Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. So sweet sih, tapi...
Setelah beberapa jam perjalanan, mobil Arman akhirnya memasuki desa kecil tempat kelahiran Alya.
Jalanan berdebu dan rumah-rumah tua di sepanjang jalan mulai terlihat. Alya duduk dengan gelisah seraya menatap keluar jendela. Kenangan-kenangan pahit dari masa lalunya di desa ini kini mulai muncul di benaknya.
Ia mengingat ejekan dan cemoohan dari para tetangga. Bagaimana mereka sering merendahkannya, terutama saat kejadian di hari ia kabur dari pernikahannya. Semua perasaan sakit hati itu kembali hingga membuat dadanya terasa sesak.
Arman melirik Alya dari sudut matanya dan menangkap kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. Dengan lembut, ia mengulurkan tangannya dan memegang tangan Alya yang dingin.
"Ada apa, Alya? Apa yang kamu pikirkan?," tanya Arman. Sentuhan tangannya membuat Alya sedikit terkejut, namun membuatnya merasa tenang.
Alya pun menoleh dan menatap Arman sebentar lalu kembali memandang ke jalan. "Tidak, Tuan. Saya hanya… merindukan orang tua saya," jawabnya.
Arman mengangguk pelan dan masih menggenggam tangannya. "Kalau begitu, kita akan segera menemui mereka. Mereka pasti sangat merindukanmu."
"Terima kasih, Tuan. Saya… hanya sedikit khawatir dengan bagaimana desa ini setelah saya lama pergi."
"Jangan pikirkan orang lain, Alya. Yang terpenting adalah kamu bertemu keluargamu dan menjaga mereka. Orang lain? Mereka tidak layak menghakimimu."
Kata-kata Arman membuat hati Alya sedikit lebih ringan dan lebih tenang. Hingga tanpa di sadari perasaannya terhadap Arman sudah menjadi lebih dalam.
Mobil itu pun terus melaju, melewati jalanan yang semakin sempit. Tak lama, mereka akhirnya tiba di depan jalan kecil menuju rumah orang tua Alya yang terletak dekat sawah.
Saat Arman dan Alya turun dari mobil, suasana kampung yang tadinya sunyi mendadak ramai dengan bisikan-bisikan.
Beberapa warga yang biasa nongkrong di pinggir jalan, duduk di warung kecil, atau hanya berdiri sambil mengobrol kini memperhatikan mereka dengan seksama.
Mereka terpana melihat mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di kampung kecil mereka.
"Apa itu mobilnya orang kaya?," tanya salah seorang wanita setengah baya pada temannya.
"Iya, kayaknya orang kota yang datang. Lihat tuh mobilnya, ngilap banget!," jawab seorang pria tua yang berdiri di dekatnya.
Namun, ketika mereka melihat siapa yang keluar dari mobil itu, bisikan-bisikan pun mulai berubah.
“Itu Alya kan? Alya yang dulu kabur dari pernikahannya?,” bisik salah satu wanita dengan sinis.
"Iya, dia tuh yang bikin malu keluarganya. Sekarang balik lagi? Apa nggak malu?," balas yang lain dengan nada nyinyir.
Sementara itu, sebagian yang lain terkesima dengan penampilan Alya yang terlihat berbeda. "Tapi lihat deh, kayaknya dia sekarang kaya. Pasti dapat suami orang kaya," kata seorang ibu-ibu sambil mengangguk kagum.
"Suaminya? Kaya, iya. Tapi lupa sama kampung halaman. Keluarganya di lupakan," sambung yang lain dengan tatapan mencemooh.
Alya bisa merasakan tatapan dan bisikan orang-orang yang semakin menusuk. Jantungnya berdebar semakin kencang, sementara langkahnya semakin berat.
Setiap langkahnya terasa semakin panjang, seolah-olah setiap bisikan memperlambat langkahnya.
Dia menatap lurus ke depan dan berusaha untuk tidak menanggapi tatapan dan komentar itu.
Tapi hatinya tidak bisa menutupi rasa cemas. Bagaimana reaksi orang tuanya nanti? Apa mereka akan menerima kedatangannya dengan tangan terbuka, atau justru menyalahkannya?
Arman yang berjalan di samping Alya merasakan kegelisahan gadis itu. Ia melihat bagaimana Alya tampak menundukkan kepala dan sesekali melirik ke arah orang-orang yang menatap mereka dengan berbagai penilaian.
Tanpa ragu, Arman lalu merangkul pinggang Alya dengan lembut dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Alya. Hingga gerakan itu membuat orang-orang di sekitar semakin tercengang.
“Lihat, dia dirangkul! Wah, suaminya pasti kaya banget," kata salah satu warga dengan kagum.
"Dan tampan juga. Pantas saja Alya sekarang berbeda, dapat laki-laki seperti itu," sahut yang lain.
"Jangan dengarkan mereka, Alya. Kamu tidak perlu membuktikan apa pun kepada mereka," bisik Arman pelan.
Alya menoleh ke arah Arman dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca. "Terima kasih, Tuan…," ucapnya pelan.
"Tidak masalah," jawab Arman dengan senyum karismatik nya.
~Hmm... So sweet sih, tapi... 🤭🤭 Sesuai judul deh 😁~