GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4.
"Masa sih?" Tanya Redyna tidak percaya dengan yang diucapkan oleh Dinda tadi. Pasal nya Dinda menceritakan tentang pertemuan nya dengan Pak Mardi didepan rumah gadis itu.
Dinda berdecak," nggak percaya banget Lo sama gue."
"Gue juga nggak percaya, Din, sama yang Lo cerita kan tadi,"
Timpal Reva yang diangguki oleh Rey dan Abi.
"Tapi kalau diingat-ingat lucu juga ya,Din."Redyna kembali membayangkan yang diceritakan Dinda tadi.
Flashback on
Pada sore itu Dinda pergi ke minimarket untuk membeli kebutuhan nya yang sudah habis. Setelah kebutuhan nya, Dinda bergegas pulang kerumahnya dengan motor metic kesayangan nya.
Ketika sudah dekat menuju rumah, ternyata dijalan sedang ada kemacetan. Entah apa penyebabnya hingga jalan untuk masuk ke gerbang rumah nya pun tidak bisa, karena dihalangi oleh kendaraan bermotor.
Rumah Dinda tidak berada didalam kompleks, melainkan rumah nya berada dipinggir jalan. Hingga tepat sekitar dua meter dirinya akan masuk kedalam rumah, tiba-tiba motor yang ada dihadapan gadis itu berhenti dan tidak dengan segera menjalankan motor nya kembali, sudah dapat ditebak, saat ini kemacetan terjadi didepan rumah nya.
Dinda sampai bosan dibuat nya, hingga matanya menjelajah melihat sekitaran dan melotot sempurna, ketika pandangan nya terhenti pada satu orang yang berada disebelah kanan nya.
"Lah pak Mardi,kan?" Sapa Dinda pada orang tersebut dan orang yang disapa itu menengok kearah Dinda dan ikut terkejut juga.
"Lah , kamu Dinda, kan? Adinda Ayu Syahfitry anak kelas XII-IPS2? Tanya pak Mardi memastikan.
Dinda melipat kedua bibir nya, lalu menjawab." Iya Pak. Saya Dinda yang Bapak maksud tadi.
"Gadis itu tersenyum dan Pak Mardi hanya ber- oh ria saja sebagai respon.
"Silahkan kamu duluan."ujar Pak Mardi setelah beberapa saat ketika jalanan mulai merenggang.
"Bapak saja yang duluan"
"Kamu saja"
"Bapak saja"
"Kamu saja, tidak apa-apa "
"Saya juga tidak apa-apa, pak. Bapak saja yang duluan."
"Perdebatan keduanya terus berlanjut.Hingga bunyi klakson motor yang ada dibelakang membuat mereka menghentikan perdebatan nya.
"Nah kamu dengarkan? Sudah sama kamu duluan saja,"
"Bapak saja yang duluan,"ujar Dinda dengan kesabaran yang hampir menipis.
"Tidak, kamu saja yang duluan,ledies first."
"Gimana saya mau duluan, orang bapak saja menghalangi jalan saya.
"Geram Dinda,sebab gadis itu sudah benar-benar kehilangan kesabaran nya.
Kemudian tangan Dinda menunjuk kearah kanan Pak Mardi."itu rumah saya pak.!
Mungkin karena merasa malu,pak Mardi melajukan motornya dengan wajah memerah.
Orang-orang yang ada disana menahan tawanya ketika melihat adegan tersebut, sungguh memalukan.
Flashback off
Sontak saja Redyna tertawa terbahak-bahak, setelah mengingat nya kembali, termasuk para sahabat nya, yang juga ikut tertawa karena melihat wajah Redyna yang seperti mengajak mereka untuk tertawa.
Hingga tawanya menarik perhatian seisi cafe, dan pria yang baru saja mendudukkan diri nya dikursi yang tidak jauh dari tempat duduk Redyna.
"Cantik"gumam pria itu dengan senyum tipis nya.
"Ngomong apa Lo barusan?"tanya Reza, sekretaris sekaligus sahabat pria itu.
"Nggak Jawab pria itu datar.
"Gue yakin, tadi Lo ngomong can- "ucapan Reza terpotong ketika mendapat kan tatapan tajam dari pria dihadapan nya.
"Ekhem ! " Reza berdehem guna menormalkan aura ketegangan yang tiba-tiba terjadi diantara dirinya dan pria dihadapan nya ini.
Pria itu hanya melirik Reza sekilas Karena pandangan nya, sepenuhnya terarah kepada Redyna.
