NovelToon NovelToon
MAFIA VS PETARUNG JALANAN

MAFIA VS PETARUNG JALANAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Persaingan Mafia / Gangster
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: SAKSI PENA

Reksa pemuda yatim piatu harus terjun ke dunia gelap dunia pertarungan jalanan demi bisa menjaga adik perempuannya yang masih sekolah di bangku SMP, namun siapa sangka harus terlibat dengan komplotan mafia yang hendak membunuh istri muda Boss mafia, atas suruhan istri tua yang merasa tidak terima atas ke hadiran istri muda dalam keluarganya, apa lagi jika harta kekayaannya harus sampai di bagi dua.

Boss mafia yang bernama Aron Jhonson begitu kaget setelah mengetahui kalau istri tuanya yang bernama Raisa Lena, akan membunuh istri mudanya yang bernama Gendis Raura, Aron Jhonson sangat menentangnya namun Raisa Lena mengancam akan membongkar semua bisnis haramnya Aron Jhonson, jika tidak mau menyetujui untuk membunuh Gendis Raura.

Aron pun akhirnya ikut terlibat untuk membunuh istrinya sendiri demi tidak terbongkar bisnis haramnya, namun Aron Jhonson ternyata harus berhadapan dengan Reksa petarung jalanan yang berusaha menyelamatkan Gendis Raura dari dengan menaruhkan nyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAKSI PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Setelah barang barang keperluan kontrakan di beli Reksa menelpon Bu Melta memberikan kabar jika Gendis sudah bersamanya, tentu membuat Bu Melta begitu merasakan haru bahagia bercampur lega, Reksa selain memberikan kabar Gendis sudah aman, Reksa jugan meminta terhadap Bu Melta agar mau menjaga Ririn Yuri adiknya yang sendirian di rumah bedengnya.

Hari menjelang sore Saga yang sudah menghubungi Bram mengenai akan menjajal Reksa untuk di rekrut, sore itu Saga dan Bram setelah janjian keduanya langsung meluncur menuju alamat kontrakan yang Reksa kirimkan, Saga ikut naik mobil Bram agar lebih cepat menuju tempat yang Reksa kirimkan.

Reksa di kontrakan yang sudah berea beres berikut sudah membuat tali jemuran depan kontrakan, badannya merasakan gerah mau tidak mau harus mandi agar merasa segar sambil menunggu ke datangan Saga, yang sudah memberitahukan lewat pesan chat sedang dalam perjalanan menuju kontrakannya.

Gendis dan Reksa masing masing membeli dua setel pakaian untuk salin sementara waktu berada di kontrakan itu, meskipun Reksa merasa canggung berada satu kontrakan dengan Gendis, namun Reksa tidak mempunyai pilihan lain karena harga satu kontrakan di tempat itu lumayan cukup mahal.

"Gua mandi duluan, Saga dalam perjalanan mau ke sini," terang Reksa mengambil handuk baru di ruangan petak depan, dan ruangan tidur Gendis di ruangan petak tengah.

"Iya duluan aja, aku lagu beresin kasur lantai dulu, nanti gantian habis kamu mandi, nanti aku uang mandi," balas Gendis sambil membenahi kasur lantai dan bantal dan selimut.

Reksa melangkah melewati ruangan tengah menuju kamar mandi dengan pandangan lurus tanpa berani menoleh ke Gendis, setelahy Reksa masuk kyye kamar mandi Gendis menghentikan beres beres kasur lantainya buru buru melangkah ke kamar mandi, perlahan mengetuk pintunya sengaja ingin mengganggu Reksa yang sudah berada di kamar mandi.

"Reksa, udah buka pakaiannya belum?" tanya Gendis perlahan.

"Lu mau ngapain? tadi kan gus sudah bilang, gua duluan yang ke kamar mandi," tegur Reksa merasa kaget.

"Aku ke belet pipis," terang Gendis pura pura.

Reksa menarik nafasnya menahan kesal buru buru melingkarkan handuk menutupi celana kolornya, dan buru buru memakai kembali kaosnya enggan memperlihatkan otot badannya, yang berbentuk kotak kotak segi empat kekar yang tentu akan membuat kaum hawa terpesona.

