Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Si Kembar Sakit
Berada di dalam kamar si kembar Dania merasa lebih tenang. Setidaknya dia tidak perlu melihat lelaki yang sangat di bencinya itu.
Dania teringat akan kata-kata Arjun siang tadi. Mungkin benar kata Arjun Dania harus segera mengambil keputusan.
Di tatapnya wajah kedua anaknya.
"Maafkan mama sayang, mama tidak bisa mempertahankan hubungan ini, semuanya terlalu sakit, kalian butuh lingkungan yang sehat dan berada di antara orang-orang yang bermoral, bukan lingkungan rumah ini dan orang seperti mereka," lirihnya, kemudian di kecupnya kening kedua buah hatinya.
Tok tok tok...
Pintu kamar si kembar di ketuk dari luar.
"Dania! buka pintunya sayang, apa kamu di dalam? kenapa kamu tidur disini?" suara Bobby di luar pintu.
Bobby tahu Dania pasti ada di dalam kamar si kembar.
Dania di dalam kamar menahan suara agar tidak menjawab panggilan Bobby.
Namu Bobby terus teriak di luar. Takut kalau gedoran pintu dan teriakan Bobby membuat anaknya terbangun, akhirnya dengan langkah berat dan pura-pura mengantuk Dania membuka pintu.
"Ada apa?" ucapnya datar, ketika pintu sudah terbuka.
"Ayo pindah ke kamar," ajak Bobby.
"Aku tidur disini saja, aku mengantuk banyak minum obat, aku mau istirahat nggak mau terganggu!" tegas Dania, lalu di tutupnya kembali pintu kamar itu.
Bobby menghela nafas. Seperti ada yang aneh dengan Dania, begitu pikirnya.
"Ah sudahlah, mungkin benar dia terlalu banyak minum obat, sehingga halusinasinya tinggi dan juga sensitif. Semoga saja dia tidak mati, karena aku belum mendapatkan apa yang ku inginkan," Batin Bobby.
Bobby melangkah menuruni anak tangga. Setibanya di bawah dia di buat takjub oleh pemandangan di depan matanya.
Sinta dengan pakaian yang minim itu sedang tergolek di sofa ruang tv. Dengan posisi mengangkat sebelah kakinya di sandaran sofa.
Posisinya itu membuat kedua kakinya terbuka. Dan menciptakan pemandangan yang membuat birahi seorang pria bangkit.
Pemandangan di mana bagian intinya terlihat dengan sedikit gundukan yang terbungkus sedikit kain tipis berwarna putih.
"Woww!!" seru Bobby dengan tersenyum nakal, Bobby menggigit bibir bawahnya dan menelan saliva nya berulang-ulang kali.
Setelah berada di dekat Sinta, Tanpa ba bi bu lagi, Bobby langsung membenamkan wajahnya di gundukan daging kecil itu.
Bobby memainkan bagian inti Sinta yang masih tebungkus cd tipis itu, hingga cd itu menjadi basah.
Sinta melenguh dan mendesah kenikmatan.
Tidak tahan lagi dengan cumbuan yang di berikan oleh Bobby, Sinta langsung bangun dan melucuti semua pakaiannya dan juga pakaian Bobby.
Karena fantasi liarnya mereka tidak perduli lagi dengan tempat. Bahkan mereka menganggap pencintaan yang ekstrim ini semakin membuat mereka menggila.
Bahkan suara-suara berisik mereka terdengar hingga ke kamar bik Titin dan juga ke lantai atas kamar si kembar.
Dania yang belum bisa memejamkan matanya sejak tadi karena teringat ucapan-ucapan Arjun siang tadi pun segara keluar.
Saat membuka pintu kamar si kembar telinganya langsung di suguhkan dengan suara-suara desahan dua orang manusia yang sudah tidak bermoral itu saling bersahut-sahutan.
Dania membawa ponselnya menuruni tangga menuju arah suara itu berasal.
Dan betapa terkejutnya Dania saat ia melihat pemandangan mengerikan itu sekali lagi, dan bahkan lebih dasyat dari yang sebelumnya.
Sekali lagi Dania melihat dua manusia hina itu berzina di rumahnya.
"Mereka betul-betul sudah melampau batas!! lebih rendah dari binatang sekalipun, biadap!!! rumah ini benar-benar sudah di jadikannya tempat Zina mereka. Sungguh menjijikkan sekali!!!" umpat Dania dalam hati.
Seperti biasa Dania tetap merekam aktvitas mereka. Kali ini Dania enggan melihatnya langsung, ia hanya mengarahkan kamera nya dengan matanya menatap ke arah lain.
Tiba-tiba Dania berjingkat terkejut saat ada seseorang yang menepuk pundaknya dengan pelan.
"Non," bisik bik Titin.
Saat itu Bobby dan Sinta baru saja menyelesaikan aktivitas panasnya. Posisi mereka masih berpelukan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh keduanya.
