju dengan harga yang sesuai dengan tawaran dari dirinya. Kini Ica berniat berkunjung ke rumah Loli, ada sesuatu yang ingin di bahas dan tentunya penting.
Tiba di rumah Loli Ica di sambut dengan baik, bahkan Sang Bunda meminta maaf pada Ica atas perlakuan Loli yang sudah merusak rumah tangga Ica dan Hendra. Tentu saja Ica memaafkan Loli, baginya semua sudah berlalu.
Bahkan berkat Loli juga akhirnya Ica bisa membongkar tingkah laku suaminya yang tipu muslihat itu, jika dulu Loli tak menemuinya mungkin hingga detik ini Ica masih bersama Hendra pria bajingan dan brengsek itu.
Banyak obrolan yang mereka bahas, salah satunya membahas sidang perceraian Ica dan Hendra. Cukup lama mengobrol Sang Bunda dan Loli mengajak Ica untuk menikmati hidangan, karena kebetulan tadi mereka sedang membuat kue.
Ica tersenyum sembari mengangguk menerima ajakan Sang Bunda dan Loli, setelah memakan beberapa kue Ica pun pamit pada Sang Bunda dan Loli karena masih banyak urusan yang ingin di selesaikan nya di kota tersebut.
Malam harinya......
"Kamu hebat, Ca" ujar Putra
Putra dan Ica sedang makan malam di hotel tempat mereka menginap, hari ini cukup melelahkan bagi Ica. Banyak berkas yang harus di urusnya, di tambah beberapa bukti-bukti perselingkuhan yang harus di lengkapi.
Ica senang, Loli mau jadi saksi persidangannya dan Hendra nanti. Supaya memberatkan posisi Hendra, sehingga hak asuh kedua anak mereka dan harta gono gini kemungkinan besar semuanya jatuh di tangan Ica.
"Hebat, gimana Kak Putra?"
"Bisa sekuat ini, Kakak bangga sama kamu"
"Ini semua berkat dukungan dari keluarga dan Kak Putra, aku tak mungkin sekuat ini kalau bukan karena kalian"
Putra tersenyum sendu menatap adik sepupunya itu, kadang dirinya masih tak menyangka rumah tangga adik sepupunya harus berujung di pengadilan, padahal sudah hampir sembilan tahun usia pernikahan Ica dan Hendra.
Hati manusia memang sulit di pahami, hubungan lama tak menjamin akan terus setia. Cobaan dan bisikan setan, akan menghadang untuk menjerumuskan pada jurang pengkhianatan, perpisahan dan pecah belah.
Bukan hanya harta dan ilmu yang di butuhkan di dalam berumah tangga, iman kepada sang pencipta juga di butuhkan. Agar hadir rasa takut jika akan melakukan dosa, dan kekhilafan untuk mengkhianati pernikahan.
"Tetap lah setegar ini, Ca. Ada Mentari dan Senja yang butuh kasih sayang kamu"
"Pasti, Kak. Aku akan melakukan apapun demi kebahagiaan mereka"
Suasana mendadak jadi penuh kesedihan, Putra hampir menjatuhkan air matanya. Dirinya pun mengalihkan topik pembicaraan, agar tak ada lagi membahas kesedihan yang menghampiri adik sepupunya itu.
"Habiskan makam malamnya, Ca. Soto ini sangat enak"
"Iya, Kak. Setelah ini kita istirahat, besok kembali ke kampung halaman"
"Siap"
Ica dan Putra kembali meneruskan makan malam mereka, selesai makan keduanya kembali ke kamar masing-masing. Proses kelanjutan persidangan perceraian Ica sama Hendra, akan di tangani oleh pengacara Ica.
.
.
.
Dua minggu kemudian.....
"Ma, bagaimana tentang perceraian aku?"
