Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harbour Island
Mobil yang ditumpangi Amelie dan Lucian perlahan memasuki area Hanggar Jet Pribadi milik Lucian. Bergegas mereka turun dan masuk ke dalam pesawat. Privat Jet tersebut cukup besar. Ada dua kamar tidur, dan satu deretan kursi penumpang yang terdiri dari 10 kursi dan 1 ruang pilot serta satu dapur plus bagasi.
Perjalanan mereka aka memakan waktu sekitar 9 -10 jam dengan melewati berbagai negara seperti inggris/Belgia tergantung jalur yang dipilih, irlandia, atlantik utara, Canada, USA dan berakhir di kepulauan Bahama.
Begitu memasuki pesawat Amelie sudah disambut oleh beberapa awak kabin yang menunjukkan lokasi kamar istirahatnya. Amelie bersyukur, ternyata kamar istirahatnya terpisah dari milik Lucian. Sepanjang perjalanan tadi dia sudah gelisah, bahwa dia akan ditempatkan sekamar dengan Lucian. Namun syukurlah tidak demikian.
Sebelum masuk ke kamar pribadinya Amelie melihat sekelompok orang berambut cepak dan berbadan tegap, kurang lebih sekitar 6 orang, sedang duduk santai di bagian deretan kursi penumpang. Sepintas dilihatnya ada yang aneh pada keenam orang itu. Mereka semua mengenakan baju kaos warna hitam dengan celana berwarna sama dan sepatu boot. Jika tidak mengingat ini adalah jet pribadi milik sipil, pastilah mengira bahwa kelompok orang ini adalah tentara.
Hal paling menonjol yang dikenali oleh Amelie adalah mereka semua membawa Pistol. Dan bahkan ada satu yang memegang senapan laras panjang. Amelie merasa ngeri, dan mulai bertanya dalam hati,” Kemana mereka semua ini akan pergi. Jika ke kepulauan Bahama dan sesuai rencana adalah berlibur dan menjamu tamu, tentunya tidak macam ini persiapan dan penampakan penumpang pesawat ini. Mereka semua seperti mau berangkat perang.”
Amelie berusaha tenang dan segera masuk ke kamar pribadinya. Di dalam kamar istirahat itu, sudah terdapat 2 koper besar dan satu Beauty Case yang menurut awak kabin yang mengantarnya , Semua koper itu berisi keperluannya selama di Kepulauan Bahama. Amelie cukup takjub, namun, menyembunyikannya dan pura pura sudah paham.
Setelah awak kabin meninggalkannya seorang diri dalam kamar, bergegas Amelie menghampiri Koper koper tersebut dan membukanya satu per satu. Dalam hati dia bergumam,”Hemm benar kata Lucian, semua koper ini berisi segala keperluannya selama di kepulauan Bahama.”
Diraihnya baju tidur transparan yang tersedia di atas tempat tidur dan terlipat rapi. Lalu segera dia menuju kamar mandi, berganti baju dan segera merebahkan diri diatas tempat tidur. Dia tidak ingin berpikir panjang lebar. Amelie hanya ingin tidur, badannya terasa lelah dan sakit semua karena tegang sepanjang perjalanan.
Amelie merebahkan dirinya diatas tempat tidur yang empuk dan nyaman, lalu mencoba memejamkan mata walaupun banyak pertanyaan berkecamuk dalam hatinya.
Pesawat jet itu masih saja mengudara, ketika Amelie kembali tersadar, sepertinya dia hanya tidur sekitar 4 jam. Dilihatnya keluar jendela, langit masih gelap. Suasana masih sama dengan sebelum dia tidur. Untungnya malam ini dia tidak bermimpi aneh soal tanda Lucifer. Mungkin benar perkataan Tuan Crowley, bahwa dirinya hanya mengalami halusinasi saja.
Perlahan diraihnya botol air putih yang terdapat di meja sebelah tempat tidurnya. Lalu diteguknya air putih yang ada disana. Rasanya segar. Lalu Amelie berusaha kembali tidur. Mungkin sekitar 2 jam amelie terlelap, sebelum akhirnya kembali terbangun karena mengalami mimpi buruk tentang tanda Lucifer itu lagi. Keringat dingin mengalir di dahinya. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Amelie bergegas menuju kamar mandi dan berendam di dalam bath up berisi air hangat. Setelah puas, dia bergegas ganti pakaian casual. Instingnya mengatakan, pasti sebentar lagi ada panggilan untuk makan pagi bersama.
