Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pedang Darah
"Feng Feng Lihatlah! Di pundak bayi ini ada tanda lahir bulat seperti milik mendiang kakek guru kita," kata Wanita tua itu.
"Benarkah? Coba aku lihat dulu."
Pria yang dipanggil Feng Feng itu memperhatikan tanda lahir lingkaran merah di pundak Song Lin Qian, Feng Feng terkejut sebab tanda lahir itu benar-benar sama persis seperti tanda lahir milik mendiang kakek guru nya.
"Benar-benar sangat mirip! Tapi apa maksudnya ini?" tanya Feng Feng.
"Entahlah, mungkin saja bayi ini adalah reinkarnasi kakek guru kita."
"Berhentilah mengada-ada Yuwen! Sebaiknya kamu segera buatkan bubur untuknya. Sekarang aku akan pergi ke seberang sungai untuk mencari informasi," kata Feng Feng.
"Berhati-hatilah! Tunggu dulu, sini aku lihat penyamaran mu," kata Yuwen lalu dia memeriksa wajah Feng Feng yang sudah diberi jenggot panjang serta kumis palsu tebal yang membuat wajahnya sangat sulit untuk dikenali oleh orang luar.
"Pergilah dan cepat kembali," kata Yuwen.
"Kamu juga hati-hati di rumah," kata Feng Feng lalu dia keluar dan pergi menuruni Gunung untuk menuju ke seberang sungai.
***
Desa Honfu adalah salah satu desa paling terpencil di Kerajaan Song, penduduk di Desa itu hanya sebanyak 107 kepala keluarga, dan Desa Honfu diambil dari nama Gunung yang berada di seberang sungai.
Rata-rata penduduk Desa Honfu adalah pencari kayu bakar, dan kayu bakar yang mereka kumpulkan nantinya akan di jual di Desa lain.
Saat ini Feng Feng sudah berada di desa Honfu, dia yang sudah dua puluh tahun tinggal berdua bersama istrinya di Gunung Honfu sudah hampir mengenal seluruh penduduk desa, termasuk kepala desa.
Semua penduduk Desa hanya mengenal Feng Feng si penjaring ikan, hanya saja para penduduk desa tidak tahu jika selama ini Feng Feng hanya mengenakan jenggot panjang dan kumis palsu, karena sebenarnya dia tidak memiliki jenggot.
Tentu ada alasan kenapa Feng Feng selalu menyamar saat pergi Ke Desa Seberang itu, dan rahasia Feng Feng serta istrinya hanya mereka berdua saja yang tahu.
"Kakek Feng, apakah hari ini kamu menangkap banyak ikan di sungai?" tanya salah satu penduduk Desa.
"Hari ini aku tidak menangkap ikan, istriku sedang sakit, jadi aku kesini untuk membeli beberapa keperluan di rumah," jawab Feng Feng.
Feng Feng melihat kesana kemari seperti sedang mencari atau menunggu sesuatu, yang dia cari tentunya adalah informasi mengenai situasi di Kerajaan. Namun karena jaraknya cukup jauh, kemungkinan akan membutuhkan waktu lama bagi Desa untuk menerima Informasi situasi di istana.
"Kakek, untuk apa kakek membeli susu sapi?" tanya salah satu penduduk yang memiliki usaha ternak.
"Tentu saja untuk diminum," jawab Feng Feng.
"Hahaha! Jangan diambil hati kek," ucap pria penjual tersebut.
"Kakek, sebaiknya mulai besok kakek harus lebih berhati-hati kalau di jalan."
"Memangnya ada apa?" tanya Feng Feng.
"Aku dengar ada orang-orang aneh yang sering berkeliaran di luar sana, mereka mengenakan pakaian serba merah, dan menurut Informasi, ada salah satu Warga Desa sebelah yang terbunuh secara misterius, dan orang yang terbunuh itu adalah seorang Pendekar, mungkin ini ada hubungannya dengan kemunculan orang-orang misterius itu."
"Apa mungkin itu adalah Perguruan Pedang Darah! Tapi tidak mungkin mereka, aku yakin dua puluh tahun yang lalu kami sudah menghancurkannya," batin Feng Feng.
"Kakek, ada apa?" tanya pedagang itu saat melihat Feng Feng yang terlihat sedang melamun setelah mendengar penjelasannya.
