Anggara Prima Hardian Seorang duda berusia 32 thn yang masih tampan dan keren yang mempunyai seorang anak perempuan berusia 5 thn, bernama Fazila Prameswari Anggara, masih belum bisa membuka hati nya untuk perempuan lain, dia masih setia sama istrinya walaupun dia sadar kalau istri nya yaitu Zievanya putri Baskora ngga mungkin kembali ke pelukan nya.
seorang gadis yang berumur 25 thn yang mempunyai nama Sahara Amanda Putri tanpa sengaja bertemu dengan Zila anak nya Anggara.
Sahara yang terpesona dengan sosok duda keren ini bersatu dengan Zila untuk menakluk kan hati duda keren yang sudah beku.
Zila terus mendukung Sahara agar mendapatkan hati ayah nya, karena Zila sudah merasa nyaman bersama Sahara.
Tapi tidak mudah mendpatkan seorang duda yang keren dan tampan, pasti banyak sekali saingan nya.
yang penasaran dengan cerita duda keren hayalan aku ayo merapat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlakuan Anggar
"Papah,,,mamah,,,bangun udah siang" teriak Zila sambil menggedor-gedor pintu kamar Anggar.
"Zila? Mas Zila mas" kata Ara sambil menggoyang kan tangan nya Anggar.
Anggar bukan nya pergi membuka pintu kamar, dia malah diam sambil menatap Ara.
"Papah,,,Mamah,,,,," kembali teriakan Zila terdengar oleh Ara.
"Ya ampun mas, buruan pintu nya di buka, Zila udah manggil-manggil" kata Ara sambil bangkit dari tidur nya lalu dia mau pergi ke kamar mandi, tapi dia langsung terdiam dan meringis.
"Kamu panggil aku apa? Coba ulang lagi" ucap Anggar sambil menatap ke arah Ara yang lagi menahan rasa sakit di bagian inti nya.
"Aku panggil emm,,,emm panggil mas, ngga boleh ya? Maaf kalau begitu" ucap Ara sambil menunduk.
"Boleh kok, bentar kamu duduk saja dulu, aku mau bukain pintu dulu" kata Anggar sambil berdiri.
"Mas" teriak Ara.
"Apa lagi? Tanya Anggar yang masih belum sadar dengan diri nya.
"Pakai dulu lah celana nya, masa mau buka pintu dalam keadaan begitu, emang ngga malu" kata Ara sambil menutup wajah nya dengan ke dua tangan nya.
Anggar pun menatap ke arah tubuh nya sendiri, "Ya ampun, aku sampai lupa" kata Anggar sambil menepuk jidat nya.
"Sayang ada apa? Pagi-pagi udah heboh" kata bu Malika.
"Zila mau bangunin papah sama mamah uti? Kata Zila.
Pintu pun terbuka dan menampakan Anggar yang hanya memakai celana pendek saja.
"Nak Anggar hanya memakai celana saja, apa mungkin semalam mereka,,,,,,," gumam bathin bu Malika dengan sedikit tersenyum.
"Papah ko ngga pakai baju? tanya Zila, bu Malika pun yang sudah mengerti hanya menahan senyuman nya.
"Papah gerah sayang" jawab Anggar.
"Masa sih gerah, padahal cuaca nya dingin begini lo pah" kata Zila.
Anggar pun sedikit malu dengan perkataan Zila di depan mertua nya.
"Mamah mana pah? Tanya Zila sambil celingak celinguk.
"mamah lagi di kamar mandi, nanti kalau udah selesai papah suruh menemui Zila ya? Kata Anggar.
"Zila sama uti dulu yuk? Nanti kalau mamah sudah selesai pasti nemuin Zila" ajak bu Malika.
"Ya udah kalau begitu Zila tunggu di meja makan ya pah" ucap Zila, lalu pergi meninggalkan kamar Anggar dengan bu Malika.
Setelah kepergian ibu mertua dan anak nya Anggar pun kembali masuk ke dalam kamar.
"Zila nya mana mas? Tanya Ara sambil melirik ke arah pintu yang sudah di tutup kembali sama Anggar.
"Zila menunggu kita di ruang makan, masa iya di bawa masuk kesini sedangkan kamu juga belum pakai baju" jawab Anggar sambil menghampiri Ara.
Anggar pun berjongkok sambil ke dua tangan nya terulur ke tubuh Ara.
"Mas mau apa? Tanya Ara.
