NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit

Setelah berhari-hari mengabaikan semua pekerjaannya dan tak keluar dari apartemennya, Aurel mulai merasa sangat khawatir dengan keadaan Luna. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Luna melalui pesan dan panggilan, namun tidak ada respon sama sekali. Rasa khawatirnya semakin meningkat, dan tanpa menunggu lebih lama, Aurel memutuskan untuk langsung mengunjungi apartemen Luna.

Setibanya di sana, Aurel menekan bel beberapa kali, namun tak ada jawaban. Hatinya semakin cemas. Dengan cepat, ia memasukkan kode akses apartemen Luna yang sudah ia ketahui dan bergegas masuk ke dalam. Pintu apartemen terbuka, dan Aurel langsung menuju kamar Luna, berharap semuanya baik-baik saja.

Namun, ketika ia membuka pintu kamar, Aurel langsung terkejut. Luna terbaring di atas ranjang, wajahnya pucat dan tubuhnya tak bergerak. "Luna!" teriak Aurel panik, berlari ke samping tempat tidur dan mengguncang bahu Luna. "Luna, bangun! Luna!"

Tak ada reaksi. Tubuh Luna dingin, dan napasnya terdengar sangat lemah. Aurel semakin panik, matanya berair. Tanpa membuang waktu, ia segera mengambil ponselnya dan memanggil ambulans. Tangannya gemetar saat berbicara dengan operator, suaranya hampir tercekat karena ketakutan.

Beberapa menit kemudian, ambulans tiba, dan Luna dibawa ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Aurel terus menggenggam tangan Luna, berharap sahabatnya akan segera sadar. Setibanya di rumah sakit, Luna langsung ditangani oleh tim medis darurat.

Di rumah sakit, tanpa Aurel duga, yang bertanggung jawab menangani Luna adalah Dafa. Begitu melihat Luna dilarikan dalam kondisi kritis, hati Dafa langsung bergetar. Ada campuran rasa khawatir dan penyesalan yang tak bisa ia jelaskan. Meskipun ia berusaha tetap tenang dan profesional, ada perasaan berat yang menekan dadanya setiap kali ia menatap wajah pucat Luna. "Luna kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Dafa kepada Aurel saat ia memberikan instruksi kepada perawat.

Aurel yang masih dalam keadaan cemas hanya bisa menggeleng lemah. "Aku nggak tahu. Aku cuma menemukannya pingsan di apartemennya. Sejak pertemuan makan malam itu, dia terus mengurung diri." Dafa menatap Luna dengan ekspresi yang sulit dibaca. Pikirannya bercampur aduk. Selama ini, dia berusaha menjaga jarak dan menahan diri untuk tidak terlibat lebih dalam dengan kehidupan Luna, tapi sekarang, melihat Luna dalam kondisi seperti ini, semua keraguan yang pernah ia rasakan tiba-tiba sirna.

Setelah melakukan pemeriksaan, Dafa memastikan bahwa Luna mengalami kelelahan fisik yang parah dan dehidrasi akibat kurang makan dan stres berlebihan. “Dia akan baik-baik saja, tapi dia butuh waktu untuk pulih,” ucap Dafa dengan tenang, meskipun di dalam hatinya, ia merasa sangat terguncang. Aurel menghela napas lega mendengar penjelasan Dafa. "Syukurlah... Aku takut sesuatu yang lebih buruk terjadi."

Dafa menatap Aurel sejenak, lalu berkata dengan nada serius, "Aurel, kamu harus pastikan Luna tidak mengabaikan kesehatannya lagi. Ini bisa berbahaya kalau dia terus-terusan begini." Aurel mengangguk setuju. "Aku akan lebih mengawasinya. Terima kasih, Dafa."

Saat Dafa meninggalkan ruangan, ia menoleh kembali ke arah Luna yang masih belum sadarkan diri. Ada rasa bersalah yang mengganjal di dalam hatinya. Mungkinkah ini semua terjadi karena dirinya yang menolak perjodohan dan membuat Luna patah hati? Ataukah Luna memang terlalu terbebani dengan semua tekanan di hidupnya sebagai selebriti?

Sementara itu, di ruangan rawatnya, Luna perlahan-lahan mulai siuman, meski tubuhnya masih terasa sangat lemah. Ketika membuka matanya, sosok pertama yang ia lihat bukanlah Aurel, melainkan bayangan samar Dafa yang masih ada di dekat pintu. "Dafa...?" bisik Luna dengan suara parau, matanya masih setengah tertutup.

