Permainan anak kecil yang berujung menjadi malapetaka bagi semua murid kelas 12 Ips 4 SMA Negeri Bhina Bhakti.
Seiring laporan dari beberapa orang tua murid mengenai anaknya yang sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah. Polisi dan tim forensik langsung bergegas untuk mencari tahu, tidak ada jejak sama sekali mengenai menghilangnya para murid kelas 12 yang berjumlah 32 siswa itu.
Hingga dua minggu setelah laporan menghilangnya mereka tersebar, tim investigasi mendapat clue mengenai menghilangnya para siswa itu.
"Sstt... jangan katakan tidak jika kamu ingin hidup, dan ikuti saja perintah Simon."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakefavo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
- Mayat Hidup 2
Yaksa terus menarik Kanin dan membawanya menuju ruangan tata usaha, begitu sampai disana, dengan terburu-buru Yaksa membuka pintu dan mendorong gadis itu agar masuk ke dalam ruangan tersebut, Kanin terisak dan menggenggam tangan Yaksa dengan erat, dapat terlihat dengan sangat jelas ketakutan di kedua matanya.
"Axel..."
Yaksa menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengendalikan nafasnya sendiri, dia pun menatap Kanin, mencoba memberinya dukungan atau semacamnya lewat tatapannya itu.
"Dengerin gue, gue bakal cek yang lainnya, lu harus tetep ada di ruangan ini sampe kondisi di luar baik-baik aja, okay? kunci pintunya dari dalam, gue bakal jemput lu kalau semuanya udah aman." kata Yaksa, dia pun langsung menutup pintu di depannya, dengan tangan yang gemetar Kanin langsung mengunci pintunya sesuai dengan permintaan Yaksa. Setelah selesai, dia pun segera duduk di lantai.
Saat malam hari, dimana teman-temannya sudah tertidur di kelas. Kanin menghampiri Axel yang masih terjaga, dia pun duduk di sebelahnya lalu mendongakkan kepala untuk menatap langit.
"Kenapa lu belum tidur?" tanya Axel yang membuat Kanin menatapnya, gadis itu pun tersenyum tipis lalu menggeleng pelan.
"Gue belum ngantuk, lagian kenapa gue harus tidur kalau partner gue sendiri belum tidur?"
Axel yang mendengarnya lantas terkekeh, dia pun menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali berbicara dengan suara yang pelan dan juga lembut.
"Lu tau... gue ngerasa belum memenuhi tanggung jawab gue sebagai ketua kelas, di saat gue ngeliat temen-temen meninggal, gue selalu ngerasa kalau gue gagal buat ngelindungin mereka."
"Kenapa lu ngomong gitu? lu ngelakuin semuanya dengan baik, liat aja sekarang... disaat semuanya tidur, lu malah bergadang cuman buat mastiin semuanya aman, lu juga seharusnya butuh istirahat, semenjak kejadian ini, lu pasti kekurangan tidur."
"Hm, gue emang capek... tapi gue ngelakuin ini atas dasar kemauan gue sendiri. Kanin, kalau semisalnya sekarang atau besok adalah hari terakhir gue, gue harap lu bisa bertahan hidup sampai akhir, gantiin posisi gue sebagai ketua kelas, jaga temen-temen dan jangan biarin mereka berantem karena salah paham lagi."
Kanin menangis sekencang-kencangnya saat dadanya mulai terasa sesak dan nyeri, bagaimana perkataan Axel saat itu telah membuat hatinya hancur, tanpa dia sadari hari inilah yang menjadi hari terakhir bagi temannya, Axel.
Yaksa berlari menaiki anak tangga, tujuannya saat ini adalah pergi ke kelas untuk mencari teman-temannya, begitu sampai di lantai dua, tanpa dia sadari di arah kanannya, Nijan berlari mendekati Yaksa dan menabrak tubuhnya sehingga membuat laki-laki itu jatuh bergelinding menuruni anak tangga lagi, Yaksa mengerang kesakitan setelah dia berbaring di lantai, dia melihat Nijan yang berlari menuruni anak tangga sambil menggeram keras. Yaksa mencoba untuk bangkit, tetapi sialnya seluruh badannya terasa nyeri sehingga membuatnya sulit untuk bangkit dan berlari.
Ketika Nijan berhasil turun, dia pun mendekati Yaksa dan mulai menggigit bagian pahanya, Yaksa langsung menjerit kesakitan, hal itu membuat beberapa mayat teman-temannya yang hidup kembali mendatanginya dan ikut menyerangnya juga, teriakan Yaksa dapat di dengar oleh Kanin, gadis itu hendak membuka kunci pintu tetapi tertahan karena perkataan Yaksa beberapa menit yang lalu, dia mendesah frustasi dan kembali duduk di lantai sambil menangis.
Disisi lain, Reygan, Yahezkael, Naira dan juga Shaerin memasuki ruangan kelas 10 IPS 1, mereka terduduk lemas di lantai dengan nafas yang tersengal-sengal, di luar sana beberapa mayat hidup itu mendobrak pintu kelas tetapi untungnya Reygan sudah mengunci pintu itu.
"Sialan, kenapa jadi kayak gini..." gumam Yahezkael yang masih mengatur nafasnya.
