"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35. Kesepakatan Kedua Belah Pihak.
Arion masuk ke dalam ruang kerjanya dan langsung menyiapkan perjanjian pernikahan sesuai dengan apa yang Zeva inginkan. Walaupun hatinya terasa hancur, tetapi dia tetap bertahan demi satu kemenangan yang akan terjadi nanti.
Setelah selesai, dia kembali menemui Zeva yang masih terdiam di ruangan itu. Terlihat wanita itu sedang melamun, mungkin sedang memikirkan masa depan yang sangat bahagia bersama kekasihnya.
Zeva menghentikan lamunannya saat mendengar derap langkah, dia lalu melihat ke arah samping di mana Arion sedang mendekat ke arahnya dengan membawa selembar kertas.
"Bacalah!" Arion meletakkan kertas yang dia bawa ke atas meja, lalu duduk tepat di hadapan sang istri.
Zeva mengambil kertas itu lalu membacanya dengan serius, sementara Arion memperhatikan wajah wanita itu dengan tajam.
Perjanjian.
Pihak pertama : Arion Lavaro
Pihak kedua : Zevanea Laudrix
Melalui perjanjian ini, pihak pertama dan pihak kedua sepakat untuk berpisah setelah 1 tahun pernikahan. Sebelum perpisahan, hubungan kedua belah pihak akan terjalin dalam ikatan pertemanan.
Sebelum perpisahan terjadi, baik pihak pertama dan pihak kedua berhak untuk ikut campur dalam masalah pribadi. Termasuk dengan pasangan masing-masing, kedua belah pihak harus saling menghargai dan tidak melukai hati maupun fisik pihak lain.
Tidak ada orang lain selain pihak pertama dan pihak kedua yang mengetahui tentang perjanjian ini, tidak terkecuali siapapun orangnya.
Di tanda tangani oleh pihak pertama dan pihak kedua.
"Bagaimana? Apa kau keberatan dengan isinya?"
Zeva menggelengkan kepala, baginya isi perjanjian itu sangat adil dan tidak menyulitkannya ataupun Arion. Tanpa mengatakan apa-apa, dia langsung menandatangani perjanjian itu dan kembali meletakkannya di atas meja.
"Aku setuju."
Arion tersenyum simpul, kemudian dia juga melabuhkan tanda tangan di atas kertas putih itu. "Simpanlah!" Dia memberikan kertas itu pada Zeva.
"Lebih baik kau saja yang menyimpannya, maka kertas itu akan jauh lebih aman."
Arion menganggukkan kepala lalu beranjak dari tempat itu, dia akan kembali ke ruang kerja untuk menyimpan perjanjian mereka.
"Lalu, ba-bagaimana dengan tidur?"
Langkah Arion terhenti mendengar ucapan Zeva. "Tidur?" Keningnya berkerut dalam.
Zeva mengangguk dengan wajah memerah. "Ki-kita kan sudah membuat perjanjian, ja-jadi tidak bisa tidur bersama. Bu-bukannya aku berpikir macam-macam, hanya saja-"
"Aku mengerti. Kau bisa memakai ruangan yang ada di samping kanan ruang kerjaku," ucap Arion, lalu kembali melanjutkan langkah menuju ruang kerja.
"Ruangan yang itu? Ta-tapi bukannya itu gudang?" Zeva ikut melangkahkan kaki menuju ruangan yang Arion katakan. Dia membuka pintu ruangan itu dengan pelan, dan membukanya lebar agar bisa melihat isi di dalamnya.
"Wah." Zeva tercengang saat melihat isi ruangan tersebut. "Dasar, bisa-bisanya dia berbohong kalau tidak ada lagi kamar di apartemen ini!" Dia bedecak kesal saat melihat bahwa ruangan itu adalah kamar.
Dia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke dalam kamar tersebut, agar tidak susah ke sana kemari jika perlu sesuatu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Arion saat baru saja masuk ke dalam kamar. Terlihat ada beberapa pakaian yang berserakan di atas lantai, juga ada beberapa barang-barang lain yang sengaja di keluarkan dari lemari.
"Aku ingin memindahkan barang-barangku. Mulai malam ini, aku kan tidur di kamar sebelah," jawab Zeva sambil membereskan pakaiannya.
Arion terdiam sambil menatap semua itu. Sebenarnya dia tidak ingin tidur terpisah, tapi memang inilah yang harus dilakukan agar rasa cinta yang ada dihatinya segera menghilang.
"Ini sudah sangat malam. Kau bisa menyusunnya besok, dan untuk malam ini tidurlah di sini."
Zeva yang sedang duduk lesehan di atas lantai mendonggakkan kepala ke arah Arion. "Ke-kenapa aku harus tidur di sini?" Dia tidak mau nantinya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Anggap saja sebagai perpisahan. Mulai besok kamar kita akan terpisah, dan malam ini aku ingin tidur sambil memelukmu."
Deg. Jantung Zeva langsung berdetak kencang dengan wajah memerah, bisa-bisanya Arion mengatakan semua itu tanpa beban sama sekali.
"Kau tidak mau?" tanya Arion sambil menatap Zeva dengan tajam.
Zeva yang merasa tidak bisa menolak langsung menganggukkan kepala. "Ba-baiklah. Malam ini aku akan tidur di sini, dan mulai besok aku akan tidur di kamar sebelah."
Arion menganggukkan kepala. "Tentu saja." Dia berjalan ke arah ranjang dan duduk di sana. "Sekarang ayo tidur, besok kita masih harus bekerja." Dia mulai membaringkan tubuh di atas ranjang.
Zeva langsung menyingkirkan pakaian-pakaian yang berserakan, lalu berjalan untuk mematikan lampu dan naik ke atas ranjang.
Dia memiringkan tubuh ke arah dinding dan enggan untuk menghadap ke arah Arion, entah kenapa dia merasa gugup dan gelisah padahal sudah 2 bulan lebih mereka selalu tidur bersama.
Grep. Tubuh Zeva mendadak jadi tegang saat tangan Arion melingkar di perutnya, bahkan saat ini napas laki-laki itu menyapu tengkuknya membuat bulu kuduk langsung merinding.
Zeva berusaha untuk menenangkan detak jantungnya dan berusaha untuk terpejam. "Baiklah, ini sudah biasa. Dan seperti biasa semua akan berlalu begitu saja." Lama-kelamaan kedua matanya mulai terpejam dan masuk ke dalam alam mimpi.
Kedua mata Arion terbuka saat mendengar hembusan napas Zeva yang terdengar teratur, pertanda kalau wanita itu sudah tidur.
Arion tersenyum miris dengan keadaan ini. Di mana jantungnya berdegup kencang karena memeluk orang yang berhasil membuatnya jatuh cinta, tetapi secara bersamaan hatinya juga terasa sakit dan menusuk akibat perbuatan wanita itu.
"Baiklah, sudah cukup untuk hari ini. Semoga semuanya cepat berlalu, dan aku akan kembali hidup dengan tenang seperti dulu." Kedua mata Arion ikut terpejam menyusul Zeva ke alam mimpi.
*
*
*
Beberapa hari telah berlalu sejak perjanjian itu. Tidak ada yang berubah antara Arion dan juga Zeva, tetapi hubungan mereka tampak sangat harmonis dimata semua orang.
"Aku dengar Nona Zeva itu sebenarnya adalah istri Tuan Arion," ucap salah satu ratu gosip di perusahaan Arion.
"Ah, masak sih? Kalau memang mereka suami istri, kenapa selama ini tidak terjadi apa-apa?" balas yang lainnya.
"Baiklah, kita lihat saja di acara ulang tahun perusahaan besok."
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..