Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Menyelamatkan Rena
Semua orang yang baru saja sampai memandang kesebuah rumah yang dicarportnya terparkir sebuah mobil.
"Mobil itu pak yang membawa ibu Nina secara paksa"
Supir Nina yang baru keluar dari mobil mewah yang tadi ditumpangi oleh bos Anggara dan papanya Nina memberitahu mengenai mobil yang ada dicarport.
Sejenak para polisi dan orang tuanya Nina berbicara. Entah apa yang sedang mereka bicarakan karena Aku tidak mendengarnya.
Tak lama kemudian sebagian anggota polisi tadi berpencar mengepung rumah itu. Sedangkan sebagian lagi sepertinya akan menggeledah rumah tersebut untuk mengetahui keberadaan Nina dan anaknya.
Beberapa kali salah satu diantara anggota polisi itu menanyaiku secara bergantian. Mereka memintaku menceritakan bagaimana aku melihat Nina yang ditarik masuk mobil dengan paksa oleh Andrea setelah mereka berada diparkiran mobil.
Aku mencuri pandang kearah papa Nina yang tengah memandangku dengan rasa bersalah. sepertinya dia menyesal karena telah mencurigai bahwa akulah yang telah membawa kabur Nina.
Saat beberapa orang polisi hampir mengetuk rumah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian Andrea. tiba-tiba ponsel papa Nina yang tadi dipanggil pak polisi dengan nama pak Hamidan. Ternyata aku baru tahu kalau papa Nina bernama Hamidan, tadi siang waktu kami berkenalan beliau tidak menyebutkan namanya.
"Halloooo"
Pak Hamidan langsung mengangkat telepon dan tidak lupa beliau meloud speaker dengan suara pelan namun terdengar sampai ketempat aku duduk yang jaraknya sekitar empat meter.
Aku terus memperhatikan Papa Nina dan berusaha mendengar siapa. gerangan yang menelponnya, hingga lelaki setengah baya itu terlihat panik.
"Papa.....Nina diculik Andrea, dia mau minta tebusan pada papa. Pa...tolong Nina ditebus saja pa, Nina takut disakiti oleh Andrea, kasian juga si Rena, dia menangis terus. pakai uang papa dulu ya, nanti Nina ganti"
Suara Nina terdengar serak, sepertinya dia baru saja menangis. Samar-samar juga terdengar tangisan Rena yang membuat hatiku terenyuh. Aku sangat khawatir dengan bayi cantik itu, aku takut Andrea ayah kandungnya tega menyakitinya.
ingin rasanya aku berlari menuju kerumah itu dan mendobrak pintunya untuk menyelamatkan dua wanita yang sangat aku cintai. Tapi aku sadar kalau itu aku lakukan, semua orang pasti akan menyalahkanku karena dianggap tidak menghargai pihak yang berwajib. Lebih baik aku berusaha diam dan menahan diri menunggu polisi melakukan aksinya.
Kudengar Nina menyebutkan sejumlah uang untuk menebus dirinya pada sang penculik yaitu Andrea .
Setelah papa Nina selesai melakukan panggilan dengan Nina, beliau langsung berunding dengan beberapa polisi, ada juga polisi yang sedang berkoordinasi dengan temannya yang tadi berangkat untuk mengepung rumah yang saat ini ada Nina, Andrea dan Rena didalamnya.
Tak lama kemudian papa Nina mengeluarkan sebuah koper dari dalam mobilnya dan kami melangkah bersama-sama menuju rumah itu. Polisi tiba-tiba menghampiriku dan bos Anggara lalu meminta aku dan bos Anggara untuk menunggu dimobil saja, karena mereka takut terjadi sesuatu pada diri kami karena kami tidak dilengkapi dengan senjata.
Aku dan bos Anggara tentu hanya mengangguk saja, namun secara diam-diam kami mengikuti mereka dengan menjaga jarak aman agar tidak ketahun. Aku dan boa Anggara bukannya tidak patuh pada perintah pihak yang berwajib. Namun kami berdua takut ada sesuatu yang terjadi diluar perhitungan mereka.
Kami terus mengawasi apa yang dilakukan polisi dan papa Nina. Kini mereka telah ada diteras rumah itu, papa Nina segera menelpon seseorang, mungkin dia menelpon Andrea kenomor yang digunakan Nina untuk menghubungi tadi. Beberapa saat kemudian, pintu rumah itu terbuka.