"Bob, aku capek seperti ini terus! harus kucing-kucingan dengan Dania. Setiap hari aku harus ke rumah sewa untuk pura-pura bekerja." ucap Sinta.
"Sabar sayang, aku sedang berusaha, aku sudah menggeledah ruangan kantor dan juga rumah ini, tapi aku belum menemukan semua berkas-berkas penting yang di simpannya," jawab Bobby, masih dengan nafas yang naik turun karena kelelahan.
"Aku ingin tinggal di rumah ini, dan menjadi satu-satunya nyonya Bobby."
"Keinginanmu akan segera terkabul!"
"Bagaimana caranya? sementara kamu lambat sekali melakukannya!" ketus Sinta.
"Kamu sabar dong, aku juga sudah banyak mengambil uang perusahaan dan memberikannya padamu, juga untuk membayar rumah sewa dan dp kredit rumah yang kamu inginkan."
Sinta menarik nafas dalam-dalam lalu melepaskannya dengan cepat.
"Bagaimana kalau kita sandra Dania? kita ikat dia dan kita ancam agar mau menunjukkan dimana berkas-berkas penting itu?" ucap Sinta menggebu.
"Ide yang bagus sayang, tapi kita harus cari waktu yang tepat!" tegas Bobby.
"Iya dan setelah itu kita bunuh dia! dan seperti dulu kita merekayasa dan memalsukan kematian mas Donni dengan sebab kecelakaan, bagaimana kalau seperti itu juga kita buat dia mas?" tanya Sinta.
Dania yang mendengar dan merekam percakapan mereka, ia sungguh tak percaya kalau ternyata Donni suami Sinta meninggal karena di bunuh mereka. Bukan karena kecelakaan.
Dania membekap mulutnya demi mendengarkan lagi apa yang akan di ucapkan oleh Bobby.
"Kenapa kita harus membunuhnya sayang, aku rasa kita tidak perlu membunuhnya, Bagaimana pun Dania adalah ibu dari anak-anakku!" jawab Bobby.
"Kenapa? apa kamu sudah mulai tertarik pada wanita itu? apa kamu mencintainya?" tanya Sinta marah.
Belum lagi mendengar jawaban Bobby, Dania sudah di kejutkan oleh bik Titin.
Tadinya bik Titin malas keluar, namun karena ia haus akhirnya di beranikannya untuk keluar.
"Non, sudah ayo kita ke kamar." bisik bik Titin di telinganya.
Bik Titin menarik tangan Dania, membawa Dania ke atas.
"Disini bik," Dania menunjuk kamar si kembar.
Mereka masuk dan mengunci pintu.
"Bik, aku tidak cemburu lagi atas hubungan mereka, aku sudah benci dan mati rasa pada Bobby. Aku hanya jijik bik, sangat jijik dengan kelakuan mereka," ucap Dania berapi-api menahan emosi yang seakan-akan siap untuk meledak.
"Sabar non, non harus cepat ambil keputusan," bik Titin mengusap pundaknya lembut.
"Aku sudah ambil keputusan bik, besok aku akan mengusir mereka!! aku pastikan malam ini adalah malam terakhir mereka di rumah ini!! Menjijikkan sekali kelakuan mereka, lebih hina dari binatang. Sungguh, sangat berdosa aku kalau masih membiarkan mereka berzina di rumah ini bik!!" tegas Dania.
"Bagus non, bibik mendukungmu!"
"Jangan keluar kamar lagi apapun yang terjadi, bibi disini saja sampai mereka pergi besok pagi, aku pun begitu, rasanya aku tidak akan sanggup menahan emosi lagi kalau harus berhadapan dengan mereka. Tapi sekarang bukan waktu yang aman untuk melawan mereka, mereka bisa menghabisi kita!"
"Bibik mengerti non."
"Bagus bik, aku sudah punya rencana yang indah untuk besok, tidurlah bik," bahkan sekarang air mata Dania pun sudah tidak keluar lagi. Hatinya benar-benar sudah mati untuk suami dan kakak tirinya itu.
Keputusannya sudah bulat, ia sudah memikirkan jalan apa yang akan di ambilnya.
Sampai pagi tiba, setelah Sinta dan Bobby terlelap bik Titin keluar dari kamar si kembar.
Dania tidak sedikitpun ia memejamkan matanya. Jiwanya terguncang hebat. Hatinya begitu sakit.
Pagi itu Dania keluar dari kamar si kembar dan masuk ke kamarnya dengan tatapan kosong.
Dia sudah mencoba untuk kuat namun nyatanya hatinya begitu rapuh.
Satu minggu berlalu..
Dalam seminggu ini Dania terus mengurung dirinya di kamar, menangis dalam diam.Perubaran sikapnya begitu kentara.
