Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Tersanjung sekaligus nyebelin.
Kanaka dan Rere bekerja di Aurora company per hari ini, meski awalnya Rere menolak untuk jadi asisten Kanaka di kantor tersebut, tapi pada akhirnya Rere menerima juga permintaan sang suami.
"Ini kita bakalan bareng-bareng terus Yang?" tanya Rere saat mereka masuk ke dalam mobil milik Kanaka.
"Emang kamu keberatan?" Kanaka menoleh mencari kebenaran pada kedua mata Rere.
"Eng enggak, bukan begitu!" sahut Rere sambil menggoyangkan kedua tangannya.
"Oh kirain kamu keberatan bantuin aku," kata Kanaka lalu memasukkan perseneleng dan menginjak gas menuju ke gedung Aurora corp.
"Tadi pintu kamar nggak dikunci kan?" Rere menggeleng menjawab pertanyaan Kanaka.
"Hari ini simbok mau ke rumah buat beres-beres," lanjut Kanaka.
"Iya, padahal aku sendiri bisa lho Ka ngeberesin rumah kita, kasihan kalo simbok yang harus bantuin kita, pegang rumah Mimo aja pasti kewalahan kan."
"Simboknya sendiri yang mau, katanya kita butuh adaptasi, kalo harus ada orang lain takutnya ngeganggu kita."
Dan Rere memilih diam, bukan diam yang marah ya, Rere diam karena tak enak hati merepotkan terus keluarga mertuanya.
"Kamu nggak marah kan? Kalo kamu nggak nyaman nanti aku bisa bilang Mimo kalo kita mau mandiri," kata Kanaka saat melihat sang istri terdiam.
"Aku nggak marah, hanya saja nggak enak hati aja harus terus ngrepotin Mimo sampai ke simbok-simboknya segala," ucap Rere.
"Justru Mimo itu senangnya kayak gitu sayang, untung lho yang jadi suaminya Mimo itu Pipo yang suka-suka aja mau diapain sama Mimo, Pipo bucin banget soalnya," curhat Kanaka sambil menginjak rem karena lampu lalu lintas di depan sana berubah merah.
"Tapi kalo menurut aku sih bukan hanya Pipo yang bucin ke Mimo, Mimo nya juga bucin ke Pipo juga."
"Iya bener, nggak mudah mempertahankan pernikahan selama dua puluh lima tahun kalo keduanya nggak sama-sama bucin, semoga nanti kita juga kayak mereka ya sayang."
"Amin."
Mobil mereka masuk ke gedung Aurora corp, serta merta Rere jadi gelisah, dia belum lulus kuliah, baru menyusun tugas akhir, dan sekarang sudah diterima kerja sebagai asisten dari Kanaka a.k.a suaminya sendiri.
Ada rasa deg-degan dan tak percaya diri, takut mengecewakan keluarga Mimo yang memiliki mayoritas saham Aurora hotel ini, pasalnya Rere masih minim pengalaman.
Tapi demi memenuhi permintaan dan harapan keluarga besar suaminya yang begitu menaruh harap sama Kanaka, makanya Rere menyanggupi permintaan mereka untuk mensupport dan membantu Kanaka.
Kanaka memarkir mobilnya di area parkir untuk petinggi perusahaan, baru masalah tempat parkir saja Kanaka sudah di spesialkan seperti ini, bagaimana dengan yang lain ya.
"Jangan berjalan di belakangku!" tegur Kanaka saat melihat Rere berjalan sedikit ke belakang.
"Tapi Ka.... " Rere ingin membantah tapi tangan Kanaka menarik tangan Rere dan menggenggamnya erat.
'Ini gimana ceritanya sih?! Gue disini statusnya asisten atau bini sih?!'
Rere akhirnya pasrah, daripada mereka debat kusir di depan orang lain, mending Rere mengikuti kemauan Kanaka yang mungkin kelakuan mereka ini akan jadi buah bibir di setiap sudut kantor ini.
"Selamat pagi Pak Kanaka selamat datang kembali ke Aurora company, silakan bapak menemui pak Vetsa di ruang kerjanya," sambut karyawan di bagian resepsionis yang sudah mengenal sosok Kanaka.
"Terima kasih mbak." Kanaka mengangguk sopan dan masuk ke dalam area kantor setelah karyawan tersebut menempelkan kartu aksesnya agar Kanaka dan Rere bisa masuk ke dalam kantor.
