Kebohongan Istriku

Apa yang ada dalam imajinasi seorang Toro tentang suami kakaknya? Sudah pasti seperti penjelasan sang kakak, seorang pria yang lembek bagaikan krupuk disiram air, terlalu rapuh bagaikan bunga Peony mendayu-dayu tertiup angin.

Tapi pemuda di hadapannya seperti, CEO sombong dalam imajinasi Eril, ibunya.

Menelan ludahnya."A...ada apa ya? Kenapa mencari kakak? Kakak sedang bekerja." Ucapnya gugup.

"Sedang bekerja?" Tanya Candra tersenyum. Benar-benar membuat Toro menelan ludah berkali-kali.

"Dimana kakak ipar mu (Petter)?" Tanyanya menduga mereka tinggal bersama. Maka orang yang pertama kali diatasi olehnya adalah Petter.

"Hah?" Toro mengernyitkan keningnya. Jadi ini bukan suami Giovani? Tapi dari pakaiannya terlihat seperti orang kaya 7 tanjakan 8 tikungan.

"Kakak dan kakak iparku tinggal terpisah. Mungkin sedang dalam tahap perceraian." Jawaban Toro apa adanya, mengingat Giovani dan seseorang bernama Candra memang dalam tahap perceraian.

Tidak ada jawaban dari Candra, pemuda Iyo hanya tertawa. Mungkin menganggap ini sebagai hal yang lucu. Mengapa Petter dan Giovani melarikan diri, padahal pada akhirnya mereka berpisah.

"Dimana kakakmu saat ini?" Tanya Candra menghentikan tawanya.

"Green house, sedang mengemas sayuran yang siap panen. Kamu bisa menunggu, sebentar lagi kak Giovani dan Hendra akan pulang." Toro mempersilahkan nya masuk, orang ini mungkin bukan Candra. Bisa saja ini hanya kenalan kakaknya di kota.

"Kalian, tahan semua orang yang ada di rumah ini." Masih senantiasa tersenyum. Kalimat yang membuat orang-orang berbadan tegap itu memasuki rumah mereka.

"Se... seperti psikopat." Gumam Toro ketakutan, mengingat tebakan ayahnya tentang suami seorang Giovani, berusaha kembali menutup pintu namun tidak berhasil. Hendak berteriak, tapi mereka terlalu cepat menutup mulutnya menggunakan kain, mengikat tubuhnya.

"Emngh!" Toro berusaha meronta-ronta. Ayah dan ibunya saat ini tengah berada di ladang, tempat menanam padi. Siapa orang ini? Seperti psikopat, anggapan ayahnya tentang suami sang kakak.

"Giovani begitu pandai melarikan diri. Karena itu kamu akan menjadi rantai yang menjerat kakinya. Agar tidak melarikan diri bersama Petter lagi." Pipi Toro dicengkeram oleh jemari tangan Candra.

Benar-benar mengerikan baginya. Apa ini suami Giovani? Tapi kakaknya mengatakan tidak menyukai pria yang seperti ini. Suaminya tipikal pemain biola yang lembut, manja dengan senyuman bersahaja.

Untuk pertama kalinya Toro menangis karena ketakutan. Pemuda ini seperti perpaduan antara CEO dan psikopat.

Hingga suara motor terdengar, suara motor yang begitu familiar. Motor milik Rudi.

"Emngh! Emngh!" Toro berusaha berteriak tapi tidak bisa mengingat mulutnya masih diikat dengan kain.

Seorang pria berbadan tegap masuk. Melihat pintu depan yang terbuka.

"Kalian siapa!?" Bentak Rudi, menatap seorang pria berpakaian rapi dan beberapa pengawal ada dalam rumah.

"Kamu yang siapa? Apa hubunganmu dengan orang-orang di rumah ini, terutama Giovani?" Tanya Candra menatap dingin.

"Giovani? Jangan-jangan kamu mantan suaminya. Perkenalkan aku pacar---" Kalimat Rudi terhenti.

Srak!

Brak!

Kurang waspada mungkin menjadi penyebabnya. Rudi dilumpuhkan hanya dengan satu tendangan. Benar-benar tidak sadarkan diri, dengan salah satu bagian gigi yang copot. Pelakunya? Siapa lagi kalau bukan Candra.

Jika tipikal pria seperti Petter yang dicintai oleh Giovani. Maka dirinya akan menjadi lebih dari itu.

"Rambo... tidak! Terminator!" Batin Toro membulatkan matanya. Menelan ludahnya berkali-kali. Pemuda ini dapat merobohkan Rudi yang bertubuh lebih besar hanya dengan sekali tendangan, di bagian titik vitalnya.