Bahkan si kembar pun sedikit terabaikan. Bik Titin mengambil alih semua pekerjaannya dalam mengurus si kembar.
Bobby melihat perubahan sikap dari Dania. Tapi dia tidak tahu apa sebabnya.
Bobby mulai menduga, apakah Dania telah tahu semuanya.
"Ah, semoga saja tidak," batinnya.
Pagi kembali tiba, seperti biasa Dania selalu bangun pagi.
Namun seminggu ini semua berbeda dari biasanya.
Karena Dania tidak pernah keluar kamar untuk membuat sarapan atau sekedar membuat susu untuk anaknya.
Dania berdiri di balkom kamar, dengan menatap jauh ke depan.
Dania teringat bagaimana dulu dirinya selalu datang ke kantor sang papa demi mengejar cintanya Bobby. Tak terasa air matanya kembali jatuh.
Bobby yang saat itu baru keluar dari kamar mandi berteriak memanggilnya. Namun tak di perdulikannya.
"Dania! baju kerja aku di mana?". tanyanya setelah keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan sehelai handuk.
Biasanya jika dia baru keluar dari kamar mandi Dania sudah menyiapkan bajunya di atas nakas.
Namun sudah seminggu ini tempat itu terlihat kosong. Tak ada tumpukan bajunya yang telah di siapkan sang istri.
"Dania!!" panggil Bobby sekali lagi dengan nada suara yang lebih tinggi.
Dania masih tak menggubris panggilan suaminya. Seketika wanita itu pura-pura tuli.
Dania tahu ini salah, sebagai seorang istri ia tetap harus melayani suaminya.
Namun, rasanya begitu sakit ketika mengingat apa yang di lakukan pria itu kepadanya. Hingga membuat dirinya terdiam tanpa suara.
"Dania !! kamu dengar aku nggak??" bentak Bobby yang kini telah berdiri di ambang pintu balkon kamar.
"Kenapa kamu tidak pernah menyiapkan baju kerjaku lagi?" lanjutnya.
"Bajumu ada di lemari," jawab Dania datar.
"Ck!!" Bobby berlalu dan mengambil bajunya di lemari.
Tok...
Tok...
Tok.
Pintu di ketuk dari luar.
Bobby membuka pintu dan bik Titin sudah ada di ambang pintu dengan raut wajah yang terlihat panik.
"Non, tuan, den kembar sakit. Badannya panas sekali."
"Apa bik, Marteen dan Marleen sakit?" Dania tersentak, ia seperti baru terbangun dari tidur panjangnya dan tersadar dari mimpi buruknya.
"Mas, mas si kembar sakit," ucapnya pada Bobby.
"Kalau sakit, panggil saja dokter ke rumah, atau bawa ke rumah sakit," jawabnya santai.
"Keterlaluan kamu mas, mereka itu anakmu!" ketus Dania, ia tak perduli lagi dengan apa yang di lakukan Bobby, wanita itu dengan panik berlari ke kamar buah hatinya.
Dania menempelkan punggung tangannya di kening kedua putranya.
"Panas sekali bik, mereka demam secara bersamaan," lirih Dania, air matanya kembali tumpah.
"Maafkan mama sayang, gara-gara mama kalian terlantar. Mama janji mama akan bangkit dari keterpurukan ini, mama bisa! mama kuat sayang, demi kalian," Dania terisak.
"Bik, tolong ambilkan ponselku,"
"Baik non."
Bik Titin ke kamar dan mengambil ponsel milik Dania yang telah seminggu ini ia matikan.
Selama satu minggu ini ia benar-benar menutup diri dan bahkan mengurung dirinya di kamar. Ia tidak menemui Arjun atau menghubungi Mitha lagi.
"Ini non ponselnya," bik Titin tergopoh-gopoh memberikan ponsel itu padanya.
Dania menelepon dokter pribadinya, namun nomornya sedang tidak aktif.
Akhirnya Dania menggendong Marteen dan meminta bik Titin untuk menggendongkan Marleen.
Saat menuruni anak tangga, Dania melihat Bobby sedang sarapan bersama Sinta sambil bercanda-tawa.
Bobby langsung bangkit begitu saja, dan di ikuti oleh Sinta menuju mobilnya.
Dania berlari mengejar Bobby dengan Marteen di gendongannya.
"Mas, mas antarkan kami dulu ke rumah sakit, si kembar demam tinggi mas," ucapnya panik.
"Aku sibuk! dan aku juga harus mengantar Sinta dia hampir terlambat! suruh saja pak Tono," jawab Bobby.
"Pak Tono belum datang mas, aku mohon antarkan kami dulu," Dania memohon.
Bobby tak menjawab, ia hanya menoleh sebentar sebelum dia tancap gas meninggalkan Dania yang masih berdiri mematung tidak percaya dengan apa yang telah di hadapinya.
Bersambung....