Mereka masuk ke dalam lift khusus untuk menuju ke ruangan direksi, Rere menempel di sebelah Kanaka dan berbisik lembut, "Pak Kanaka, ini kantor lho, kalo di kantor saya kan asisten bapak, kayaknya kita terlalu intim deh takut ada gosip yang berkembang."
"Emang kenapa? Kan kamu istri aku!" ucap Kanaka sambil menatap Rere di sampingnya.
"Sayang, kalo kita kayak gini namanya kita nggak profesional, jangan mencampur adukan masalah kerjaan dan profesionalitas kita," bujuk Rere masih berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kanaka.
"Bilang aja kamu takut ketahuan kalo kita sudah menikah!"
Ting.... pintu lift terbuka di lantai yang mereka tuju, tepat saat mau keluar dari dalam lift, tangan Kanaka melepaskan tangan Rere.
Rere berjalan di belakang Kanaka, memposisikan dirinya sebagai asisten sang suami, di kantor ini yang tahu mereka menikah hanya uncle Vetsa, Vincent dan Valerie, jadi tak ada alasan Rere membuka status mereka kan.
Kanaka dan Rere menemui Vetsa, mereka mendengar arahan sang presiden direktur yang sekaligus menjabat direktur sementara untuk departemen pemasaran tempat Kanaka dan Rere ditempatkan.
Lalu setelah mendengar pengarahan dari Vetsa, Kanaka dan Rere menghadap ke pimpinan HRD untuk melaporkan diri.
Dari sana manager HRD lalu mengantar ke ruangan mereka di departemen pemasaran.
Kanaka menjabat tangan Dewa yang sekarang jadi bawahannya, Kanaka juga menjabat tangan Eri, Hana dan Safa. Rere pun melakukan hal yang sama.
Saat Kanaka masuk ke ruangannya bersama Dewa dan Rere, kasak-kusuk pun mulai terdengar, bukan hanya dari departemen marketing tapi juga finance dan HRD.
Siapa yang tak bakal penasaran melihat Rere membuntuti Kanaka seperti seorang asisten, ah lebih tepatnya seperti seorang sekretaris.
"Bener kan mbak, mereka ada hubungan, sejak awal magang juga udah kelihatan gelagatnya," bisik Safa ke Hana.
"Iya yah pinter banget carmuk nya, langsung lho dipekerjakan padahal kan dia belum lulus kuliah," kata Hana sambil menahan kekesalannya karena cowok incerannya yang potensial itu harus direbut oleh Rere.
"Sejak awal pasti sudah tahu kalo Kanaka itu kerabatnya bos, makanya dia nempel kaya perangko!"
Lagi asyik bisik-bisik, Rere berjalan mendekat ke arah mereka.
"Mau kemana Re?" tanya mbak Eri yang tetap terlihat ramah dan tak terpengaruh dengan Hana dan Safa.
"Um.... mau nyari OB mbak, mau minta kopi buat pak Kanaka," jawab Rere sopan dan tak lupa tetap menyunggingkan senyum ramah.
"Oh bentar aku panggilin mereka lewat telepon internal aja Re," ucap Eri langsung menekan angka sambungan internal yang ada di ruangan pantry.
"Wah Re, asyik banget ya belum lulus kuliah tapi sudah gawe, jadi sekretaris boss pula," puji Hana halus meski itu merupakan kalimat sindiran yang dilontarkan untuk Rere.
"Iya mbak, maaf mbak aku permisi dulu ya, masih banyak yang harus aku benahi," pamit Rere sengaja menghindari obrolan unfaedah itu, lalu Rere bergegas kembali ke ruangannya.
"Dih lagaknya udah kayak sekretaris senior aja ya, nyebelin banget!"
"Iya pengen noyor kepalanya saking gemesnya!"
"Hati-hati bicaranya lho guys, salah ucap kalian bisa didepak lho dari kantor ini, kalian tahu kan posisi Rere sekarang lebih tinggi dari posisi kalian," tegur Eri membuat keduanya terpaku dan tak bisa berkata-kata lagi.
_____
Kira-kira kalo kalian jadi Rere, anak buah kayak mereka diapain ya? Jadi orang irian banget ya. Hahaha.
Betewe maaci yang tetap setia mensupport karyaku ini, karena support kalian begitu berarti buat aku, thank you so much guys.... love you all.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu