Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Pernikahan Akbar
Bahkan Pangeran dari wilayah Timur juga ingin datang dalam upacara pernikahan tersebut, Alena jelas senang mendapat tanggapan baik tersebut. Meski dia tak mendapat dukungan dari para Bangsawan sekalipun, upacara pernikahannya pasti akan berjalan dengan meriah.
“Aku tak percaya bila aku akan bekerja lebih keras di hari sebelum pernikahan diadakan.” Gumam Mattias, Alena juga mengangguk. Namun ternyata di sisi lain ada orang yang bekerja lebih keras dari keduanya, dia adalah Elena.
Susah payah dia mencari gaun, mempelajari etika. Dan bersiap berganti gaun dan berdiri beberapa jam hari itu. Hingga akhirnya upacara pernikahan yang sangat menggegerkan itu dilangsungkan.
Raja sudah siap dengan pakaian resminya, begitupun dengan Duke Arganta dan seluruh Bangsawan di Kerajaan tersebut. Para Rakyat di wilayah kekuasaan Mattias juga memenuhi jalan parade dengan tarian yang meriah.
Alena melihat semuanya dengan senyuman haru dari kamarnya, gaun putih yang kini dia kenakan nampak membuat penampilannya nampak sempurna. Rambut merahnya yang menyala, Mattias memasuki kamar Alena.
“Astaga,” Gumam Mattias melihat betapa cantiknya Alena hari itu. Alena tersenyum dan mendekati Mattias, dia menggenggam tangan Mattias dan tersenyum.
“Apa aku cantik?” Tanya Alena, Mattias merasakan kedua pipinya merona hebat dan mengangguk.
“Bisakah anda menutupi wajah anda, saya tak rela bila orang lain melihat kecantikan anda.” Bisik Mattias, Alena terkekeh mendengarnya dan menutup wajahnya dengan kain tipis.
“Yah, begini lebih baik.” Ucap Mattias, hingga Suara ketukan pintu terdengar.
“Tuan Duke dan Nyonya Duchess, acara akan segera dimulai. Tuan Duke dapat keluar lebih dahulu.” Ucap seorang Pelayan, Mattias tersenyum dan mengecup kening Alena.
Alena merasakan pipinya memerah, licik sekali Mattias pikirnya. Dia tak ingin wajah Alena diperlihatkan pada orang, namun wajah tampan Mattias justru akan dipamerkan begitu saja hari ini.
Mattias memasuki altar pernikahan, tak disangka begitu banyak Bangsawan yang berada di ruangan tersebut. Mattias tersenyum melihat dukungan mereka pada Mattias, ada pula Raja dan juga Duke Arganta yang duduk di barisan terdepan, bersama dengan Pangeran Mahkota kerajaan Timur.
“Pengantin wanita memasuki altar.” Ucap seorang penjaga, dua orang gadis kecil penabur bunga tiba. Bersamaan dengan Alena yang memasuki ruangan, langkahnya mantap dengan senyuman di bibirnya. Matanya hanya tertuju pada Mattias seorang.
Alena berjalan dan Mattias nampak tak sabaran hingga saat sudah akan sampai, Mattias turun dan mengulurkan tangannya. Tamu undangan menjadi gempar karenanya, termasuk Raja dan Duke Arganta. Yang awalnya merasa terharu, kini justru terkekeh melihat sikap dari Mattias.
“Duke Mattias sangat tidak sabaran ya?” Bisik seorang Bangsawan terkekeh, sedangkan yang lainnya juga ikut berbisik.
“Di hadapan Dewa yang agung, hari ini Duke Ma-”
“Tunggu!” Mattias menghentikan ucapan dari Paus Agung, Paus Agung terdiam menatap Mattias.
“Hari ini aku akan kembali memikul gelar Pangeran sekaligus Duke Mattias,” Ucap Mattias, Paus Agung tersenyum puas.
“Baiklah, dihadapan Dewa yang agung. Hari ini Pangeran Duke Mattias dan Lady Alena Arganta resmi menjadi suami istri.” Ucap Paus Agung, Alena dan Mattias tersenyum dan Mattias sedikit membuka penutup wajah Alena.
Keduanya tanda tangan di atas batu suci yang telah diberkati, Mattias tertawa dengan sangat bahagianya. Dia menarik lengan Alena hingga mereka kini benar-benar saling berhadapan.
“Saya mencintai anda, Alena.” Bisik Mattias mengecup bibir Alena, semua tamu terkejut melihatnya. Bahkan Bangsawan yang membawa anak kecil menutup mata anak mereka.