"Owh tidak ada," jawab Feng Feng.
"Ini Susu sapi nya, harganya lima keping perak."
Feng Feng membayar susu sapi itu dan kemudian dia pergi dengan tergesa-gesa. Walau dirinya tidak mendapatkan kabar yang ia cari, namun kabar yang lain membuatnya merasa tidak tenang.
Feng Feng segera menyebrangi sungai yang lebar itu dengan rakit nya, dan saat siang hari, dia sudah sampai di rumahnya.
"Yuwen, ini susu untuk anak itu," kata Feng Feng yang memberikan kendi susu sapi itu kepada istrinya seraya melepaskan janggut dan kumis palsunya.
"Apakah kamu mendapatkan informasinya?" tanya Yuwen.
Feng Feng menggelengkan kepalanya kemudian dia menghampiri Song Lin Qian yang di baringkan di atas jerami yang sudah di alasi ilalang kering.
"Jarak dari istana ke Desa sangatlah jauh, mungkin butuh waktu beberapa hari lagi," jawabnya.
"Jika memang anak ini ternyata anak Raja Song, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita akan mengembalikannya dan menjelaskan jika ibunya sudah meninggal, atau kita tidak perlu mengembalikannya dan merawatnya sendiri?" tanya Yuwen.
"Entahlah! Sekarang kita sudah menua, dalam sepuluh tahun kedepan, kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain bersembunyi disini, andai anak kita masih hidup, mungkin kita sudah memiliki cucu, dan sekarang kita sama sekali tidak memiliki penerus kita, jadi saranku sebaiknya kita rawat saja anak ini dan melatihnya bersama-sama," kata Feng Feng.
"Owh, tidak seperti biasanya kamu mengatakan hal ini, sejak anak kita meninggal, kamu sama sekali tidak berniat untuk mengangkat seorang murid dan berniat mengubur kemampuan beladiri kita, tapi sekarang kamu berencana menjadikan Qian sebagai penerus, apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Yuwen.
"Pedang Darah!" jawab Feng Feng yang membuat Yuwen berhenti bergerak.
"Apa kamu bilang tadi?" tanyanya.
"Pedang Darah!" jawab lagi.
"Kenapa kamu menyebut nama perguruan terkutuk itu? Bukankah Perguruan itu sudah kita musnahkan?"
"Iya aku tentu tidak akak lupa jika Pedang Darah sudah kita hilangkan, akan tetapi tadi aku mendapatkan informasi jika di luar mereka sering melihat orang-orang misterius yang mengenakan pakaian serba merah terlihat berkeliaran, dan warga Desa sebelah ada yang sudah menjadi korban, aku yakin jika orang-orang itu kemungkinan besar dari Perguruan Pedang Darah," kata Feng Feng.
"Tidak mungkin, aku yakin kita sudah membunuh Xan Tiandi serta membumihanguskan perguruan itu, seharusnya tidak ada satupun dari mereka yang selamat," kata Yuwen.
"Xan Tiandi adalah seorang Pendekar Raja, mungkin dia berhasil bertahan setelah kita meninggalkan tempat itu, dan sepertinya sekarang dia sudah kembali! Mungkin saja dia akan menuntut balas dan mencari kita, sebab tidak mungkin dia akan datang jauh-jauh ke Wilayah Song ini jika tidak demi mencari keberadaan kita," kata Feng Feng.
Yuwen terdiam, dia kembali mengingat masa lalu nya dimana dulu putranya di bunuh oleh Pedang Darah, tidak hanya sampai disitu, perguruan mereka juga dihancurkan ketika Feng Feng dan Istrinya sedang tidak ada di tempat, dan pelaku utamanya adalah kakak seperguruan mereka yaitu Xan Tiandi.
Feng Feng sebenarnya memiliki nama Asli Gui Shan, sedangkan istrinya Yuwen bernama Sui Xien, dulu mereka adalah pemimpin sebuah perguruan di wilayah Daratan Tengah yang bernama Perguruan Naga Langit.
Setelah sepeninggal guru mereka, keduanya terpaksa mengurus perguruan tersebut, karena saudara-saudara seperguruan yang segenerasi dengan mereka tidak ada yang mau untuk memimpin perguruan menggantikan guru mereka.
