Menikah belum menjadi prioritas Hasna walaupun dia menyukai anak kecil. Kesukaannya pada dunia kerja mempertemukannya dengan seorang anak yang membuatnya jatuh cinta dan terlibat terlalu dalam dengan Maura. Gadis kecil yang menempel padanya seperti anak koala dan sulit lepas. Tawaran menjadi ibu bagi Maura menjadi hal yang menarik dan menyenangkan, tapi Hasna lupa... Maura memiliki ayah dan kakak perempuan. Menjadi ibu Maura berarti menjadi istri dari Reza dan ibu dari Hujan. Mampukah Hasna menjalani kehidupan dengan 3 orang dengan karakter yang berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skenario yang Gagal
Ting!
Hasna sampai ke lantai 9, jantungnya mulai terasa deg-degan. Bukan karena takut ketemu sama Nenek Sihir tapi kalau bertatapan sama Pak Aswin dia takut merasa gugup, plus ditambah malu. Dulu mukanya dicoret-coret sama Maura dan insiden baju tipis menerawang.
Hufftt koq tidak ada memori yang bagus yah semuanya memalukan. Sudahlah jangan berharap banyak, lagipula dia sudah menikah dan punya anak. Mau keliatan cantik dan baguspun tidak akan mungkin ada kelanjutan. Fokus Hasna fokus....
"Eh... ruangannya Pak Aswin yang mana yah?" Hasna bingung yang dia tahu hanya ruangannya Pak Reza dan Maleficent si Nenek Sihir.. tapi pasti dekat ruangannya Pak Reza kan beliau asistennnya.
Diketuknya ruangan yang pernah ia masuki saat insiden permanent marker.
"Silahkan masuk" terdengar suara Aswin
"Selamat siang Pak" Hasna masuk dengan senyuman tipis, alamaak muka sejuk dan lembut itu sedang duduk di meja ... aroma-aroma syurga dunia.... Hati adek meleleh.
"Mbak Hasna yang bertanggung jawab untuk TOT di Tangerang yah?" tanya Aswin dengan tersenyum
"Iya Pak, ada yang harus saya perbaiki pak, kemarin saya sudah melengkapi semua instrumen untuk kegiatan tersebut" Hasna optimis, dia sudah mengerahkan jiwa raga untuk project pertamanya.
"Silahkan Mbak... Pa Reza ada yang ingin ditanyakan terkait project ini" kata Aswin sambil berdiri ke arah pintu ruangan Reza
"Pa Reza? kata Bu Rika ... Pak Aswin yang mau diskusi?" sanggah Hasna, dia gak mau ketemu Darth Vader itu sudah cukup kemarin ia mengirimkan rekaman cerita untuk Maura, sekarang ia tidak memiliki hutang apapun pada atasannya itu.
"Saya kan asistennya Pak Reza mba Hasna, jadi tidak mungkin Pak Reza langsung yang telepon Bu Rika, silahkan masuk mba... masih ada waktu 1 jam sebelum istirahat" ucap Aswin sambil melihat ke jam tangannya.
Tiba-tiba Aswin muncul perasaan bersalah pada Hasna melihat pucatnya muka Hasna saat disebut harus bertemu dengan Reza, kenapa aku seperti jadi mucikari yang akan mengantarkan anak asuhnya kepada pelanggan tua yah... digagalkan saja yah. Aswin berhenti membuka pintu dia merasa bersalah saat melihat Hasna diam mematung.
"Masuk..." terdengar suara Reza yang terasa lebih keras dan lantang
Mau tidak mau Aswin terpaksa meneruskan membuka pintu.
"Silahkan masuk Mbak Hasna..." Aswin sedikit termenung, mudah-mudahan Reza tidak berlebihan aktingnya.
"Hehhh datang juga akhirnya, sudah saya tunggu dari tadi.... Braaaak" suara tumpukan dokumen yang dilempar ke atas meja.
Hasna terdiam di pintu masuk, apa pula ini pikir Hasna, kayanya mendingan jangan masuk deh, zona perang ginih suasananya.