"Sana masuk!" suruh Reksa setelah membuka pintu kamar mandi.

"Gak jadi!" Gendis kembali melangkah menuju kasur lantai melihat Reksa mengenakan kaos.

"Ya ampun!" Reksa sampai menggelengkan kepala berulang kembali masuk ke kamar mandi.

Saga Bram dan supir setelah cukup muter muter mencari lokasi yang Reksa kirimkan, akhirnya menemukannya juga mobil berhenti tepat di depan warung kelontong sisi jalan besar yang menuju masuk ke area tempat kontrakan Reksa, ketiganya pun langsung keluar dari mobil melihat tempat sekitaran.

"Cepat telpon!" suruh Bram ke Saga setelah ketiganya keluar dari mobil.

"Ok sebentar!" Saga langsung menelpon Reksa melangkah menuju jalan masuk area kontrakan.

Reksa yang sudah mandi mengenakan kaos yang baru di belinya mengambil ponselnya yang tergeletak di atas lipatan kasur lantai, lalu melangkah menuju ruangan petak tengah menghampiri Gendis.

"Nanti beli kopi matang di warung depan, Bang Saga sepertinya sudah sampai," terang Reksa.

"Iya nanti aku beli," Gendis mengangguk.

Reksa langsung keluar kontrakan sambil mengangkat telpon masuk dari Saga.

"Iya Bang, sudah sampai belum?" tanya Reksa di telpon.

"Gua sudah di jalan besar dekat warung," jawab Saga.

"Ok Bang, gua ke depan sekarang!" Reksa menutup telponnya memakai sandal jepit menghampiri ke jalan besar.

Saga mondar mandir sisi jalan besar menunggu Reksa datang, setelah melihat Reksa sedang menghampirinya Saga langsung menuduhkan ke Bram yang menunggu di samping mobil.

"Nah itu Reksa," Saga langsung memberitahukannya.

Bram dan supir langsung mendekati Saga melihat ke arah area kontrakan, terlihat Reksa mengenakan kaos celana jeans dan sandal jepit sedang menghampiri, Reksa yang mengenakan kaos tentu otot tonjolan dada dan pergelangan tangannya cukup terlihat, membuat Bram cukup lama mengamati wajah dan perawakan Reksa.

"Bang," sapa Reksa menyodorkan tangannya ke Saga lalu ke Bram dan ke supir sesampai menghampiri.

"Buset, kenapa lu bisa sampai jauh ke sini?" tanya Saga heran.

"Panjang ceritanya Bang, bagaimana kita ngobrolnya di depan kontrakan saja," ajak Reksa.

"Ok dah ayo!" Saga menoleh ke Bram, supir langsung pergi menuju mobil.

Ketiganya pun melangkah menuju kontrakan Reksa dan baru saja ketiganya sampai di depan kontrakan, Gendis keluar dari dalam kontrakan hendak membeli kopi matang yang Reksa pinta kan, tentu membuat Saga dan Bram terperanjat kaget melihat Gendis mengenakan daster keluar dari kontrakan, Saga dan Bram langsung menatap Reksa dengan sorot curiga.

"Jangan salah paham dulu Bang, ayo kita duduk!" ajak Reksa mengarahkan tangan ke tikar lantai depan kontrakan.

"Berapa kopinya?" tanya Gendis setelah memakai sandal.

"Beli empat, seduh di warung, sekalian cemilannya," jawab Reksa.

"Iya!" Gendis mengangguk lalu pergi menuju warung depan.

Saga langsung senyum garuk garuk kepala tidak gatal, karena masih jelas hapal wajah Gendis yang pernah di bawa Reksa saat bertarung, dan saat itu Gendis mengenakan pakaian tidur dan tanpa mengenakan alas kaki.

"Reksa, kenapa lu bisa satu kontrakan begini?gua masih hapal betul itu cewek yang lu bawa saat bertarungkan?" tanya Saga serasa ingin tahu alasannya.