"Kamu diam saja, kamu sakit kan untuk berjalan? Makanya mas mau bantu kamu pergi ke kamar mandi" kata Anggar sambil menggendong Ara yang tanpa penghalang apapun di tubuh nya, lalu pergi ke kamar mandi.
Ara pun mengerat kan tangan nya di tengkuk Anggar sambil menatap ke arah Anggar.
"Terus lah seperti ini mas, aku suka kamu perlakukan seperti ini terus" gumam bathin Ara.
Anggar pun mendudukan Ara di kloset duduk, lalu mengisi bathtub dengan air hangat.
"Ayo sini mas bantu naik" kata Anggar sambil meraih tangan nya Ara, tapi Ara masih terdiam sambil duduk dan sebelah tangan nya menutupi dua bukit kembar nya.
"Kenapa di tutupin? Aku sudah lihat ko, udah ayo naik, apa masih sakit? Tanya Anggar.
"Ngga mas, biar aku masuk ke bathtub sendiri aja" jawab Ara, lalu berdiri.
Begitu Ara mau naik dan masuk ke bathtub, rasa ngilu pun kembali terasa dan membuat Ara terdiam sambil menahan rasa perih di bagian inti nya.
Anggar yang paham pun langsung menggendong Ara dan memasuk kan nya ke dalam bathtub.
"Kalau masih sakit jangan so, so an deh, gimana? Enak kan berendam pakai air hangat" kata Anggar.
"Makasih ya mas" jawab Ara sambil tersenyum.
Anggar pun merasakan kembali di bawah sana yang ingin minta jatah kembali setelah Anggar melihat dua bukit kembar yang kenyal itu, tapi Anggar masih sadar kalau Ara masih merasakan perih di bagian inti nya.
"Ya sudah aku mau mandi pakai shower aja biar cepat" kata Anggar yang langsung membalikan tubuh nya membelakangi Ara dan menyalakan shower ke tubuh nya.
Sebenar nya Anggar ingin sekali melakukan nya lagi, tapi dia takut Ara menolak nya, akhir nya selagi mandi dengan susah payah Anggar pun menidurkan kembali junior nya
Ara yang lagi berendam melihat ke tubuh Anggar yang sedang mandi di bawah guyuran shower sambil tersenyum.
"Aku ngga menyangka akan terbuai dengan tubuh mu pak Anggar, seandainya kamu mau mengulang aku pun siap, ahh aku sudah TERJERAT DUDA KEREN yang sekarang sudah jadi mantan duda ini dan sekarang jadi suami ku sendiri" gumam bathin Ara sambil terus menatap tubuh Anggar yang kekar.
Mereka pun selesai dengan ritual mandi nya,dan benar-benar mandi ngga lebih, karena mereka masih malu untuk melakukan nya kembali.
Selagi Ara merias diri di depan kaca meja rias nya, Ara melihat sedikit merah di leher putih nya, Ara bukan anak kecil lagi, Ara tahu tanda apa itu, tapi Ara ngga habis pikir, apa memang tidak terasa atau Ara terlalu menikmati nya, hingga ia ngga sadar kalau Anggar membuat stempel di leher nya.
"Kenapa harus di sini sih mas? Tanya Ara.
"Kenapa? Kan kamu istri aku, kenapa harus protes" jawab Anggar sambil menatap ke arah Ara.
"Iya, saya tahu kalau mas itu suami aku, terus mas berhak atas diri aku seluruh nya, tapi jangan di sini juga mas? Kalau Zila melihat nya gimana? Kan aku bingung buat menjawab nya" jawab Ara sambil menyentuh tanda merah di leher nya.
"Entah lah, soal nya aku suka dengan leher putih mu, ya sudah ayo kita ke bawah, nanti Zila merajuk lagi kalau kita telat" ajak Anggar sambil meraih tangan Ara.
Ara pun kaget dengan prilaku Anggar, Ara kira dia akan di siksa dan selalu di marahin seperti di novel-novel yang ia baca kalau nikah mendadak, tapi yang di lakukan Anggar berbanding balik dengan yang ia baca.
"Ayo, kamu ngga mau aku pegang? Tanya Anggar.
"Mau ko mas, ayo" jawab Ara sambil mengulurkan tangan nya.
Mereka pun berjalan menuruni anak tangga dengan kondisi rambut pada basah dan langsung menuju ke ruang makan, dimana di situ keluarga nya sudah menunggu.
