Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Saat kehidupan Bimo sedang di landa dengan berbagai musibah. Berbalik dengan kehidupan Laras yang semakin Bahagia dan ceria saja. Hari pernikahan yang dinantikan pun telah tiba, Laras sah menjadi istri dari Wardana. Kehidupan yang dulunya penuh dengan luka juga air mata. Kini berganti dengan tawa dan kebahagiaan akan sikap lembut Wardana yang penuh cinta.
"Mas, mau sarapan dulu atau mandi dulu?" Laras menyentuh lembut pipi sang suami yang baru saja membuka matanya. Tadi setelah sholat subuh, Wardana memutuskan untuk merebahkan diri kembali dan akhirnya tertidur. Lelah karena semalam sudah bekerja keras mereguk nikmatnya madu bersama sang istri. Sedangkan Laras, memilih turun ke dapur untuk menyiapkan menu sarapan.
"Kamu gak capek sayang, kok sudah kerja aja sih, hmm?" Balas Wardana yang meraih pinggang istrinya dan memeluknya erat.
"Capek sih mas, tapi sudah kebiasaan bangun pagi dan beberes. Aku sudah masakin nasi goreng kambing sama capcay, yuk sarapan dulu." Balas Laras dengan tersenyum malu, wajahnya merona kala tangan sang suami kembali menjelajahi tubuhnya.
"Satu jali lagi ya sayang, kamu bikin aku ketagihan." Bisik Wardana yang sudah kembali bergairah saat tubuhnya berdekatan dengan kekasih halalnya.
"Mas, masih pagi juga, kamu gak lapar gitu?" Balas Laras yang berusaha bersikap biasa saja, padahal hatinya sudah tak karuan.
"Lapar, tapi penginnya makan kamu saja." Sahut Wardana yang semakin aktif dengan gerakannya menjelajahi tubuh istrinya. Laras akhirnya pasrah dan membalas sentuhan suaminya. Untuk sekian kalinya mereka kembali mereguk manisnya madu pernikahan.
"Makasih ya sayang, terimakasih sudah membuatku segila ini, love you istriku." Bisik Wardana dengan suara seraknya, tubuhnya mendekap erat sang istri. Hingga akhirnya suara panggilan Luna mengagetkan mereka berdua yang sedang saling melempar tatapan mesra.
"Bun, ada tamu." Teriak Luna dari arah luar kamar.
"Iya, suruh tunggu sebentar ya nak." Balas Laras yang langsung kalang kabut memunguti baju miliknya yang berserakan. Wardana tersenyum geli melihat tingkah istrinya yang nampak menggemaskan di matanya.
"Gak usah buru buru sayang, mau aku mandiin gak?" Goda Wardana sambil menaik turunkan alisnya. Laras justru mencebik dengan mata melotot.
"Kamu ya mas, malah ngeledek." Omel Laras yang langsung lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Laras buru buru mengenakan pakaian dan kerudungnya. Dia penasaran siapa tamu yang berkunjung sepagi ini.
"Siapa sih pagi pagi sudah nyariin istriku, hmm?" Tanya Wardana yang kembali memeluk tubuh Laras dari belakang.
"Aku juga gak tau mas, ini mau aku lihat. Kamu sebaiknya segera mandi dan turun ke bawah untuk sarapan." Balas Laras lembut, membalikkan badannya menghadap ke arah suaminya yang menatapnya penuh cinta.
"Aku turun dulu ya, aku tunggu di bawah." Lanjut Laras dengan menyentuh wajah suaminya yang justru mencium bibirnya.
"Mas, sudah ah. Gak enak di tungguin sama orang." Protes Laras dengan wajah cemberut, Wardana terkekeh dan akhirnya melepaskan pelukannya.
Laras turun dan berpapasan dengan Luna yang terlihat membawa piring.
"Tamunya siapa yang nyari ibu, Lun?" Tanya Laras menatap andk gadisnya yang sudah rapi dengan seragam sekolah nya.
"Oh itu, ada mas Miran juga istrinya." Balas Luna dengan wajah biasa saja. Laras langsung menghirup udara sebanyak mungkin saat mendengar dua orang yang disebutkan putrinya.