"Gua tidak bisa menjelaskannya Bang, nanti di kira gua mengada ngada, biar nanti Gendis sendiri yang menjelaskannya," jawab Reksa.

"Ok dah, gua cuma kaget tidak menyangka saja, ok kita langsung ke bisnis saja,"

"Jadi begini Reksa, lu masih ingatkan dengan cerita gua mengenai perampokan itu?" tanya Saga.

"Iya gua masih ingat," Reksa mengangguk.

"Nah, Bram ini petarung rekrutan orang yang gua selamatkan dari perampokan itu, dan sekarang Bram di perintahkan oleh Boss nya yang merekrut dia, agar mencari para pelaku perampok itu,"

"Tentu biayanya sangat besar satu koma lima milyar, tapi ya resikonya juga tentu sangat besar nyawa taruhannya, karena yang bakal di hadapi sudah jelas para komplotan perampok bersenjata,"

"Lu kan di telpon sudah menjawab mau mengambil bisnis ini, dan gua sendiri tidak mungkin menawarkan bisnis ini jika lu tidak memiliki jiwa keberanian dalam bertarung,"

"Dan sekarang, jika lu di rekrut oleh si Bram sekarang, mau tidak mau si Bram ini harus menjajal dulu lu berkelahi, karena si Bram ingin merekrut orang yang kuat dan jago berkelahi," papar Saga menjelaskan semuanya.

Gendis datang membawa empat gelas kopi di atas wadah nampan berukuran bulat, dan beberapa cemilan ringan di sampingnya, lalu menaruhnya di tengah tengah duduk lingkaran Reksa Saga Bram dan supir, setelah menaruh kopi Gendis pun ikut nimbrung duduk di samping Reksa.

"Silahkan di minum kopinya," tawar Gendis setelah duduk di samping Reksa.

"Terima kasih," ucap Saga Bram dan supir megambil masing masing kopinya.

Reksa berdiri melangkah masuk ke kontrakan mengambil tiga pistol yang sudah merampasnya, dari tangan Palin beserta ke dua bawahannya saat menyelamatkan Gendis, setelah kembali keluar kontrakan meletakannya di sebelah nampan wadah kopi membuat Saga Bram dan supir terbelalak melihatnya.

"Tiga pistol ini, milik tiga pelaku yang sudah berusaha menculik Gendis, mereka sangat berbahaya dan sudah pasti komplotannya banyak, selain itu modal mereka juga sudah pasti besar,"

"Sekarang gua sudah terlibat dengan para komplotan yang sudah berusaha menculik Gendis, dan tentu mereka pasti akan berusaha membalas atas rencananya yang sudah gua gagalkan,"

"Jika bisnis yang Bang Saga tawarkan untuk mencari para pelaku perampok, sepetinya gua tidak bisa ikut, karena masalah yang gua hadapi sekarang, menyangkut keselamatan nyawa Gendis dan keluarganya berikut nyawa gua dan adik gua sendiri," papar Reksa sambil melihat ke semuanya.

Saga langsung menoleh ke Baram setelah mendengar apa yang Reksa paparkan, nyali keberanian Reksa ternyata sudah bukan untuk di jajal lagi, melainkan sudah menaruhkan nyawanya demi bisa menyelamatkan Gendis dari para penculik bersenjata.

"Gua tidak bisa berkata kata lagi Bram, lihat tiga pistol yang sudah Reksa rampas dari para pelaku penculik," puji Saga yang kini tidak meragukan lagi nyali dan keberanian Reksa.

Bram mengambil satu pistol yang tergeletak lalu mengamatinya dengan sangat teliti, jelas terlihat senjata pistol itu hasil penyelundupan dengan biaya modal yang sudah pasti besar.

"Mafia, hanya kelas Mafia yang bisa melakukan penyelundupan harga milyaran ini," jelas Bram lalu meletakannya kembali pistol yang di tangannya.

"Berarti para pejabat ikut andil?" tanya Saga merasakan begitu kaget.

"Tentu, Mafia ini sudah kelas internasional," jawab Bram menarik nafasnya dalam dalam.