Sedari tadi Reza melihat gerak-gerik boss nya ,tumben sekali sahabat nya ini melihat anak gadis orang secara terang-terangan.
Biasanya, jangankan melihat, melirik saja enggan. Sudah banyak sekali wanita-wanita diluar sana yang mengantri ingin menjadi kekasih sahabat nya itu.
Sampai-sampai ada yang akan menyerahkan tubuhnya, secara sukarela, ikhlas lahir batin demi mendapatkan seorang Gavin, tapi pria itu tidak menghiraukan nya.
Untuk pertama kali nya juga, Reza melihat sahabat nya menatap minat pada seorang gadis yang sedang bercanda gurau bersama teman-teman nya.
"Wow , momen langka ini, gue melihat seorang Gavin menyukai seorang gadis,"ujar Reza dengan berdecak kagum.
GAVIN NARENDRA ZHAFIR. Dia adalah seorang CEO muda nan tampan, Sifa nya yang dingin dan tidak pernah tersenyum, tidak akan mengurangi nilai plusnya dimata para wanita.
Karena dia pewaris tunggal ZHAFIR GROUP yang memiliki anak perusahaan dimana-mana.
Perusahaan yang dimiliki nya pun adalah perusahaan terbesar dan terkaya se Indonesia.
Pria itu juga selalu disegani oleh banyak orang, maka tidak heran banyak sekali wanita-wanita yang mengejar nya.
"Udah.... udah..... capek gue tertawa Mulu,"ucap Redyna mencoba meredakan tawanya.
"Iya udah, jangan ketawa lagi,perut gue sakit, njir,"saut Rey seraya memegangi perutnya.
Tiga puluh menit telah berlalu, Redyna dan para sahabat nya masih betah berada didalam cafe. Mereka terus mengobrol, membicarakan tentang ini dan BB itu, sampai hal yang tak penting dan,tidak masuk diakal sekalipun.
"Gue pulang."Gavin berdiri,dan pria itu melenggang begitu saja setelah mengucapkan dua kata tadi, Reza mengelus dada, sebagai respon atas sikap dingin sahabat nya.
Tepat ketika Gavin melewati tempat duduk Redyna,ia menghentikan langkah nya,dan memutar tubuh, menghadap Redyna, posisi duduk Redyna dipinggir, oleh sebab itu Gavin berhenti,dan sedikit menunduk untuk menyamai tinggi Redyna yang sedang duduk dan" cup "
Gavin mengecup pipi kiri Redyna, hingga suara kecupan terdengar disekitar nya. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, pria itu langsung melanjutkan langkahnya, pergi tanpa mengucapkan satu katapun.
Redyna yang sedari tadi mengobrol,membulatkan matanya, terkejut ketika merasakan pipi kiri nya dikecup oleh seseorang dan segera saja, Redyna menoleh kan kepalanya.
Sayang nya Redyna sudah terlambat,ia tidak menemukan orang itu disana. Begitu pun juga para sahabat yh yang sama-sama terkejut melihat Redyna dikecup oleh pria asing yang tidak mereka kenal.
Sedangkan Reza menganga, tidak percaya melihat tingkah sahabat nya, yang dengan gamblang mencium anak orang ditempat umum seperti ini. Ada yang aneh dengan Gavin hari ini, pikir Reza.
***
Redyna beserta Dinda tercengang melihat sahabat mereka turun dari motor sport. Bukan motor nya yang membuat mereka terkejut, melainkan orang yang mengendarai motor tersebut. Betapa tampannya laki-laki yang tengah mengusap kepala Zahra itu.
Dapat dilihat dari kedua mata mereka, Zahra melambaikan tangan nya kepada laki-laki tampan yang akan segera pergi dari kawasan ALZERO. Ketika Zahra sudah hampir dekat, segera saja Redyna menarik tangan gadis itu.
Terlalu lama jika menunggu Zahra sampai tepat didepan nya.
"Diantar sama siapa Lo?" Redyna tidak ingin berbasa-basi lagi, gadis itu segera memberondong Zahra dengan banyak pertanyaan.
"Katanya Lo nggak boleh pacaran dulu sama mami Lo,lah ini?"
"Iya, cepat kasih tau kita, siapa cowok yang tadi ngantarin Lo ?" Dinda ikut menimpali.
Kedua tangan Redyna menyentuh bahu Zahra, menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulut gadis itu.
Zahra menepis tangan Redyna dan bersedekap dada."Apaan dah! Itu Abang gue, bukan pacar gue.
"CK, lagian Lo berdua kepo amat! "Sambung Zahra.