Feeling Amelie tidak meleset, tak lama setelah dia siap dan berdandan, terdengar ketukan dari pintu kamar tidur Amelie, “Nona Amelie, waktunya sarapan pagi, tuan Lucian sudah menunggu anda di ruang makan.”
Amelie bergegas membuka pintu kamarnya dan mengikuti awak kabin menuju ruang makan.
“Ah sudah siap kau rupanya Amelie. Bagaimana tidurmu semalam? Apakah kau bisa istirahat dengan tenang?” tanya Lucian.
“Semua baik baik saja Lucian, terimakasih kau sudah mengatur segalanya untukku,” ujar Amelie.
“You are Welcome darling,” jawab lucian sambil tersenyum.
Setelah selesai makan, Amelie bertanya pada Lucian,” Aku melihat dua koper besar itu berisi Full pakaian untukku. Bolehkah aku tahu, berapa lama kita akan di Kepulauan Bahama?”
"Hemm aku belum memutuskannya Amelie. Semua rencana bisa berubah sewaktu waktu. Jadi tenanglah dan nikmati perjalanan ini. Ok?” jawab Lucian.
Amelie hanya diam termangu. Dia tidak mau membuat keributan dan pertengkaran yang tidak perlu dengan Lucian. Dia hanya ingin bekerja secara professional dan pulang dengan selamat.
****
Terbersit keraguan dalam benak Amelie setelah 10 jam perjalanan dengan privat Jet milik Lucian. Pertama mengapa begitu banyak orang bersenjata api dalam pesawat. Ada apa sebenarnya, dan lebih jauh lagi, siapa Lucian sebenarnya? Mungkinkah Lucian sebenarnya bukan hanya sekedar CEO baru di perusahaan mereka? Tetapi lebih dari itu?
Amelie menutup mata untuk menyembunyikan kegalaun hatinya saat itu. Tak lama kemudian pesawat mendarat dengan selamat di kepulauan Bahama. Rupanya Lucian memilih harbour island sebagai tempat wisata. Harbour island memang terkenal dengan Pasir lautnya yang berwarna merah muda. Sangat indah.
Sesampai di sana, mereka disambut pemiik resort dengan tari tarian dan minuman selamat datang. Lalu amelie diantar oleh salah satu petugas menuju tempat dia menginap. Kamarnya sangat eksotik, dengan View langsung berhadapan dengan laut yang biru dan tenang.
Amelie berdiri termangu memandang indahnya lautan biru yang terhampar di depannya. Pemandangan itu sedikit membuatnya lupa dengan segala pertanyaan yang menggelayut semanjak ada di pesawat.
“Hemm ehm…Indah bukan Viewnya Amelie?” ujar Lucian
“Ya Lucian,” kata amelie singkat sambil menoleh ke arah Lucian
Lucian mendekatinya dan meraih pinggan Amelie lalu mendekatkan pada tubuhnya,”Apakah kau masih marah padaku Amelie?”
Lucian bertanya dengan suara lembut dan penuh perasaan. Dipegangnya dagu Amelie, dan dilihatnya mata gadis itu.
“Aku… merasa kaget, dan tidak menyangka. Aku tidak biasa diperlakukan begitu Lucian,” Ujar Amelie
“Maafkan aku darling, aku tidak bisa menahan hasratku. Kau begitu memabukkan. Aku sangat ingin dekat denganmu, sejak pertama kita bertemu,” terang Lucian.
“Aku Mohon, jangan berpikir macam macam tentangku Amelie, aku melakukannya karena sangat mencintaimu,” kembali Lucian berkata dengan lembut.
Amelie, diam membisu, tapi jantungnya berdegup kencang. Entahlah, dirinya dan tubuhnya tidak bisa berbohong. Sejatinya dia ketagihan dan merindukan setiap belaian dan kasih sayang Lucian. Amelie tahu betul, dia jatuh hati juga pada Lucian sejak awal pertemuan mereka.