"Mau menunggu sampai kapan di situ, saya tidak punya waktu banyak untuk mengurusi hal yang gak penting. Jangan menghabiskan waktu saya" teriak Reza
Hasna masuk dengan perlahan, menarik nafas.
"Tadi kata Pak Aswin ada yang harus didiskusikan terkait TOT Company Code of Conduct Pak?"
Hasna berusaha tenang dan bersuara sedatar mungkin, sebetulnya kakinya terasa gemetar tapi dia tidak ingin terintimidasi oleh hal yang belum pasti.
"Tenang Hasna anggap saja orang yang didepan kamu adalah Pitbull galak, jangan tunjukkan rasa takut kita, tetap tenang dan terkendali... selama rantai ada di leher Pitbull dia tidak akan menggigit.... dia hanya akan terus menggonggong dengan keras..." Hasna terus memotivasi dirinya
Hasna berdiri di depan meja Reza
"Pada saat kamu membuat program TOT ini apakah kamu sudah membaca data dari perusahaan yang akan menyelenggarakan kegiatan?"
"Sudah pak"
"Apa yang kamu baca?"
"K3 dari setiap perusahaan, angka kecelakaan kerja, waktu kerja, dan beberapa data lainnya pak"
"Data lain seperti apa?"
"Materi yang biasanya diberikan kepada karyawan atau buruh pak"
"Kemudian kamu langsung menyusun program seperti ini?"
"Ada masalah pak?" Hasna mencoba berusaha tenang "Akan saya perbaiki"
"Gara-gara kamu asal membuat perencanaan, saya harus bekerja malam hari sehingga menghabiskan waktu dan energi saya di rumah, tau kamu?"
"Maksudnya asal bagaimana pak? mohon penjelasannya pak supaya bisa saya perbaiki"
"Apakah kamu tidak menganalisa kalau karyawan disana tidak ada yang memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam melatih orang lain? mana mungkin mereka bisa melatih sesama karyawan kalau mereka tidak biasa melakukan itu... coba kamu pikirkan sebelum mengajukan suatu rancangan kegiatan"
"Bukankah itu maksudnya dilakukan TOT pak? supaya mereka bisa melakukan pelatihan kepada sesama karyawan disana dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki disana"
Hasna memberikan alasan yang masuk akal, tapi mana mungkin membantah Kamvret 1 yang sedang berakting sabun.
"JANGAN MENJAWAB KAMU, yang tahu kondisi pabrik di wilayah itu saya yang sudah bertahun-tahun memimpin mereka dan mendirikan pabrik itu semenjak awal... kamu cuma anak baru lulus, yang bikin rencana tanpa tahu keadaan di lapangan"
"Maaf pak" Hasna langsung menciut... hatinya merasa sakit, ini seperti posisi ujian sidang, apapun jawaban yang diberikan tetap salah, yang betul hanyalah penguji.
Tarik nafas Hasna, air mata jangan menggenang.... jangan menggenang..... tahan..tahan
"Kamu tau gara-gara kamu, saya harus memperbaiki bahan yang kamu kerjakan ini, sudah 3 hari saya mengerjakan analisa ulang sehingga bisa dilakukan.. ditambah dengan ucapan bohong kamu pada anak saya tentang cerita KUMIS yang tidak masuk akal itu.." Reza kembali mengungkit masalah Kumis yang hilang...
"Sekarang saya jadi kurang tidur dan harus mencari cerita yang absurd untuk anak saya karena dia tidak lagi mau mendengar cerita yang saya bacakan dari buku..."
"KAMU HARUS BERTANGGUNGJAWAB"
"1. PERBAIKI DATA INI SEHINGGA BAHANNYA TIDAK TERLALU MEMBEBANI PABRIK'
BUAT CERITA YANG MASUK AKAL SELAMA 7 HARI BERTURUT-TURUT LALU KIRIMKAN PADA SAYA MELALUI VOICE NOTE.... INGAT 7 HARI BERTURUT-TURUT"
"Mengerti kamu"
Hasna diam... dia khawatir kalau menjawab yang keluar adalah suara isakan, ini koq rasanya lebih sakit daripada dimarahin Ayah di rumah, disini Hasna diteriaki dan tidak boleh mengajukan argumen sama sekali.