"Ini kiamat zombie, mereka berubah kayak zombie, lu ngeliat sendiri gimana Dayana dan yang lainnya nge gigit Axel," lirih Naira sambil terisak pelan.
Reygan mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi, dia menatap kearah pintu yang tertutup lalu kembali menatap lantai.
"Gimana sama yang lainnya?" tanya Naira lagi, tetapi Reygan dan juga Yahezkael menggeleng pelan, jelas mereka tidak memperhatikan yang lainnya karena begitu sibuk untuk melarikan diri.
"Gue harap Rean baik-baik aja," gumam Reygan yang langsung di angguki oleh Yahezkael, beberapa detik kemudian Reygan pun berbaring di lantai.
"Gue capek..." Naira menghela nafas pelan sambil memejamkan matanya.
Saat ruangan itu menjadi hening, Shaerin hanya terdiam melamun, pandangannya tertuju kearah jendela kelas, dia bisa melihat para mayat hidup itu di luar sana, beberapa detik kemudian dia pun bangkit dan berjalan menuju jendela.
"Kita harus nungguin kondisi di luar aman, baru kita bisa keluar buat gabung sama yang lainnya," ucap Reygan sambil menatap langit-langit ruangan.
"Uh Shaerin!" teriakan Naira seketika membuat Reygan kembali duduk, dia dan juga Yahezkael segera melihat kearah Shaerin yang sedang berdiri di depan pintu sambil mencoba untuk membukakan kuncinya.
"Shaerin, lu gak usah macem-macem!" teriak Yahezkael yang langsung bangkit.
"Gue mohon Shaerin, jangan ngelakuin hal yang bodoh, kita masih pengen hidup!" isak Naira ketakutan.
Terlambat, pintu telah di buka oleh gadis itu, membuat para mayat hidup yang berada di luar langsung masuk dan menyerang Shaerin, gadis itu terjatuh di lantai, dia mengulurkan tangannya kepada ketiga temannya untuk meminta tolong, teriakan kesakitan Shaerin dapat terdengar di setiap sudut ruangan yang membuat mereka bertiga meringis melihatnya.
"T-tolonh in gue..."
Reygan mengumpat dan segera berlari ke sudut ruangan, dia membawa sebuah sapu ijuk lalu mematahkan pegangannya menjadi dua, dia pun segera mengambil bagian ujungnya yang tajam, setelah selesai dia kembali menghampiri Yahezkael dan juga Naira.
"Dengerin gue..." Reygan menatap mereka berdua yang masih terlihat syok sambil melihat bagaimana Shaerin di gigit dan saling di perebutkan oleh para mayat hidup itu.
"Kael, Naira!" teriak Reygan yang membuat mereka menatapnya.
"Dengerin gue... gue bakal ngalihin perhatian mereka semua, sedangkan kalian pergi dari kelas ini lewat jendela, gue bakal nyusul kalian nanti."
"Tapi-"
"Kagak ada tapi-tapian Kael, cepetan!" bentak Reygan, dia pun segera menghampiri para mayat hidup yang sedang memakan jeroan Shaerin dan langsung menusuk mereka menggunakan ujung pegangan sapu yang tajam itu.
Yahezkael mencengkram pergelangan tangan Naira lalu membawanya ke sudut ruangan, dia buru-buru membuka jendela dengan pandangan yang terus teralihkan kepada sahabatnya yang sedang berhadapan dengan maut itu, saat Naira naik dan melompat keluar dari ruangan, gadis itu meringis kesakitan begitu pergelangan kakinya terkilir, dengan cepat Yahezkael pun ikut melompat keluar dari kelas itu dan berlutut di samping Naira.
"Lu masih bisa lari?" tanya Yahezkael dengan nafas yang tersengal, Naira pun menggeleng pelan.
Yahezkael berdecak lalu kemudian berbalik, memperlihatkan punggung lebarnya kepada Naira, gadis itu sempat bingung tetapi segera mengerti, dia pun dengan hati-hati bangkit dan segera naik dan menempel ke punggung Yahezkael, melingkarkan kedua kakinya di pinggang laki-laki itu saat dia mengapung di udara, dengan tergesa-gesa Yahezkael pergi meninggalkan ruangan tersebut, saat beberapa langkah dia berlari, suara teriakan Reygan yang sedang menahan kesakitan dapat terdengar, Yahezkael dan juga Naira tidak kuasa menahan air matanya untuk jatuh di saat itu juga.
"Maafin gue," gumam Yahezkael.
Saat berbelok di tikungan lorong, dari arah sampingnya ada seseorang yang menabrak mereka, membuat mereka terjatuh ke lantai, Yahezkael meringis pelan lalu menatap Naira yang jatuh tidak jauh darinya, dia pun buru-buru bangkit untuk kembali menggendong gadis itu, tetapi dia melihat Risha yang tadi menabrak mereka langsung mendekati Naira dan menggigit gadis itu, Yahezkael terisak dan memejamkan matanya saat mendengar pertolongan Naira, tetapi laki-laki itu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, Yahezkael pun bangkit dan kemudian pergi meninggalkan Naira yang sedang di santap oleh Risha sambil menangis.
"Maaf, maafin gue..."