Suami Penutup Aib

Di sebuah taman kota, Ardha dan Mawar terlihat sedang menuju ke area khusus untuk truk makanan. Setelah membeli setelan untuknya dan tak lupa gaun untuk Mawar, Ardha membawa Mawar ke tempat itu. Mawar mengaku rindu makanan cepat saji yang biasa ia makan di Amerika.

Sebenarnya Ardha sempat keberatan, tapi akhirnya mengalah karena teringat perkataan ibunya. Wanita yang lagi ngidam harus dituruti, kalau tidak bayinya nanti ileran.. Yah.. asal jangan sering-sering. Kurang apa coba punya suami seorang chef hebat, kalau ujung-ujungnya makan makanan kurang sehat begitu.

Kini Mawar tengah mengantri di salah satu truk yang menjual burger berlabel halal. Ardha yang setengah hati cuma menunggu di kursi makan dekat situ sambil melihat ponselnya.

"Burger atau hotdog?".

Bukan, bukan si penjual yang bertanya kepada Mawar. Tapi seorang lelaki dengan setelan rapi yang berdiri di dekat Mawar.

"Ehm.. burger. Anda sendiri?", tanya Mawar balik sekedar berlaku sopan.

"Sama denganmu. Di sini yang terbaik", ucap lelaki itu lagi sambil tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Ngomong-ngomong, aku Sean. Sean Morgan", ucapnya.

"Aku Mawar Wijaya, senang berkenalan denganmu", sahut Mawar lagi.

"Bukan penduduk sini? Aksenmu sungguh Amerika", tanya Sean lagi dengan raut penasaran.

"Ah iya, aku sebelumnya tinggal di sana", jawab Mawar merasa senang karena bisa beriteraksi dengan orang baru.

"Apa masih lama sayang?", Mawar terkejut, begitu juga dengan Sean ketika Ardha tiba-tiba memeluk Mawar dari belakang dan menempelkan pipinya ke kepala Mawar.

Mawar yang tak siap dengan hal itu menjadi gugup, membuat Sean menatap heran ke arah mereka berdua. Menyadari tatapan Sean, Mawar buru-buru memeluk balik Ardha dan tersenyum dengan pipi yang memerah.

"Entahlah, sepertinya sebentar lagi giliranku", ucapnya masih dengan perasaan yang campur aduk.

Ardha kemudian menatap intens ke arah Sean. Sean yang merasa ditatap seperti itu oleh orang dengan postur lebih tinggi darinya sedikit banyak merasa terintimidasi.

"Ah.. iya. Perkenalkan ini Sean Morgan", ucap Mawar, memutus tatapan itu.

"Aku Ardha Wijaya, suaminya", ucap Ardha menyambut uluran tangan Sean tanpa tersenyum.

"Senang berkenalan denganmu", ucap Sean sedikit gugup.

"Ah, pesananku sudah selesai. Kalau begitu, aku permisi dulu. Sampai jumpa", ucap Sean tersenyum lega dan segera melambaikan tangan pergi dari situ.

"Sampai jumpa", sahut Mawar membalas lambaian Sean.

"Tidak akan", sahut Ardha pelan.

"Eh...hem..", Mawar berdehem memberi kode pada Ardha.

"Oh, maaf", ucap Ardha kikuk sambil melepaskan pelukannya.

Ardha mencoba menghilangkan rasa kikuknya dengan berdehem.

"Lain kali jangan sembarangan berbicara dengan orang. Kau tidak tahu maksud dalam hati seseorang. Siapa tahu dia berniat jahat kepadamu", ucap Ardha tak sanggup menatap mata Mawar karena masih merasa malu atas tindakannya tadi.

"Menurutku dia tidak bermaksud apa-apa, cuma sekedar bersikap sopan", Mawar membela.

"Itulah yang kumaksud, jangan mudah tertipu dengan penampilan seseorang. Hanya karena dia tampan dan memakai setelan rapi lalu kau merasa tak perlu curiga terhadapnya", Ardha tak mau kalah.

"Oh, begitu. Untung saja kau tidak tampan dan tidak suka pakai setelan rapi, jadi aku tak perlu mencurigaimu", ucap Mawar sambil mengambil pesanannya yang sudah selesai kemudian berjalan mendahului Ardha.

"Hei, apa maksudmu?", tanya Ardha kesal dengan ucapan Mawar.

"Mawar!", panggil Ardha lagi.

Tapi Mawar tak menyahut. Dia hanya duduk di kursi makan kemudian menikmati burgernya dengan perasaan rindu yang telah terbayar dan membiarkan Ardha dengan wajah kesalnya.

Sebenarnya Ardha tadi benar-benar khawatir. Agak aneh memang, karena kini dia melihat setiap laki-laki yang berinteraksi dengan Mawar serupa dengan laki-laki tak bertanggung jawab yang bayinya kini tengah dikandung Mawar. Ardha tak ingin Mawar kembali mengalami rasa sakit itu.

Seharian Ardha mengajak Mawar berkeliling kota Sidney. Senyuman tampak lebih sering terlihat di wajah Mawar, dia sangat senang. Menjelang sore, mereka memutuskan untuk pulang karena Mawar merasa kelelahan. Tapi dia merasa sudah puas dan bahagia.

**************

Malam ini, ruang makan restoran terlihat jauh lebih indah dari biasanya. Rangkaian bunga serta penataan meja yang khusus menandakan ada acara spesial yang tengah digelar. Di sisi meja besar di bagian tengah terdapat beraneka hidangan untuk menjamu tamu. Ardha terlihat sedang berbincang dengan tamu yang terdiri dari karyawan dengan pasangan atau anggota keluarga mereka. Sementara Mawar berdiri di sampingnya ikut menyimak dan sesekali menimpali. Pasangan Andrews juga hadir, mereka sangat senang atas undangan Ardha dan Mawar. Suasana akrab dan santai mewarnai acara resepsi itu.

Tapi tak semua orang merasakan suasana itu. Seorang wanita terlihat tengah berdiri di sudut parkiran. Dia adalah Nadya, yang merasa enggan untuk masuk ke ruangan untuk bergabung dengan yang lain. Karena itulah dia bermaksud menunggu Aris datang untuk menemaninya agar tidak terlalu canggung.

Tak berapa lama, terlihat motor Aris memasuki parkiran. Tapi tunggu, sepertinya dia tidak sendirian. Ada seseorang yang duduk di belakangnya, bahkan memeluk pinggangnya. Seorang wanita...