Kulihat Nina dengan tangan terikat berjalan keluar, sementara dibelakangnya seorang lelaki berpenampilan kusut dengan rambut sedikit gondrong dan jambang yang tidak terawat. Lelaki itu menodongkan pistol tepat dikepala Nina. Nina dengan bibirnya yang terlihat pucat sekali berjalan dengan hati-hati keluar dari rumah itu sambil sesekali menengok kebelakang.
ternyata dibelakangnya ada Andrea yang menggendong Rena yang terus menangis histeris sambil terus meronta. Andrea juga memegang sebuah pistol yang ditodongkan segala arah.
"Aku mohon jangan sakiti anakku, kalian boleh minta apa saja, yang penting jangan sampai Rena tersakiti, " Nina terus terisak.
"Lemparkan uangnya"
Teriak lelaki yang dari tadi menodongkan pistol itu. Papa Rena langsung melemparkan uang yang ada dalam koper itu dan secara bersamaan lelaki itu mendorong tubuh Nina kearah papanya.
"Andrea aku mohon kembalikan Rena padaku, tadi kamu sudah janji akan mengembalikan dia padaku"
Nina terlihat mengiba, dia memohon agar Rena diserahkan padanya. Jujur....nyeri rasanya dada ini menyaksikan seorang ibu yang sangat mengasihi buah hatinya harus dipisahkan dengan begitu kejam.
"Ha... ha...kamu fikir aku bodoh menyerahkan anak ini Nina, kamu tahu dia adalah tambang emas bagiku, tentu aku akan sangat rugi jika harus menyerahkan dia kepadamu," teriak Andrea dengan lantang, sepertinya dia tidak tahu kalau polisi tengah mengepungnya.
Dorr!...doorr!
secara tiba-tiba salah satu polisi melepaskan tembakan ke udara.
"Serahkan bayi itu, atau kami akan menembakmu, kalian sudah kepung oleh polisi.
Andrea terlihat panik dan saat itu juga dia langsung menodongkan pistol itu tepat pada kepala Rena. Aku sangat shock melihat pemandangan itu. Ternyata Andrea benar-benar kejam. Bisa-bisanya dia akan mencelakai darah dagingnya sendiri. Setan mana gerangan yang telah bersemayam dihatinya hingga begitu tega dia melakukan hal itu.
"Jangan sakiti dia Andrea, aku mohoon.... lebih baik kamu bunuh saja aku, asal jangan kamu sakiti dia"
Kulihat Nina berteriak histeris, sakiiit sekali rasanya melihat orang yang aku cintai berurai air mata. Tanpa fikir panjang aku diam-diam menyelinap hingga kini posisiku tepat berada dibelakang Andrea.
"Lihatlah Andrea dia menangis. apa kamu tidak kasian pada darah dagingmu sendiri. Apa tidak ada sedikit pun rasa sayang dihatimu untuk dia Andrea, aku mohon kembalikan dia biarkan aku merawatnya dan menyayanginya"
Nina bersujud dihadapan Andrea, wanita yang aku cintai terus memohon sembari menangis membuat dadaku terasa sakit.
"Aku akan menambahkan uang itu Andrea asalkan kamu bersedia mengembalikan dia. Kasian dia harus berpisah dengan ibunya," papa Nina juga ikut mengiba.
Rasanya aku sudah tidak tahan melihat pemandangan memilukan yang ada di depanku. Dengan sekali terjang aku langsung merebut Rena yang tengah menangis histeris kemudian secepat kilat aku menedang Andrea hingga tersungkur sembari berteriak.
"Polisi tangkap dia"
seketika itu juga kudengar polisi melepaskan tembakan kearah kaki Andorra dan beberapa polisi langsung menangkap lelaki itu.
Sekilas aku melihat kearah bos Anggara yang memberikan kode bahaya kepadaku, namun aku lambat memahaminya. Lelaki yang tadi menodongkan pistolnya kearah Nina ternyata sedang membidigkan pistolnya, sepertinya dia tengah mengincar bagian dadaku. ,
Duoor!!!
Aku berusaha menghindar dengan menggulingkan tubuhku kearah samping sambil memeluk Rena. Namun gerakanku sepertinya terlambat, peluru itu telah mengenai dada sebelah kiriku. Aku masih mendengar Nina berteriak histeris memanggil namaku, namun setelah itu dunia terasa gelap.
******
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