"Waduh, sangat mengerikan kalau begini, jangan jangan komplotan para perampok itu dari kelompok para Mafia?" tanya kembali Saga benar benar merasakan ngeri.

Gendis terdiam tidak mengatakan yang sebenarnya kalau otak dari penculikan dirinya adalah Aron yang sudah menjadi suaminya, Gendis sengaja tidak memberitahukan terhadap Reksa kalau dirinya sudah menikah dengan Aron, karena Gendis tidak mau jika sampai di tinggalkan oleh Reksa karena Gendis berpikir saat ini hanya Reksa yang menjadi tempat perlindungannya dari Aron.

"Reksa, apa lu punya rencana?" tanya Bram yang awal hendak menjajal berkelahi dengan Reksa kini serasa membutuhkan ide Reksa.

"Gua akan mencari para pelaku yang sudah menculik Gendis, gua masih mengingat wajah para pelaku itu, tapi gua butuh sosok seperti Yonet yang belum di kenali oleh para pelaku itu," jawab Reksa.

"Cocok, bagaimana kalau kita ajak Yonet?" Saga merasa setuju sambil melihat ke semuanya.

"Gua ikut idenya Reksa, siapa tahu para pelaku penculik itu ada hubungannya dengan para pelaku yang sudah merampok Boss gua," jawab Bram merasa setuju.

"Ok, nanti gua yang telpon Yonet, tapi gimana soal duit? Kita kan perlu biaya juga?" tanya Saga menjurus ke masalah uang.

Gendis langsung mencolek tangan Reksa mendengar Saga membahas uang, membuat Reksa membuang muka menahan senyumnya, Bram melihat Gendis mencolek tangan Reksa langsung meminta supir untuk mengambil koper di dalam mobil.

Setelah supir mengambilnya di dalam mobil langsung meletakannya di depan Bram, tangan Bram langsung membuka kode kunci koper yang berisi uang, dan setelah membukanya terlihat gepokan uangan warna merah ratusan ribu.

"Waww!" Saga terbelalak melihat tumpukan uang di dalam koper.

Bram menyodorkan sepuluh juta di hadapan Gendis membuat Gendis langsung senyum menoleh ke Reksa, perlahan Reksa mengangguk agar Gendis menerima sodoran uang dari Bram.

"Terima kasih banyak," Gendis dengan senyumnya langsung mengambil uang di depannya.

"Sama sama," lalu Bram menoleh ke Saga.

"Uang ini taruhannya harga diri gua di mata Boss gua, jadi gua harap kita bisa bekerja sama dengan baik, dan gua tidak perlu mencari rekrutan yang lain lagi," sambung Bram menoleh ke Saga lalu ke Reksa.

"Sebenarnya ini bukan masalah uang, jika memang benar yang akan kita hadapi adalah Mafia besar, berarti kita sekaligus akan menghadapi para oknum pejabat yang sudah menyalah gunakan wewenangnya,"

"Nyawa kita benar benar akan di taruhkannya, kita harus mempunyai strategi dan siasat yang akurat, selain itu kita harus bisa kejam melawannya, jika kita yang lemah dan tidak bisa kejam, kita sendiri pasti yang akan kalah terbunuh," tegas Reksa menatap Saga dan Bram.

Saga menarik nafasnya dalam dalam mengangguk angguk berulang, jiwa premanisme kekejamannya mau tidak mau harus di keluarkannya kembali.

"Ok, gua setuju, nanti setelah Yonet ke sini, kita mulai membuat strategi dari mana awal kita mencari para pelaku itu," tambah Saga yang kini siap ikut terlibat.

"Ok gua juga setuju," tambah Bram mengangguk ikut setuju.

Setelah semua setuju Reksa meminta Gendis agar masuk ke dalam, Gendis pun langsung pamit masuk ke dalam sambil membawa uang sepuluh juta dan tiga senjata pistol di tangannya, Saga langsung menelpon Yonet memberitahukan rencana yang sudah di obrolkannya, sambil menikmati kopi dan cemilan ringan yang sudah di siapkan di tengah tengah duduk lingkaran.

1
SAKSI PENA
siapp kak 🙏
Dzuan 017
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!