Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Emang brengsek lo bro!"
"Apa sih! Jangan brisik ! " Nata menghalau tinju Bobby yang hendak mendarat di lengan kekarnya.
Suasana Club masih sangat sepi hanya ada beberapa pelayan yang tengah bersiap di Ruang ganti dan para pekerja lainnya. belum ada pengunjung sama sekali karena Club belum buka, Musik yang biasanya membahana juga tengah membisu.
"Sejak kapan?" Bobby mengitari meja bar hingga kini berdiri disamping Nata, ia berbicara setengah berbisik karena paham Nata pasti menyembunyikan penyakitnya.
"Sudahlah gak usah seheboh itu juga kali, baru stadium 2 akhir bulan ini gue bakal operasi kok" Jawab Nata Santai.
Sementara Bobby hanya bisa menggelengkan kepalanya.
pantas saja Nata tak ingin diperiksa saat sadar dari rumah sakit tempo hari, karena pria itu sudah tahu hasilnya. Jika saja Bobby tidak menemukan kertas hasil pemeriksaan Nata yang tercecer dikamarnya maka ia tak akan pernah tahu mengenai penyakit yang diderita Sahabatnya.
"Bunda Maryam tahu?"
Nata menggeleng "Tidak, jangan sampai dia tahu"
"gue yakin Senja pun belum tahu"
"Belum, Karena dia gue ingin menjalani operasi ini" Nata tiba tiba menghentikan aktifitasnya mengelap beja Bar lalu menghela nafas "Entah Rasanya sudah terlalu lama tak ada seseorang yang bisa membuatku merasa menghargai kehidupan ini"
"lo anggap apa gue dan Bunda Maryam?" ketus Bobby.
"Kalian berbeda. pada Senja gue seakan bisa melihat masa depan. meski kemungkinannya sangat kecil tapi memikirkan kemungkinan kecil itu saja sudah bisa membangkitkan semangat hidup gue"
"Entah gue harus bersikap bagaimana dengan kegilaan lo ini" Tatapan Bobby begitu miris pada sahabatnya.
"gue melihat diri gue pada Senja, Seseorang yang sebenarnya tidak pernah merasakan kebahagiaan tapi selalu berusaha tersenyum untuk orang lain"
"Sial !Kenapa harus istri orang sih Bro?"
"Lo pernah dengar cinta dalam diam? Cinta dalam diam seharusnya lebih dalam dari pada cinta yang diungkapkan"
"Diam apanya, lo fikir gue gak tahu kelakuan lo!! Ngajak Senja ke Panti emang itu bukan usaha? Diam katanya!"
"Hufhhtt....." Nata lagi lagi menghela nafas, entah ia pun tak ingin memaksakan kehendak tapi setiap melihat Senja rasanya ia sangat ingin mengungkapkan perasaannya.
.
.
.
Dua minggu berlalu Hari hari dirumah sakit berjalan seperti biasanya Laras tak lagi merecoki Aby, kali ini ia ingin bermain sedikit lebih rapi tanpa harus meruntuhkan harga dirinya seperti kata Aleta, Ah sayang sahabatnya itu mendapat tawaran kerja di Singapura kini Laras tak memiliki teman curhat lagi.
Laras mencoba bersikap biasa saja ketika bertemu Aby, Awalnya Aby merasa awas namun seiring berjalannya waktu pria itupun bersikap biasa saja meski uang bulanan dan biaya pribadi Laras lainnya masih rutin ia kirimkan.
Namun sayangnya Aby kembali menjadi Dokter dingin yang sedikit tempramen di Rumah Sakit. kebiasan yang belum bisa hilang dari pria 33 tahun itu jika suasana hatinya tengah memburuk.
Sejak Kaila demam seminggu yang lalu Senja memang memutuskan untuk tidur dikamar anak sambungnya itu, namun ketika sembuh pun Senja tetap tak ingin beranjak dari sana jika malam.
Aby juga tak pernah lagi mendengar kata kata sambutan baik saat berangkat maupun pulang kerja. Hanya seutas senyuman dan kata seadanya yang kadang dilakukan Senja dihadapannya.
Bahkan ketika di ruang Operasi Aby selalu memikirkan senja, membuat orang disekitarnya selalu Was was takut takut jika mereka melakukan kesalahan sedikit saja bisa berujung dengan kemarahan Dokter bedah umum itu.
"Dokter Abyansyah Ada diruangannya?" Tanya Laras pada salah satu Residen yang baru keluar dari Ruangan Aby.
"Ada didalam Dok. Ada apa ya mencari Dokter Aby?" Residen itu menyipitkan matanya curiga, bukan tanpa sebab beberapa rumor yang sengaja disebar Laras secara diam diam menyebar mengatakan jika ia memiliki hubungan dengan Aby, padahal Pria itu dikenal sudah menikah. Ditambah lagi agak aneh Residen obgyn mencari Dokter senior Bedah umum.
"Oh tidak, hanya ada yang ingin kubicarakan, salah satu Bayi yang baru saja lahir kebetulan mengalami gangguan Hati" Jawab Laras santai, ia tidak berbohong memang benar ada kasus seperti itu didepartemennya hanya saja Risya dan salah satu dokter Anak sudah menanganinya.