"Kamu mendengar tidak?"
"Iya pak saya dengar, tadi kan Bapak bilang saya dilarang menjawab" Hasna menjawab lirih, dia menunduk ... airmatanya sudah menggenang.
Pak Sembiring tidak pernah meneriaki ia seperti ini, kalau ada kesalahan palingan hanya diberikan coretan dan diberi waktu untuk memperbaiki.
Terdengar suara ketukan pintu, Kamvret 2 masuk karena merasa skenario mulai terasa berat terdengar di ruangan sebelah. Dan ada Arcy di belakangnya, dia heran mendengar suara Reza yang berteriak dan marah. Ada yang harus ditandatangan oleh Reza sehingga Ia masuk ke ruangannya.
"Ada apa ini, masalah apa lagi yang dibuat anak ini.... gaya kerja di kampung disamakan sama dengan di Jakarta... siapa sih yang sudah rekrut anak ini" Arcy merasa mendapat angin, dari kemarin dia sudah ingin mendepak anak ini.
"Hadeuuuh ini nenek lampir nimbrung aja" dalam hati Aswin semakin merasa bersalah, ia melihat kaki Hasna sudah mulai gemetar.
"Maaf pak sudah mau masuk makan siang, kita akan ada meeting lagi jam 1 jadi jangan sampai terlambat" Aswin segera memotong untuk mengakhiri syuting dadakan ini.
"Ya sudah sekarang, kamu perbaiki bahan ini dan ingat siapkan 7 cerita yang MASUK AKAL kirimkan seperti kemarin, kamu keluar sekarang"
Hasna mengambil bahan yang dilempar Reza di meja, air matanya tanpa sengaja menetes di meja Reza. Tadi Reza tidak melihat muka Hasna karena menunduk. Ia merasa kaget juga melihat ada air mata di mejanya.
Sebelum sempat dia bereaksi Hasna sudah berbalik sambil menunduk dan berlari kecil ke luar ruangan.
"Hahahahhaa... mewek... diapain Pak Reza sampai nangis begitu, baguslah biar gak belagu" Arcy merasa senang melihat Hasna yang terlihat terpukul. Ucapannya masih terdengar oleh Hasna
Aswin menarik nafas, dia tidak menyangka kalau Hasna akan menangis.
"Saya akan liat dulu anak itu Pak permisi" Aswin langsung berbalik menyusul Hasna menuju ke lift. Tapi ternyata Hasna sudah masuk ke lift dan pintu lift sudah mulai menutup. Akhirnya Aswin kembali ke ruangan Reza, dia betul-betul merasa bersalah.
Reza tampak keluar ruangan bersama Arcy,
"Bagaimana ?"
"Sudah turun Pak"
"Ya sudah kita makan saja sekarang, bagaimana lagi... "
"Pak Reza silahkan duluan nanti saya menyusul ke Cafetaria" ucap Arcy
Setelah Arcy masuk ke ruangannya di depan lift. Mereka berdua tampak terdiam, ternyata rencana untuk mendapatkan cerita out of the box jadi keluar dari skenario.
"Tadi apakah saya terlalu keras?"
"Iya pak... teriakannya sampai terdengar keluar, yang di dalam ruangan pasti lebih keras lagi"
"Hmmm.... berlebihan yah....?"
Di dalam lift mereka jadi diam termenung. Hmmm ternyata akting tidak semudah yang mereka kira.
Ting! di Lantai 7 pintu terbuka
Tampak 3 orang sedang berdiri di depan lift. Hasna yang memunggungi lift, Arya dengan muka berkerut dan Maytha yang tampak cemas. Selama beberapa detik mereka berpandangan, pandangan Arya tampak menusuk melihat kepada Reza dan Aswin... genderang perang tampaknya sudah mulai berbunyi.... Dongggggg.... Doooooggggg.... Dooooongggg
Masuk lift gaak yaaa mereka?
apakah bener Buun, dipotong² lagi ceritanyaa
maacieeww Bunaaaa lopee²