"Bawa dia ke rumah sakit. Pastikan dia masih hidup." Perintah yang begitu tenang dari Candra.

"Baik tuan." Jawab salah seorang dari pengawal. Mengangkat tubuh Rudi ke dalam mobil.

Gila! Ini benar-benar gila. Toro ketakutan saat ini, hal absurb yang mereka anggap di meja makan benar-benar menjadi kenyataan. Tapi dirinya masih belum yakin jika ini Candra. Ayah dari Hendra, yang katanya seorang komposer yang senang hidup bebas. Memiliki hati yang terlalu baik, juga begitu manja.

"Giovani..." gumam Candra dengan suara kecil menatap ke arah hujan gerimis yang mulai turun. Seperti apa wajah istrinya? Dirinya benar-benar ingin tahu.

Keberadaan Toro sebagai sandra menjadi jaminan Giovani tidak akan melarikan diri lagi. Menatap hujan gerimis yang mulai turun.

Dirinya mulai turun di dekat green house. Melangkah seorang diri, sedangkan beberapa pengawal mencari informasi tentang keberadaan Petter di sekitar desa. Petter? Saudara? Sahabat? Satu-satunya orang yang dipercayai olehnya.

"Tolong jaga Hendra. Aku akan pergi ke tempat penyimpanan pupuk!" Teriak Giovani berlari pergi. Mengingat baru saja ada yang menghubunginya tentang persediaan pupuk yang baru datang.

Suara yang dikenal oleh Candra. Bentuk tubuh wanita yang tengah berjalan cepat itu tidak mungkin tidak diingat oleh Candra.

Hanya menatap bagian punggung yang berjalan cepat. Dirinya ragu untuk mendekat. Apa yang harus dikatakannya pada Giovani?

Aku merindukanmu? Atau aku mencintaimu? Tidak! Jika kamu meninggalkanku, semua orang yang kamu cintai akan lenyap.

Mengikuti langkah semakin dekat. Sialnya hujan deras benar-benar turun. Hingga wanita itu mulai berlari. Kala itulah, Candra mempercepat langkahnya.

Tapi.

Langkah Candra terhenti di tengah hujan yang turun dengan deras. Giovani memetik jambu yang tumbuh dengan liar. Kemudian melangkah sembari memakannya.

Tapi bukan itu yang menarik perhatian Candra. Kala itulah wajah Giovani terlihat dari bagian samping.

Candra mengerutkan keningnya. Menatap wajah yang benar-benar ingin diketahuinya."Petter?" gumamnya dengan suara kecil.

Seketika ada banyak pertanyaan dalam benaknya. Petter yang dikenalnya memiliki bentuk tubuh pria. Tapi ini tidak, seperti wanita secara alami.

Terdiam dalam banyak pemikirannya. Apa Petter memiliki saudara kembar? Tapi tidak!

Petter tidak pernah muncul bersamaan dengan Giovani. Beberapa pertanyaan ambigu dari Petter maupun Giovani.

Giovani yang mengatakan Petter merupakan satu-satunya orang yang tidak mungkin dinikahi olehnya. Begitu juga Petter, secantik apapun, Giovani merupakan satu-satunya orang yang tidak mungkin dinikahi olehnya.

Sifat arogan Giovani saat pesta begitu mirip dengan Petter yang melindunginya. Ditambah, dengan permintaan gilanya ketika buta yang menginginkan seorang wanita sempurna melebihi Titania.

Sebuah kenyataan yang membuat tangannya gemetar. Wajahnya tersenyum, setengah tertawa, ini benar-benar gila baginya.

Apa yang harus dilakukannya pada Petter saat pertama kali bertemu? Tentu saja marah padanya, tapi tidak membiarkan satu-satunya sahabatnya pergi dari sisinya lagi. Dan apa yang harus dilakukannya jika bertemu dengan Giovani? Menarik tangannya menguncinya dalam villa, memberikan segalanya agar tidak ditinggalkan lagi.

Tidak ditinggalkan? Hal yang gila! Perselingkuhan sialan!

Entah bagaimana Candra bergerak, menarik tangan Giovani.

"Candra!" Gumam wanita itu membulatkan matanya.

Ketakutan akan jeratan hukum yang akan didapatkan olehnya. Dalam gubuk di tepi sawah tempat mereka berada saat ini berteduh dari hujan.

"Maaf! Jangan tuntut aku. Jika kamu menuntutku, Richie Mahendra akan---" Kalimatnya terhenti kala Candra memeluknya erat.

"Petter... tidak Giovani...A...aku kesepian." Bagaikan kembali menjadi seperti semula hanya dihadapan Petter dan Giovani.

Siapa yang menduga pemuda ini adalah Terminator yang baru saja menghajar Rudi dengan sekali tendangan.