"Tenang saja Mama yang urus, kamu fokus sama kasus ini aja. Biar cepat bebas, pikirkan cara membujuk Loli"
"Mama jangan bohong sama Hendra, pokoknya Hendra gak mau bercerai sama Ica"
"Iya-iya, nanti Mama bicarakan sama pengacara kita. Sudahlah, Mama mau pulang"
Mamanya Hendra tak sungguh-sungguh mengabulkan permintaan putra kesayangannya itu, dirinya malah berusaha sebisa mungkin untuk membuat putra kesayangannya itu bercerai dengan Ica yang menurutnya wanita gak dewasa.
Sebelum pulang Mamanya Hendra meminta supir mengantar ke rumah Loli, selama di perjalanan pikiran Mamanya Hendra tak tenang, dirinya merasa sangat kelelahan mengurus masalah putranya kesayangannya itu.
Kepalanya terasa mau pecah, lelah mengurus Hendra yang hanya bisa menjadi beban pikirannya saja. Sesampai di rumah Loli Mamanya Hendra segera turun dari mobil, kemudian berjalan menuju pintu utama.
Tok....Tok....Tok
"Iya, tunggu sebentar" teriak Loli dari dalam
Mamanya Hendra berharap kali ini usahanya bisa membuahkan hasil, walaupun sudah semua cara di lakukannya. Cara halus sampai cara licik, ketika pintu terbuka Loli terkejut ternyata yang bertamu saat ini Mamanya Hendra.
"Tante?"
"Loli, Tante tidak mau basa basi. Kali ini penawaran terakhir, Tante sudah muak dengan sikap keras kepalamu"
"Tolong jangan ganggu aku lagi, Tante. Biarkan aku hidup bahagia bersama anakku, soal Mas Hendra dia memang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya"
"Omong kosong! Kamu gak takut sama saya? Saya bisa melakukan apapun pada kamu, agar hidupmu seperti di neraka"
"Saya gak takut, Tante" tegas Loli
Baru saja Mamanya Hendra hendak maju ingin memberi pelajaran pada Loli, sudah terdengar suara Sang Bunda dari dalam membentak Mamanya Hendra bahkan Sang Bunda juga mengancam Mamanya Hendra.
Akan di laporkan ke polisi jika berani menyakiti putrinya, Sang Bunda sama sekali tidak gentar menghadapi Mamanya Hendra. Mamanya Hendra tak punya pilihan lain selain pergi dari rumah Loli, dirinya juga takut jika di laporkan ke polisi.
Dirinya sadar sedang berhadapan dengan lawan yang setimpal, sehingga tak mudah untuk mengatasinya. Mamanya Hendra kesal karena usahanya lagi-lagi gagal, Mamanya Hendra segera masuk ke dalam mobil.
Kemudian meminta supir untuk langsung pulang ke rumah, sepanjang perjalanan Mamanya Hendra hanya bisa memijat keningnya. Kepalanya terasa seperti di timpa oleh besi, dirinya sudah kehabisan akal untuk membebaskan putra kesayangannya.
Dirinya sudah berada di titik pasrah, saat ini lebih baik fokus dengan kasus perceraian putra kesayangannya sama Ica. Dirinya harus mengurus harta gono gini, agar semua harta itu jatuh di tangan putra kesayangannya.
"Hallo, Pak Pengacara. Tolong ke rumah say, kita harus bicara untuk persidangan perceraian Hendra nanti"
"Baik, Bu. Saya akan segera ke rumah Ibu"
"Oke, saya tunggu"
Panggilan pun terputus, tak lama kemudian Mamanya Hendra sampai di rumahnya. Dirinya langsung masuk ke dalam rumah lalu menuju kamar mandi untuk mencuci wajah, setelah itu menyeduh susu kedelai bubuk.
Susu kedelai yang khasiatnya mengencangkan kulit-kulit pada usia penuaan, Mamanya Hendra duduk di kursi makan sembari menikmati susu kedelai yang telah di seduhnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau saat ini.
Hampir dua jam kemudian, pengacara yang mengurus perceraian Hendra pun akhirnya datang.