Ada dua kandidat saat itu yang terpilih, satu adalah Gui Shan, dan satu lagi adalah seniornya Xan Tiandi. Xan Tiandi bersedia untuk memimpin Perguruan asalkan Kitab Naga Langit diserahkan kepada dirinya.
Tentu saja keinginan Xan Tiandi di tolak, karena guru mereka sudah mewariskan Kitab Naga Langit itu kepada Gui Shan. Mendapatkan penolakan dari saudara-saudaranya, Xan Tiandi yang tidak terima berniat membunuh Gui Shan, dia jelas tidak terima dimana Kitab Naga Langit yang seharusnya menjadi miliknya kini di wariskan kepada adik seperguruannya yang kemampuannya masih jauh berada dibawanya.
Sui Xien dan yang lainnya segera maju untuk menghentikan Xan Tiandi yang ingin menyerang Gui Shan, melihat semua saudara-saudara seperguruannya yang berpihak kepada Gui Shan, akhirnya Xan Tiandi tidak jadi menyerangnya, sebab dia tidak akan mungkin mampu melawan saudara-saudara seperguruannya yang sudah bersatu.
Xan Tiandi yang sebenarnya masih tidak terima bersumpah akan merebut Kitab Naga Langit dengan cara apapun nantinya, setelah mengucapkan sumpahnya, Xan Tiandi keluar dari perguruan dan menghilang tanpa jejak.
Gui Shan yang sudah terpilih untuk memimpin perguruan Naga Langit menikah dengan Sui Xien, dan setelah satu tahun menikah, mereka di karuniai seorang putra.
Setelah lima tahun berlalu, mereka berpikir semuanya akan baik-baik saja, namun hal yang aneh mulai terjadi dimana satu persatu saudara-saudara seperguruan Gui Shan yang sudah tidak tinggal di perguruan tiba-tiba saja mati secara misterius.
Kematian saudara-saudara seperguruan mereka itu membuat Gui Shan dan Sui Xien mulai mencari tahu akan siapa yang telah membunuh mereka, dan kejadian itu terus terjadi selama lima belas tahun.
Suatu hari, Gui Shan tiba-tiba saja mendapatkan surat misterius, isi surat itu mengatakan jika satu saudara seperguruannya yang tersisa kini berada di tangan Pedang Darah, jadi Gui Shan harus datang sendiri jika memang ingin menyelamatkan saudara seperguruannya di salah satu Hutan yang cukup jauh jaraknya.
Gui Shan dan Sui Xien yang tidak ingin saudara seperguruannya yang tinggal satu orang harus mati akhirnya berangkat, dan Perguruan untuk sementara dijaga oleh para guru-guru sekaligus meminta putranya untuk tidak keluar dari perguruan.
Gui Shan dan Sui Xien pergi tanpa merasa curiga apapun menuju ke tempat yang dijelaskan di dalam surat tersebut, setelah melakukan perjalanan selama sepuluh hari, mereka akhirnya tiba di Hutan yang telah tertulis di dalam surat itu.
Setelah sampai disana ternyata saudara seperguruan mereka telah mati tergantung dengan kondisi tubuh hampir membusuk, padahal mereka telah tiba tepat di hari seperti yang di minta di dalam surat tersebut.
Gui Shan mulai menyadari dari jasad saudaranya itu jika sebenarnya ada yang salah, melihat tidak ada siapa-siapa di sekitar mereka, setelah mengubur jasad saudara seperguruan mereka, keduanya bergegas kembali ke Perguruan.
Setelah sepuluh hari berikutnya, keduanya sudah sampai di perguruan Naga Langit, namun begitu tiba, mereka terkejut setelah melihat pemandangan di depan mata mereka.
Sekte Naga Langit sudah hancur, banyak jasad para murid yang bergelimpangan, dan bangunan banyak yang terbakar.
Gui Shan dan Sui Xien segera mencari keberadaan Putra mereka dan berharap putra mereka selamat, namun tidak seperti yang diharapkan, mereka justru menemukan putra mereka sudah tak bernyawa dengan leher menganga.
Tidak ada satupun yang selamat, dan Gui Shan serta Sui Xien benar-benar merasa hancur dengan terduduk lemas di samping jasad putranya.