"Oh..."
Selepas kepergian residen bedah tadi laras bergegas masuk.
"Kenapa lagi?" Tanya Aby tanpa mengangkat wajahnya dari salah satu rekam medis pasien yang tengah dipelajarinya, ia fikir Dokter Residen yang baru saja ia suruh pergi itu kembali.
"Mas Aby" Panggil Laras lembut dengan nada semanja mungkin.
Aby mendengkus mendengar suara yang sebenarnya sangat ia hindari.
"Ada Apa Ras?" Kali ini Aby mendongak, lalu melepas kaca mata minusnya dan memijat pangkal hidungnya.
"Mas kenapa tak bilang jika Kaila sakit? Aku bahkan harus tahu dari Dokter Risya" Kelus Laras.
"Hanya demam biasa cuman sehari saja" Jawaban Aby terdengar Tak acuh.
"Mas sampai kapan aku tidak boleh menjenguknya dengan alasan ia takut dengan orang asing?Sementara Dokter Risya saja bebas keluar masuk apartemenmu. Kata sahabatmu itu Kaila sekarang sudah tidak seperti dulu, ijinkan aku menjenguk putriku ya mas"
"Laras!" Aby menatap lekat laras yang berdiri dihadapannya, "Kau tidak ada maksud lainkan?kau pasti sudah paham betul keputusanku"
"Mas apa kau mencurigaiku masih ingin menggodamu dengan menggunakan Kaila? Tidak mas! Aku tidak serendah itu, aku benar benar ingin menjenguknya"
"Ya Sudah kau boleh datang. nanti aku memberitahu penjaga dibawah agar membiarkanmu masuk"
"Terima kasih ya mas" Sebuah senyum mengembang diwajah Laras yang masih terlihat cantik diusianya yang ke 32 tahun.
.
"Istri mas masak apa?" Aby yang baru saja datang tiba tiba memeluk Senja yang masih memakai apron dari belakang.
Senja terperanjat ini baru pukul 3 sore tapi Aby sudah ada dirumah, untung saja Bi Asih baru saja pulang sehingga tidak perlu melihat tingkah aneh Aby. bisa hancur reputasinya sebagai pria dingin dimata Bi Asih.
"Mas, aku gak masak tapi cuci piring" Senja menggeliat berusaha lepas dari pelukan Aby namun pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Sejujurnya Senja masih menyimpan kemarahan atas ketidakjujuran suaminya.
"Aku tahu kau mengabaikanku sejak malam dimana kau dan kaila menghilang, apa salahku Hemm" Aby berusaha mengecup ceruk leher sang istri namun Senja semakin menghindar.
"Mas tolong lepasin mas, ini gak nyaman" pinta Senja sedikit memelas, ia tak peduli dengan apa yang barusan dikatakan Aby.
"Senja...." Gerakan Aby terbilang semakin berani dengan meraba bagian depan Senja namun istrinya itu seketika menghempas tangan Aby dengan kesar dan kuat. Aby dibuat terkejut dengan keberanian Senja ia bisa melihat dua netra gadis itu menyimpan amarah yang begitu mendalam.
"Ada apa sebenarnya denganmu Senja?" Sentak Aby, tapi Senja Tak acuh ia berjalan meninggalkan Aby sambil melepas Apron dan meletakkannya sembarang diatas meja makan.
"Senja!!" Panggil Aby pada Senja yang semakin menjauh.
"Katakan apa salahku!!"
"Jangan berisik mas Kaila masih tidur"
"Senja!" Kali ini Aby berhasil mencegat lengan Senja hingga berbalik menghadapnya "Kau akan terus bersikap kekanakan seperti ini? Sampai kapan?"
"Sampai mas jujur padaku! Aku terima mas jika keputusan Mas pada akhirnya tidak ada aku didalamnya"
"Senja jangan berbelit belit katakan ada apa sebenarnya" Aby mulai kehilangan kesabarannya.
"Mas sebenarnya aku tak berhak marah seperti ini, aku juga bingung mengapa bisa semarah ini padahal itu adalah hak mas, Mas berhak menemui Mbak laras tanpa bilang dulu padaku, mas juga berhak berciuman dengan Mbak Laras tanpa memikirkan perasaanku, lakukan semau mas aku tak apa, Aku justru minta maaf, Maaf karena marah seperti anak kecil"
"Berci____"
"Iya Mas, aku tahu dihari ulang tahun Kaila Mas menemui mbak Laras" Senja memalingkan wajahnya agar Aby tak melihatnya. Ia sangat malu sekaligus marah. Entah mengapa ia merasa seperti seorang istri yang benar benar mencintai suaminya dan begitu sakit saat sang suami berkhianat.
"Siapa yang bilang Senja?siapa yang memberitahumu hal itu hemm? Apa Laras? Wanita itu yang bilang?"
Senja tak menjawab sampai suara Bell mengalihkan Atensi keduanya.
Senja segera membuka pintu dan mendapati Laras sudah berdiri didepan dengan boneka keroppi berukuran besar dalam pelukannya.