Menjadi wanita simpanan pria beristri, bukalah pilihan hidup bagi Vivian. namun dia bisa apa? cuma ini jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat, demi kesembuhan sang ibu tercinta.
"Oke, Viv. selama kamu menjadi wanita simpananku, kamu dilarang untuk jatuh cinta apalagi hamil. jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kamu harus pergi tanpa mendapatkan apa-apa dariku, karena cuma istri sahku yang berhak untuk melahirkan calon penerus Davison."
"Oke, aku terima dengan senang hati syarat darimu, tuan." Viv tersenyum merasa syarat yang diberikan cukup mudah.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh dihati mereka. meskipun tidak terucap namun David berusaha untuk terus melindungi Viv, dari niat jahat ibu tirinya yang ingin menguasai harta warisan atas nama Viv.
Bahkan karena kecerobohannya, Viv hamil dan jatuh cinta pada Dav, hingga melanggar kesepakatan.
Bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya? apakah Viv pergi tanpa membawa apa-apa atau sebaliknya?"😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan tunggu aku
Tanpa sengaja, Viv mendengar percakapan David via telepon dengan seorang wanita, rasa penasaran membuat Viv mempertajam pendengarannya. Dengan berdiri dibalik sebuah rak buku pembatas ruangan.
"Oke, Bella. Aku akan memenuhi undangan makan malam darimu." ucap David dengan ekspresi datar.
"Baiklah Dav, aku senang sekali mendengar. Akhirnya kamu bersedia, dan mau menyempatkan waktumu yang berharga untuk bertemu denganku." ucap Bella senang, setelah ke-dua orang tua David tidak lagi memberikan dukungan, sekarang dia berjuang seorang diri untuk mendapatkan perhatian David.
"Katakan dimana tempatnya?" ucap David tidak ingin berbasa-basi lagi.
"Restauran The Hiltone's, jam tujuh."
"Oke." jawab David memutus sambungan telpon begitu saja, mengabaikan Bella yang masih ingin berbasa-basi denganya.
"Siapa Bella?" ucap Viv tanpa sadar.
"Viv, sejak kapan kamu berdiri di sana?"
"A...aaaku."
Viv tersenyum canggung, seraya mengusap kepalanya yang tidak gatal, karena ketahuan telah menguping pembicaraan Dav.
"Aku apa?"
David berjalan mendekati Viv, yang masih berdiri ditempat semula.
"Aku hanya ingin mengantarkan kopi, dan cookies buatanku. moga kamu menyukainya Dav."
"Kamu membuat ini untukku?"
"Ya, khusus untukmu Dav."
"Baiklah, kamu taruh di atas meja dulu. setelah itu siapkan pakaian untukku, karena aku akan pergi menemui seseorang."
"Seseorang siapa, Bella?" ucap Viv memberanikan diri, meskipun tidak ingin ikut campur urusan David, apalagi cemburu.
"Ya, Bella. teman kecilku." jawab David santai, namun tidak dengan Viv. Ada perasaan tidak rela mengusik hatinya, bagaimana jika Dav tertarik dan meninggalkan dirinya.
"Apakah dia cantik?" pertanyaan polos terlontar begitu saja, membuat senyum David semakin lebar dan gemas melihat ekspresi yang ditunjukkan Viv.
"Bagiku, kamulah wanita tercantik di dunia ini Viv." Jawab David dalam hatinya, Jika tidak sedang buru-buru, ingin sekali Dia memakan Viv saat itu juga.
"Kenapa Dav tidak menjawab pertanyaanku. Apa diamnya membenarkan jika wanita yang bernama Bella itu benar-benar cantik?" Viv semakin gusar, namun tidak berani bertanya lebih banyak lagi.
Perubahan sikap Viv tidak luput dari perhatian David, mereka saling pandang namun kali ini dengan kilatan yang berbeda dari biasanya.
"Aku ingin tahu Viv, sejauh mana perasaanmu padaku." bathin David mengangkat sebelah alisnya begitu bibir Viv monyong dan bergumel tidak jelas.
Setelah berpenampilan rapi, Dav duduk santai di sofa sambil menikmati segelas kopi hangat dan cookies buatan Viv, yang sangat enak dan cocok di lidah Dav.
"Viv, kamu kenapa? Sakit?"
"Ngak!"
"Lalu kenapa badmood?"
"Tidak apa-apa Dav, cuma panas dalam biasa, jadi malas ngomong." mengalihkan pandangan kearah lain.
"Coba sini aku lihat."
David menarik sebelah tangan Viv, membawanya duduk di atas pangkuannya.
"Buka mulutmu, tunjukkan padaku bagian mana yang panas dalam?" ucap David mengusap lembut bibir Viv.
"Dav, aku boleh bertanya?"
"Katakan!"
"Selain sahabat kecil, apa masih ada hubungan lain."
"Ada, Bella adalah calon istri yang disiapkan oleh ke-dua orang tuaku."
DEGH!!!
"Ooo...begitu."
"Kalau kamu kesepian sendiri dirumah, pergilah bersama Grace ataupun adikmu. Jangan tunggu aku, bisa jadi malam ini aku tidak pulang." ujar Dav kembali menyeruput kopi hitam buatan Viv.
"Baiklah."
Biasanya, Viv akan sangat senang sekali jika diizinkan David untuk berpergian ataupun bertemu adiknya, namun kali ini ada yang berbeda.
"Ada apa denganku, aku benci perasaanku sendiri." umpat Viv merutuki dirinya sendiri.
***
Anabel tertawa bahagia, karena bisa menikmati jalan-jalan dan makan sepuasnya bareng sang kakak.
"Kak Vivi kenapa sih?" tanya Anabel melihat ekspresi Vivi yang tidak ceria dan lebih sering melamun, tidak seperti biasanya jika mereka bertemu.
"Ngak papa dek, kakak cuma teringat mama dan papa kita yang telah tiada."
"Iya kak, aku juga merindukan mereka. Semoga mama dan papa tenang di surga."
"Amiiiiin."