Redyna mendengus,"gue cuman penasaran doang,kok bisa loh ada cowok ganteng yang mau nganterin Lo,Ra?
"Kalau pun ada, pasti dia dipaksa sama Lo,"tambah Dinda.
Mereka berdua yakin kalau laki-laki tadi yang mengantar Zahra adalah suruhan dari gadis itu sendiri.
Wajah Zahra itu terbilang cantik,tapi entah mengapa tidak ada satupun laki-laki yang tertarik dengan Zahra, lebih tepatnya menjadikan gadis itu sebagai pacarnya.
Redyna akui, bahwa sahabat nya yang satu ini begitu supel, dengan lawan jenis, tidak seperti dirinya dan Dinda yang kadang tidak merasa nyaman.
Kala itu ada laki-laki yang mengatakan perasaan nya pada Zahra,tapi keesokan harinya nya,papi gadis itu menemui laki-laki itu,dan mengatakan bahwa ia tidak dulu memberi izin untuk anak gadis satu-satunya untuk berpacaran.
Papi Zahra ingin anaknya meraih cita-cita terlebih dahulu,dan melarang keras Zahra untuk berpacaran. Karena menurut nya, itu dapat membagi konsentrasi sang anak.
Zahra sebagai anak yang hormat kepada orang tua,menuruti apa yang orang tuanya perintah kan,sebab ini untuk masa depan nya sendiri.
Redyna juga pernah, mendengar dari Zahra langsung,bahwa ada beberapa laki-laki yang datang untuk melamar nya.
Mungkin lebih tepatnya teman seprofesi papi nya, yaitu dokter,para dokter-dokter muda.
"Omong-omong siapa nama cowok tadi Ra?" Tanya Redyna setelah mendudukkan bokong nya dikursi.
"Gue ngerasa ada yang nggak beres nih." Dinda berkata dan menatap geli Redyna.
"E - eh, nanya doang elah. Nggak ada maksud apa-apa kok,"elak Redyna.
"Nama nya Kennan,kala ada apa-apa juga nggak apa-apa, tapi nanti dekatin gue sama Abang Lo, Na."balas Zahra dengan terkekeh.
Tapi kekehan itu hanya sebentar, sebelum Redyna berkata menyakitkan.
"Bang Raga udah punya cewek"
Dinda mengelus dengan pelan pundak Zahra,dan memberi kata-kata penyemangat untuk gadis itu, sedangkan Redyna memilih diam dan melihat aksi Dinda pada Zahra.
Tidak ingin menutupi apapun tentang Raga dihadapan Zahra, Redyna akan mengatakan dengan jujur, jika menyangkut Abang nya pada gadis itu.
Walaupun Redyna sedikit ragu, dengan yang ia katakan tadi, pasal nya ia tidak tahu,apa Raga benar sudah mempunyai seorang kekasih atau tidak.
Ini semua Redyna lakukan untuk Zahra, dirinya tidak ingin membuat gadis itu terlalu berharap pada Abang nya.
"Oh iya, gue baru ingat.lo tau nggak Ra?" Ucap Dinda, berniat mengalihkan pembicaraan.
Karena tidak ingin terus menerus merasa sedih. Zahra menyahuti ucapan Dinda.
"Nggak, kan lu belum ngasih tau gue.
Redyna mengernyit kan keningnya, bertanya dalam hati,apa yang akan dikatakan dan mengapa hanya Zahra yang diberi tahu oleh nya?
"Apaan sih? " Redyna menyenggol lengan Dinda."kok si Zahra doang yang mau Lo kasih tau, gue nya ngga!
"Buat apa gue ngasih tau Lo,Na,kan ini tentang Lo sendiri yang pengen gue ceritain ke Zahra.
"Loh, kok jadi gue?" Redyna benar-benar tidak paham.
"Ia, gue nyeritain tentang Lo yang kemarin dicium sama om-om pungkas Dinda yang membuat Zahra membola karena terkejut.
"WHAT?" Dicium?! Om-om?!
"Pekik Zahra,bahkan gadis itu sampai berdiri dari duduknya,dan sebelah tangan nya ia gunakan untuk menutup mulut.
"Gila Na, gue nggak nyangka Sama Lo, ternyata selama ini Lo jadi sugar beby?"
"Nggak njir Lo salah paham! Bahkan Redyna pun ikut berdiri seperti Zahra. Kaki nya menendang kecil kaki Dinda.
"Lo kalau cerita jangan setengah-setengah! Lanjutin.