Kegagalan dalam membina rumah tangga dengan Alven, membuat Tamara memilih untuk hidup menjadi seorang single mom, membesarkan buah hatinya.
Sebuah Pengkhianatan sang suami membuat Tamara harus menelan pil pahit hidup dalam kesusahan. Karna dirinya hanya seorang ibu rumah tangga. Tapi, saat perpisahannya dengan Alven membuat Tamara mau tidak mau, harus banting tulang, untuk menafkahi putrinya seorang diri.
Hingga pertemuan tak terduga dengan seorang pria bernama Regen Aditama. Yang kondisinya, sangat mengenaskan akibat kecelakaan tunggal yang ia alami.
Tamara berusaha mengeluarkan tubuh Regen dari mobilnya yang sudah mau terbakar.
Bagaimana kisah hidup Tamara setelah pertemuannya dengan Regen?
Dan bagaimana Perjuangan Tamara menafkahi sang putri pasca ditinggal nikah oleh sang suami? yuk simak ceritanya di "Jodoh kedu."
original by Morata
dilarang keras plagiarisme.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. PESAN WHATSAPP TAK DI BALAS
Tamara, Cia, dan Marissa membiarkan Alven dengan Soraya menikmati menu makan siang yang dihidangkan di cafe itu.
Saat Tamara, Cia dan Marissa hendak keluar dari Cafe., karena mereka telah menyelesaikan makan siang Alven melihat keberadaan mereka. Tapi sepertinya Alven tidak peduli walaupun ia sudah melihat Cia bersama Tamara dan Marissa.
"Ma, papa benar benar tidak peduli sama Cia, walaupun Cia sudah dilihat papa." ucap Cia sambil air matanya membasahi pipi tembam Cia. membuat Marisa tidak tega melihat putri sahabatnya itu mengaharapkan kasih sayang dari ayahnya.
" Lihatlah dasar laki-laki tidak punya akhlak! sudah jelas-jelas dia melihat keberadaan Cia di sini. Tapi Dia pura-pura tidak mengenal dan melihat Cia.
"Dasar laki-laki tidak punya akal sehat sama sekali, Aku harap dia akan mendapat balasan atas apa yang ia perbuat terhadap kamu dan Cia. Aku lihat dia memang tidak memiliki tanggung jawab sama sekali kepada kamu dan juga Cia. Oke, kalau sama kamu Tidak masalah. Karena memang kalian sudah bercerai, Tapi Cia itu darah dagingnya sudah sewajarnya dia menafkahinya." ucap Marissa karena sudah sangat emosi melihat sosok lelaki yang menjadi mantan suami sahabatnya itu.
Tamara hanya diam. Lalu ia menggendong putrinya agar lebih cepat berjalan keluar dari Cafe. Tak Ingin rasanya ia lama-lama melihat keberadaan Alven dan Soraya di sana.
" Sudahlah! marah-marah juga tidak akan ada gunanya. lebih baik kita pulang, dan Rileks aja. Aku saja tidak aku pikirkan lagi. Biarkan saja, Allah maha melihat, Allah maha mengetahui segala apa yang kita perbuat." ucap Tamara kepada Marisa. sambil langsung naik kedalam mobil marissa dan mereka meninggalkan cafe menuju rumah yang selama ini di tempati Tamara dan Cia.
Sementara di tempat lain, kondisi kesehatan Regen sudah semakin membaik. Mungkin dua atau tiga hari lagi dia sudah kembali bisa beraktivitas di kantor Aditama group.
Tuan Aditama menghampiri putranya yang sedang duduk di gajebo sembari mengotak-atik ponselnya.
" Bagaimana keadaan kamu? Apa kamu sudah baik-baik saja? Apakah masih terasa sakit? " tanya Tuan Aditama kepada Regen Sang putra.