Lucian lalu mengecup bibir Amelie dengan lembut, mengulumnya dan melesakkan lidahnya yang lihay ke dalam mulut Amelie. Beberapa saat lamanya, mereka berciuman mesra.
“Jam 12.00 aku harap kau siap Amelie. Nanti ada petugas resort akan menjemputmu untuk makan siang bersama para tamu undangan,” ujar Lucian sambil mengelus wajah Amelie. Kembali keduanya berpelukan sebelum akhirnya Lucian meninggalkan Amelie seorang diri.
*****
Seperti yang sudah Lucian katakan, tepat pukul 12 siang, seorang petugas resort menjemput Amelie dan mengantarnya menuju Rumah makan tempat mereka akan menyambut tamu. Dilihatnya dari jauh, terdapat beberapa orang yang sudah berkumpul di sebuah ruangan terbuka nan Asri untuk santap siang bersama.
“Ah ini dia, Marketing Director di perusahaan kami, Nona Amelie Vittoria De Laurentis,” ujar Lucian dengan penuh senyum pada semua undangan yang hadir.
Satu per satu Amelie menyalami semua undangan, tibalah dia pada seseorang yang sudah sangat dikenalnya, Dominic.
“Hai amelie, seang bertemu lagi denganmu,” ujar Dom
Amelie agak terkejut namun kemudian tersenyum dan berkata, “Senang juga bertemu denganmu Tuan Dominic.”
Dalam batin Amelie mengumpat,” Sialan, mengapa Lucian harus mengundang bajingan tengik ini ke acara gathering macam ini? Tidak adakah tamu lain yang lebih penting dari pada Perusahaan London Bridge milik Dominic?”
“Mari silahkan duduk dan menikmati minuman serta makanan ringan yang sudah kami siapkan,” kembali Lucian memberi komando.
Acara makan siang di resort itu berjalan lancar. Semua tamu merasa senang. Namun ada hal yang sedikit mengganjal dalam benak Amelie. Mengapa Lucian mengundang tamu tamu yang bukan Mitra dari perusahaan mereka selama ini. Mungkinkah mereka ini mitra baru? Bahkan bisa dibilang Amelie tidak mengenal perusahaan yang diwakili oleh tamu tamu itu sama sekali . Kecuali London Bridge yang diwakili oleh Dominic.
Amelie menepis pertanyaan batinnya dan berpikir, “Mungkin sebagai CEO baru, Lucian sengaja membawa mitra mitra baru untuk bergabung dalam kerja sama perusahaan mereka. Entahlah”
Setelah semua tamu kembali ke kamarnya masing masing, Amelie juga bermaksud kembali ke kamarnya, tapi Lucian memanggil Amelie, dan menyerahkan setumpuk Map yang berisi Company Profile dari setiap pengusaha yang hadir.
“Amelie, aku lupa mengatakan padamu, tamu undangan kita hari ini adalah 9 perusahaan besar Italia yang selama ini sudah bermitra denganku. Seperti kau tahu, aku sudah lama punya Real estate Company yang beroperasi di Italia. Aku berencana mengundang 9 pengusaha italia ini untuk gabung dengan proyek baru kita yaitu pembangunan pangkalan kilang minyak di Kuba, lalu pembangunan kompleks hotel dan resort di Bahama ini serta beberapa proyek lain. Aku ingin kau pelajari company profile mereka dengan baik,” ujar Lucian memberi petunjuk.
“Baik Lucian, aku akan coba mempelajarinya,” jawab Amelie.
“Jangan lupa nanti malam jam 19.00 kita harus kembali menjamu mereka, kenakan pakaian semi formal, karena kita akan adakan makan malam di tepi pantai,” ujar Lucian kembali
“Baik Lucian aku kan mempersiapkan diri” jawab Amelie
Amelie membawa setumpuk map yang diserahkan Lucian padanya. Walaupun pikirannya masih penuh dengan tanda tanya, tentang gathering dan pengusaha yang dibawa Lucian ke Bahama. Amelie kembali menegaskan dalam hatinya,” Utamakan profesionalisme kerja, dan berdoalah agar pulang dengan selamat.”