Dafa, yang mendengar panggilannya, segera menghampiri. "Aku di sini, Luna," jawabnya lembut. Meski suaranya terdengar tenang, ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Luna hanya menatapnya dengan lemah. Dalam hatinya, meski fisiknya terasa sangat lemah, ada sedikit perasaan bahagia karena Dafa berada di sisinya saat dia terbangun. Namun, dia juga merasa malu karena kelemahannya yang membuatnya harus dilihat dalam kondisi seperti ini. "Dafa... maaf... aku... merepotkan..." Luna mencoba berbicara, tapi suaranya hampir tak terdengar.

Dafa menggeleng dengan tegas. "Nggak usah mikirin itu. Yang penting sekarang kamu fokus untuk pulih." Luna menutup matanya lagi, merasa tenang dengan kehadiran Dafa. Di balik segala kerumitan perasaannya, dalam hati kecilnya, Luna merasa mungkin inilah caranya untuk membuat Dafa tetap berada di sampingnya. Namun, Dafa yang menatap Luna dalam diam mulai merasakan dilema baru. Kini, ia tidak hanya khawatir sebagai dokter, tapi juga sebagai seseorang yang mulai memiliki perasaan yang tidak bisa ia abaikan lagi.

***

Setelah beberapa hari dirawat dan mendapatkan penanganan yang intensif dari Dafa, kondisi Luna berangsur-angsur membaik. Tubuhnya yang semula lemah kini mulai kembali bertenaga, dan wajahnya yang pucat perlahan memulihkan warnanya. Meski begitu, di balik senyumnya, Aurel tahu Luna masih menyimpan sesuatu yang belum selesai dalam hatinya.

Suatu pagi, Aurel memutuskan untuk berbicara dengan Dafa secara langsung. Ia merasa sudah waktunya Dafa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Luna selama ini, karena baginya, ini bukan hanya soal kesehatan fisik, tapi juga tentang perasaan Luna yang semakin tak terarah. Aurel menunggu Dafa di ruang istirahat dokter, dan tak lama kemudian, Dafa muncul dengan ekspresi tenang namun lelah setelah shift panjang. "Ada apa, Aurel?" tanyanya, memperhatikan raut wajah serius Aurel.

Aurel menarik napas dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata yang tepat. "Dafa, aku tahu kamu dokter, dan mungkin ini bukan urusanmu, tapi aku harus bicara jujur tentang Luna." Dafa menatap Aurel dengan bingung, namun tetap sabar mendengarkan.

"Selama ini, Luna nggak keluar rumah berhari-hari, bahkan mengabaikan semua pekerjaannya. Dia tidak makan, tidak menerima telepon, dan jelas-jelas terlihat kehilangan motivasi hidupnya," Aurel menjelaskan, suaranya mulai terdengar lebih serius. "Semua itu karena kamu." Dafa tampak terkejut mendengar pengakuan Aurel. "Karena aku?" tanyanya, tidak menyangka dirinya menjadi alasan.

Aurel mengangguk. "Iya, Dafa. Luna benar-benar memikirkanmu sampai-sampai dia jatuh sakit. Penolakanmu waktu makan malam keluarga itu membuat dia merasa terpuruk. Aku tahu kamu mungkin nggak bermaksud begitu, tapi... dia sangat terpukul. Dan aku khawatir, kalau ini terus berlanjut, dia akan hancur." Dafa terdiam sejenak, menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa keputusannya untuk menunda perjodohan itu akan berdampak begitu besar pada Luna. Dalam benaknya, dia hanya mencoba bersikap jujur dan adil, tapi kini dia mulai menyadari betapa dalam perasaan Luna terhadapnya.

"Aurel... aku nggak pernah bermaksud menyakiti Luna," ucap Dafa pelan, suaranya dipenuhi rasa bersalah. "Aku kira dia akan baik-baik saja. Aku pikir dia mengerti kenapa aku butuh waktu untuk berpikir." "Tapi kenyataannya tidak begitu," jawab Aurel dengan tegas. "Luna terlalu dalam menyukai kamu, Dafa. Mungkin kamu belum menyadarinya, tapi dia sudah berusaha keras untuk mendekatimu. Dan sekarang, dia merasa semua usahanya sia-sia."

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!