" Papa tidak perlu khawatir. Regen sudah baik-baik saja. Syukur ada Tamara yang menyelamatkan aku saat itu. kalau tidak ada Tamara entah apa yang sudah terjadi. Mungkin kita sudah tidak bisa bertemu lagi pa. " ucap Regen kepada Tuan Aditama. Tuan Aditama menganggukkan kepalanya lalu meraih tubuh putranya ke pelukannya.
"Jujur ketika mendengar kabar kecelakaan kamu Papa sangat khawatir akan kondisimu. Kamu tahu sendiri kita kehilangan Mama, karena kecelakaan juga yang merenggut nyawanya. Hal itu yang membuat Papa semakin mengkhawatirkan kondisimu,saat itu. Apalagi saat mengetahui kabar kalau mobil yang kamu kenderai itu hangus terbakar.
" Bagaimana, apa kata Tamara? Apa kamu sudah meminta kepada Tamara kalau dia akan datang ke rumah ini? tanya Tuan Aditama kepada Regen.
" Tamara belum membaca pesan Whatsapp Ku Pa, dan aku hubungi juga tidak diangkat. Mungkin dia saat ini sedang sibuk." ucap Regen kepada Tuan Aditama, karena memang benar sedari tadi sudah beberapa pesan Whatsapp dikirim Regen, dan Ia juga sudah menghubungi Tamara beberapa kali. Tetapi tak ada jawaban sama sekali.
Mungkin karena saat ini Tamara sedang tersulut emosi, melihat keberadaan Soraya dan Alven di cafe yang sama dengan mereka, tetapi tidak peduli dengan keberadaan Cia di sana, sehingga dia tidak mengetahui kalau Regen mengirimkan pesan Whatsapp ke layar ponselnya.
" Ya sudah, tidak apa-apa. Mungkin juga Tamara sedang sibuk Saat ini. Apalagi dirinya seorang single Mom. Apalagi Ayah dengar Alven sama sekali tidak peduli dengan putrinya dan dia sama sekali tidak memberikan nafkah kepada Cia Semenjak mereka bercerai, itu artinya Tamaralah yang berjuang untuk menafkahi putrinya dan juga menyekolahkannya kelak." Tuan Aditama memberitahu. Membuat Regen pun merasa Iba mendengar cerita dari Tuan Aditama kalau selama ini Tamaralah yang berjuang untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari.
****
" Seru juga ya Ngerjain tuh orang, Jujur aku kesal melihat lelaki seperti itu yang tidak bertanggung jawab kepada putrinya. Ya walaupun mereka sudah bercerai, Ya setidaknya tanggung jawab dong sama benihnya yang sudah terlahir dari rahim Kak Tamara. tapi sampai saat ini aku dengar si Alven tidak pernah memberi nafkah kepada putrinya. Justru kaK Tamara yang berjuang untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari. " ucap Evi tampak geram membayangkan sosok Alven. Ia ingin mencabik-cabik pria itu, pria yang tidak punya akhlak yang tega menghianati dan membuat Kakak angkatnya itu menderita.
"Kamu masih memiliki rencana?" tanya Januar kepada Evi.
"Aku Masih memikirkan rencana apa yang akan aku lakukan untuk melampiaskan kekesalanku atas pengkhianatannya yang dilakukan manusia durjana itu terhadap Tamara dan juga penderitaan yang dialami oleh kak Tamara." ucap Evi sambil terkekeh.
Sedangkan Januar yang juga tampak kesal melihat Alven yang sama sekali tidak bertanggung jawab kepada putrinya. Bahkan ia mendengar sendiri Alven ingin merebut rumah yang ditempati oleh Tamara. Padahal Januar sendiri mengetahui kalau rumah itu Tamara beli dengan uangnya sendiri, sebelum Alven dan Tamara menikah. Januar dan Evi berusaha agar rencana Alven dan Soraya yang ingin merebut rumah Tamara, tidak berhasil mereka rebut."
BERSAMBUNG.....
amatiran bener, belum 12 jam sdh ketahuan 😂