Gui Shan yang sangat frustasi tanpa sengaja menemukan sebuah pesan di bawah tubuh putranya, dan pesan itu mengatakan jika itu adalah sebuah pembalasan karena Gui Shan dulu menolak untuk memberikan Kita Naga Langit nya.
Gui Shan langsung mengetahui pelaku di balik pembunuhan terhadap para saudara seperguruan mereka serta kehancuran perguruan nya sekaligus kematian putranya, dan dalang dari semua itu tidak lain adalah Xan Tiandi.
Gui Shan dan Sui Xien bertekad untuk membalas dendam atas kematian putra serta kematian semua saudara seperguruan mereka hingga kematian murid-muridnya.
Setelah mengubur jasad semua murid-murid serta para Guru dan putranya, keduanya segera mencari keberadaan Xan Tiandi, dan ternyata Xan Tiandi sudah memiliki Perguruannya sendiri yang diberi nama Perguruan Pedang Darah.
Kedua suami istri itu yang sudah sangat dendam terhadap Xan Tiandi langsung mengacak-acak Perguruan Pedang Langit hingga Perguruan itu hancur oleh mereka berdua.
Xan Tiandi yang baru datang pun juga sama terkejutnya melihat Perguruan yang dia bangun selama belasan tahun kini sudah hancur, dan para murid-muridnya tidak ada yang selamat.
Pertarungan antar sesama saudara satu perguruan pun tidak terelakkan, Xan Tiandi yang sudah menjadi Pendekar Raja sangat sulit untuk dikalahkan, bahkan dengan gabungan ilmu beladiri Gui Shan dan Istrinya masih belum cukup untuk membunuh Xan Tiandi.
Baik itu Gui Shan maupun Xan Tiandi dan Sui Xien sama-sama terluka cukup parah, Gui Shan sendiri tidak menduga jika Xan Tiandi benar-benar mampu menghadapi jurus Cakar Naga serta Jurus Tarian Pedang Naga, walau hanya menggunakan dua jenis jurus Naga Langit, seharusnya Xan Tiandi tidak akan mampu untuk melawannya, namun kenyataannya Xan Tiandi benar-benar mampu sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapatkan luka serius.
Pertarungan dilanjutkan hingga malam hari dan pertarungan itu berakhir setelah Sui Xien berhasil menancapkan Pedangnya ke dada Xan Tiandi, sedangkan Gui Shan langsung menghujamkan pedangnya yang membuat Xan Tiandi tewas di tempat.
Setelah berhasil mengalahkan Xan Tiandi dan menghancurkan Perguruan Pedang Darah, Gui Shan dan Sui Xien mulai dikejar-kejar oleh banyak pendekar aliran hitam yang merupakan sekutu Perguruan Pedang Darah.
Gui Shan yang sudah tidak ingin lagi membunuh orang akhirnya pergi keluar dari Daratan Tengah, keduanya pergi mengasingkan diri ke Daratan Barat.
Gui Shan yang berniat untuk berhenti menjadi Pendekar mengubah namanya menjadi Feng Feng, sedang Sui Xien diubah menjadi Yuwen, dan keduanya akhirnya tinggal di puncak Gunung Honfu.
Keduanya hidup dengan damai selama hampir dua puluh tahun lamanya, dan kini mereka kembali mendengar jika ada orang-orang berpakaian serba merah yang berkeliaran dan juga sudah mulai ada korban.
"Feng Feng, apakah kamu yakin ingin menjadikan anak ini sebagai penerus kita?" tanya Yuwen.
"Tentu saja, aku sudah memikirkannya sejak tadi! Lebih baik kita memiliki penerus, jika tidak aku khawatir jika Pedang Darah ini mungkin bukan lagi Xan Tiandi yang memimpinnya, mungkin memang ada murid-muridnya yang selamat. Aku tidak tahu apakah anak ini akan bisa menguasai Kitab Naga Langit atau tidak, yang jelas harus ada yang bisa menandingi Perguruan Pedang Darah," kata Feng Feng.
"Baiklah jika memang itu keputusanmu, aku akan merawat anak ini hingga dia dewasa dan menjadi penerus kita sebagai Pendekar pengganti kakek guru kita sang Pendekar Naga Langit," kata Yuwen.
Keduanya akhirnya sama-sama sepakat akan merawat dan mendidik anak itu nanti agar menjadi seorang Pendekar di masa depan.