"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Yang Mengikat Dirimu Di Sisiku
Jisya tersenyum penuh arti saat mendengar berbagai hinaan yang dilontarkan dari para sepupunya.
Gadis itu tiba-tiba saja memeluk lengan suaminya, "Benarkah seperti itu? Tapi nggak papa kok. Soalnya yang menyantet itu orangnya ganteng banget kok," balas Jisya tersenyum manis.
Cup
Untuk yang kedua kalinya wanita itu mencium pipi suaminya di depan semua orang yang membuat para sepupunya dan juga keluarga yang lainnya dibuat melongo dan berpikiran kalau Jisya benar-benar terkena santet dari pria itu.
Sedangkan Malvin ya melihat Jisya begitu membanggakan suaminya itu, bahkan sampai berani bertindak mencium suaminya di depan semua orang, dibuat panas dingin karena dia merasa pria itu tidak pantas untuk bersanding dengan mantan kekasihnya. Menurutnya dia lah yang pantas bersanding dengan Jisya, bukan satpam yang miskin seperti Arga itu. Pikirnya tanpa sadar mengatupkan giginya.
"Apa yang kau lakukan, Jisya? Apa kau tidak jijik mencium pria itu? Kau benar-benar sudah di santet oleh pria itu, wajahnya sejelek itu, dan kau melihatnya seperti seorang pria yang tampan? Ku rasa kau memang sudah mulai bermasalah, Jisya," ujar sepupunya memandang jijik apa yang baru saja dilakukan oleh Jisya.
"Jijik? Tentu saja tidak." Jisya melepas pelukan pada lengan suaminya dan langsung merangkul kedua sepupunya yang berada di hadapannya itu.
"Kami bahkan sudah berbagi kenikmatan di atas ranjang, kalau cuma ciuman seperti itu mah, itu tidak ada apa-apanya. "Bisik Jisya di telinga kedua sepupunya itu yang membuat keduanya shock berat mendengar perkataan Jisya yang mereka berdua anggap benar. Padahal gadis itu hanya ingin mengerjai mereka berdua yang begitu sombong.
Arga jangan di tanya lagi. Dia sudah seperti ingin tertawa mendengar istrinya yang mengerjai kedua sepupunya.
Jisya berpikir suaminya tak mendengar ucapannya barusan yang berkata demikian hanya untuk membungkam mulut sepupunya yang angkuh. Andaikan saja dia tahu kalau suaminya mendengar perkataannya, sudah pasti dia akan malu berat.
"Gila kamu Jisya, apa sih enaknya tidur sama laki-laki jelek seperti wajah suami mu itu, udah jelek, miskin lagi," kembali terdengar hinaan yang terlontar dari bibir sepupunya.
"Ya enaklah, dari pada kayak suami kamu yang sudah tua, miris banget, demi bisa menikah dengan orang kaya, kamu rela menikah dengan pria seusia papa." Ledek Jisya membungkam mulut mereka semua.
"Jangan keterlaluan kamu, Jisya!" Akhirnya sepupunya itu yang terpancing emosi.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Lina salah satu sepupu Jisya yang paling super angkuh.
"Tidak ada." Elak Jisya malas menghadapi wanita itu.
"Ayo, Mas. Kita pergi mencari makanan." Jisya menarik suaminya untuk menjauh dari semua keluarganya yang membuat dia darah tinggi.
Wanita itu mengambil sepiring makanan yang tampak begitu banyak sehingga menggunung di piringnya yang membuat Arga menelan salivanya berpikir mau di apakan oleh istrinya makanan sebanyak itu.
Setelah menyendok makanan, Jisya melangkah ke belakang rumah dan duduk di bangku dan mulai menyantap makanannya dengan wajah yang menahan air matanya.
"Ada apa denganmu?" Tanya Arga pada Jisya.
"Memang apa kesalahannya jika menikah dengan seorang satpam?" Jawab gadis itu terdengar bergetar dari nada bicaranya seperti sedang menahan tangis dengan mulut yang penuh makanan.
"Apakah sebegitu hinanya? Aku hanya tidak ingin menikah dengan pria yang salah... Aku tahu Ryan itu bukan pria yang baik-baik, aku sudah sering melihatnya bergonta ganti pasangan. Dan aku tidak mau menjadi salah satu dari wanita-wanita itu..." Ucapnya mengusap air matanya sedih karena suaminya menjadi bahan hinaan di dalam keluarga besarnya.
Tanpa Arga mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya, kemudian pria itu mengusap air mata istrinya dan juga mulutnya yang terlihat belepotan.
"Jadi, apa karena itu kau ingin menikah denganku? Kau hanya tidak ingin menikah dengan Ryan. Sehingga kau lebih memilih menikah dengan seorang satpam?" Tanya Arga menatap kedua netra istrinya.
Jisya terlihat gelagapan dan timbul rasa bersalah dari dalam hatinya "M-Maaf....." Jawabnya terdengar lirih dan menunduk.
Pria itu bukannya marah, dia malah tersenyum dan merangkul istrinya.
"Bukankah aku sudah menjadi suamimu?" Tanya Arga membuat Jisya tak mengerti.
"I-iya..."
"Bukankah kau yang sudah memilih aku untuk menjadi pendamping mu?" Tanya Arga lagi.
Jisya semakin bingung dengan pertanyaan pria itu, tapi dia masih tetap menjawab dengan anggukan, meski kedua netra pria itu sudah terlihat berubah dan tampak berbeda.
"Kalau begitu, mulai sekarang juga, kau harus belajar untuk mencintaiku. Kau yang mengikat dirimu di sisiku, jadi jangan salahkan aku, jika kau akan tetap berada di sisiku seumur hidup mu. Karena sesuatu yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah bisa dimiliki oleh orang lain lagi..." Ujar Arga penuh penekanan dan mendekatkan bibirnya di telinga Jisya.
"Apa lagi jika sesuatu itu, sesuatu yang memang sudah lama aku impikan." Lanjut Arga berbisik di telinga Jisya.
Glek
Jisya menarik sedikit tubuhnya tiba-tiba merasa merinding dengan pria yang tampak berbeda itu. Wajah Jisya jelas tampak ketakutan.