"Ibun gak usah takut lagi, kan sudah ada papa Wardana. Kalau mereka macam macam dan jahat, papa Wardana pasti gak akan tinggal diam. Luna mau makan dulu ya Bun, takut telat ke sekolah." Sambung Luna yang sudah begitu hafal bagaimana watak keluarga dari ayahnya.
"Iya sayang, kamu gak usah khawatir soal itu. Insyaallah ibu bisa mengatasinya, yasudah sana sarapan. Bekalnya susah ibu siapkan juga, ibu taruh di atas meja." Balas Laras sambil mengusap lembut kepala putrinya yang tertutup jilbab.
"Iya Bun, susah Luna masukin ke dalam tas juga." Balas Luna, lalu berjalan memasuki kamarnya dan sarapan disana sambil melihat film kartun kesukaannya. Laras kembali meneruskan langkahnya, nampak dua pasang manusia yang sangat Laras kenal terlihat menatapnya dengan tatapan aneh.
"Maaf lama, tadi masih mandi. Ada apa, apa ada yang penting kok tiba-tiba datang kesini pagi pagi begini?" Sambut Laras yang tak ingin basa basi. Miran dengan gaya angkuhnya terlihat tersenyum tipis, sedangkan Saroh memasang wajah sok akrab dengan tersenyum ramah.
"Gak papa kok mbak, pengin bersilaturahmi saja. Dan sepertinya mbak Laras sekarang sudah banyak duit ya, bisa bangun rumah bagus begini. Sekarang kerja dimana mbak?" Sahut Saroh yang berusaha untuk ramah dan sok akrab.
"Alhamdulillah, aku gak kerja cuma di kasih kepercayaan untuk mengelola kos kosan saja." Sahut Laras sedikit malas, tapi tetep berusaha bersikap baik pada dua orang yang sering menghinanya sewaktu masih menjadi istrinya Bimo.
"Wah pantesan, gimana kabar mba Laras? Emak sakit sudah lebih dua bulan, mbak Laras gak ada niat buat jenguk gitu?" Sambung Saroh dengan wajah yang terus mengukir senyum palsunya.
"Alhamdulillah kabar aku baik, semoga emak cepat sehat ya, dan maaf aku masih belum bisa jenguk karena masih sibuk." Balas Laras santai meskipun hatinya tengah menahan kesal.
"Mbak Laras gak berniat untuk rujuk sama mas Bimo? Gak enak loh mbak jadi janda itu, apa apa harus sendirian. Apa lagi sekarang kamu sudah banyak uang, apa gak takut sama orang yang akan berniat buruk karena mbak itu janda?" Kembali Saroh mengeluarkan kalimat seenaknya sendiri, Laras semakin tidak nyaman.
"Aku gak mungkin rujuk sama Bimo, karena itu sudah masa lalu yang tidak akan pernah kembali. Lagi pula aku sudah menikah dan Alhamdulillah suamiku sangat baik dan sangat menghargai aku sebagai seorang istri." Balas Laras dengan senyuman lebar, membuat Saroh dan Miran langsung melongo tak percaya.
"Nikah, maksudnya mbak Laras susah menikah lagi gitu?" Tanya Miran mengulang ucapan, berharap apa yang dia dengar itu salah. Karena dia sudah berharap banyak untuk menjadikan Laras istrinya Bimo lagi, agar Laras mau membantu ekonomi keluarganya yang sedang hancur.
"Ya itu benar, dan kenalkan nama saya Wardana, saya suami Laras." Tiba tiba Wardana muncul dengan suara bariton nya. Saroh menatap tak percaya ke arah laki laki yang mengaku suaminya Laras. Di mata Saroh Wardana terlihat sangat tampan dan sempurna sebagai laki laki.
"Wah ganteng banget suami kamu, mbak." Cerocos Saroh tanpa sadar dan mendapatkan delikan kesal dari Miran.
"Jadi mbak Laras beneran sudah nikah lagi?" Tanya Saroh yang belum bisa mengalihkan pandangannya pada Wardana yang sudah duduk tepat di samping Laras.
"Iya, Alhamdulillah dan ini suamiku, mas Wardana." Balas Laras dengan tersenyum dan menatap hangat pada suaminya yang juga tengah menatapnya. Miran mengusap wajahnya kasar, harapannya pupus sudah dan emaknya juga pasti akan kecewa karena tidak bisa memanfaatkan Laras sesuai rencana mereka.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..