“Astaga bocah ini!” Ucap sang Raja, dia merasa malu pada dirinya sendiri. Entahlah gen siapa yang membuat dia menjadi seperti sekarang, namun dia sangat malu melihat tingkah Mattias.
Tepuk tangan meriah akhirnya terdengar dari seluruh penjuru, Alena tersenyum dan arak-arakan akhirnya akan dilakukan. Para warga yang berada jalanan sudah menyambut mereka dengan sukacita.
Sedangkan di sisi lain, seorang pendeta terdiam memperhatikan ruangan yang sunyi tak ada penghuni, hanya ada beberapa pelayan dan juga sepasang pengantin di hadapannya.
“Kemana ayah mu?” Tanya Pangeran Mahkota menggertak Elena yang telah tampil cantik dengan gaun putihnya.
“Sabarlah Pangeran, mungkin sebentar lagi dia datang.” Bisik Elena, Pangeran Mahkota mengepalkan tangannya. Dia akhirnya meminta Pendeta untuk segera membacakan do’a dan mengesahkan pernikahan mereka saja.
Kini senyum terukir di bibir Elena, meski dirinya dibuang dari keluarga Arganta. Namun ternyata dia cukup banyak memiliki keberuntungan, kini dia dapat bersanding di samping Pangeran Mahkota dan menjadi Putri Mahkota.
Putri Mahkota, agaknya status yang lebih baik dibandingkan dengan menjadi Putri seorang Duke, karena di masa depan dirinyalah yang akan menjadi Ratu Kerajaan tersebut. Wanita yang paling mulia di Kerajaan, dan Elena amat senang membayangkannya.
“Pangeran, akankah kita mengadakan pesta malam ini?” Tanya Elena tanpa tahu malu, Pangeran Carli mengepalkan tangannya. Boro-boro mengadakan pesta, dalam upacara pernikahan itu saja tak ada Bangsawan kelas atas yang datang dan hanya ada perwakilan saja.
“Lakukan apapun yang kau inginkan!” Ucap Pangeran Carli setelah bersumpah dihadapan Dewa, Pangeran Carli memilih kembali ke Istana dan masuk ke dalam kastilnya sendiri.
Saking marahnya Pangeran Carli, dia sampai tak melihat nama Elena yang kini tertera dalam batu suci. Elena kini tak lagi menggunakan marga Arganta.
“Dia bilang lakukan apapun yang aku inginkan bukan? Haah, senangnya jadi Putri Mahkota.” Ucap Elena terkekeh, dia masuk ke Istana dengan kereta kuda khas Putri Mahkota.
Istana kala itu sangat sepi, dan hanya ada beberapa pengawal, dan juga pelayan. Serta tukang kebun yang tengah membersihkan taman. Semuanya menunduk di hadapan Elena, siapa lagi yang tahu mengenai kabar dua pernikahan yang telah menggegerkan seluruh Kerajaan.
“Apa anda tahu, Putri Mahkota sekarang adalah rakyat biasa.” Bisik seorang Pelayan pada rekannya yang lain.
“Benarkah? Bukankah Putri Mahkota adalah Putri kedua Duke Arganta?” Tanya rekannya, pelayan itu nampak menggelengkan kepalanya.
“Kau salah besar, aku sempat melihat Duke Arganta masuk ke Kuil. Dia nampak tergesa-gesa dan mengatakan pada pendeta bila dia akan membatalkan ikatan antara dirinya dan juga Putri Mahkota.” Ucap seorang Pelayan yang sering datang ke Kuil untuk mengambil air do’a.
“Benarkah? Berarti Putri Mahkota bukanlah Putri Duke Arganta?” Tanya Pelayan lainnya ikut mengobrol, semua orang kini nampak berargumen dengan spekulasi yang mungkin saja benar.
Hingga Elena akhirnya melintas dan mendengar percakapan tersebut, Elena merasa sangat marah. Dia mengepalkan tangannya dan menjambak salah satu Pelayan yang tengah membicarakan dirinya.
“Beraninya kalian menyebarkan rumor tentang seorang Putri Mahkota! Apa kau tak tahu statusmu sekarang!” Pekik Alena melempar pelayan itu pada genangan air bekas cuci pakaian.
“M-maafkan kami Putri, kami akan lebih berhati-hati.” Ucap seorang Pelayan menunduk patuh, namun dia tetap mengangkat wajahnya seolah menentang Elena.
“Berani sekali kau mengangkat wajahmu dihadapanku hah!” Pekik lagi Elena, tangannya kembali menjambak rambut wanita tersebut. Namun wanita itu berontak dan tak terima, dia balik menjambak Elena.
“Kau! Beraninya kau melawan Putri Mahkota!” Teriak lagi Elena, wanita itu membenarkan Pakaiannya.