NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebohongan Misya

Lea dengan ditemani Iwan bertemu dengan Alin yang saat ini baru saja selesai makan siang, tentu saja bersama suaminya.

"Selamat siang, pak bos dan Bu Alin. Bisa minta waktunya sebentar, ada yang ingin kami sampaikan." ujar Lea dengan sopan.

Anjar menanggung dan mempersiapkan mereka bicara sedangkan Alin hanya diam saja, namun wanita itu sepertinya sudah tau apa yang akan kedua orang itu bicarakan.

"Begini pak, bu, saya ingin menanyakan kenapa anggota tim saya di persulit oleh Bu Alin dengan memintanya menyelesaikan pekerjaan hingga harus makan siang diruangan. Juga baru di izinkan bertemu pak bos setelah jam makan siang, padahal devisi kami akan mengadakan rapat terkait project terbaru kita." Lea mengucapkan dengan hati-hati karena tidak mau ada salah kata yang menyebabkan bosnya mengamuk.

Anjar mengerutkan kening, menoleh menatap istrinya meminta penjelasan. "Sayang, ada apa ini? Tolong jelaskan." pinta Anjar dengan lembut.

Alin menarik nafas pelan, menatap Lea dan Iwan bergantian. "Sebelum menjawab aku ingin bertanya lebih dulu. Apakah rapat kalian nanti akan membahas project pemasaran digital beserta anggaran?"

"Betul bu, dalam waktu 2 hari lagi akan ada peluncuran sehingga kami perlu memantapkan perencanaan yang sudah dibuat." Kali ini Iwan yang menjawab karena dia yang bertanggung jawab penuh dengan project tersebut.

"Misya sebagai pembuat laporan harusnya sudah menyampaikan itu pada Tuan Anjar sejak kemarin namun sampai siang ini dia belum juga melaporkan nya. Bahkan rencana anggaran yang sudah kalian sepakati sejak beberapa hari yang lalu belum dia revisi dan diserahkan kepada divisi keuangan. Tadi mendekati jam makan siang dia memaksa bertemu dengan pak bos untuk memperlihatkan laporan sekaligus tandatangan pelaksanaan. Saya menolaknya, devisi keuangan mengatakan revisi anggaran belum mereka terima. Jadi untuk apa dia menemui Tuan Anjar? Meminta tambahan waktu? Seperti itu? Jadi percuma kalian mengadakan rapat jika apa yang akan dibahas belum di setuju oleh devisi keuangan serta atasan kalian."

Alin menjelaskan dengan cukup tegas, membuat beberapa karyawan yang lewat ikut mendengar percakapan mereka.

"Saya sarankan sekarang, lebih baik kalian selesaikan dulu berkas yang belum terpenuhi. Jika sudah selesai dengan senang hati saya izinkan bertemu dengan Tuan Anjar. Sebagai sekretaris saya juga berhak memberitahu kurangnya kalian apa. Bukan begitu, Tuan Anjar?" tanya Alin pada suaminya.

"Ita tentu saja, semua harus dilakukan sesuatu prosedur. Berkas yang masuk pada saya harus sekretaris pastikan jika itu sudah lengkap dan siap saya periksa isinya." jawab Anjar dengan tenang.

Baik Lea dan Iwan merasa agak malu karena ternyata ini murni kesalahan Misya, anggota devisi mereka.

Lea selaku leader membungkukkan badan, di ikuti Iwan. "Maaf Pak, Bu. Segera akan kami perbaiki. Maaf sudah mengganggu waktunya."

"Kantor mu harus dibersihkan agar orang-orang tidak berkompeten tidak bisa mengandalkan wajah saja." ujar Alin melihat kepergian Lea dan Iwan.

Anjar mengusap bahu istrinya. "Kantor kita sayang. Sesuai keinginan mu, besok kita bersihkan kantor kita dari orang-orang tida berkompeten. Jika memang butuh karyawan baru, segera kita buka lowongan kerja besar-besaran. Aku yakin banyak yang berminat untuk bekerja disini."

"Misya, kenapa berani sekali memutarbalikkan fakta? Padahal aku sudah berbaik hati membela kamu supaya divisi kita tidak di cap buruk." Lea yang baru masuk ruangan langsung mendatangi meja Misya, membuat gadis itu terkejut.

"Ada apa ini mbak? Memang apa yang aku lakukan?" tanya Misya yang tidak tahu jika Lea serta Iwan pergi menemui Anjar dan Alin.

Iwan juga mendekati Lea sambil menepuk bahu wanita itu. "Santai dulu, Lea. Tenangkan dirimu."

Ganti Iwan menatap Misya dan melihat beberapa berkas di mejanya. "Oh jadi benar yang dikatakan Bu Alin, kamu belum menyerahkan revisian anggaran ke devisi keuangan. Tapi berani menemui pak bos. Sejak kapan devisi kita jadi seperti ini, memiliki rekan kerja yang tidak jujur serta tidak bisa bertanggungjawab atas pekerjaannya."

"Loh sebenarnya ada apa ini? Tolong jelaskan supaya kita semua paham." ujar seorang wanita yang baru saja masuk.

"Misya tidak bertanggungjawab atas pekerjaannya. Project kita sepertinya akan mundur lagi waktu pelaksanaan. Anggaran belum disetujui pihak keuangan karena Misya belum merevisi dan menyerahkannya. Dia juga tadi berani meminta bertemu dengan Tuan Anjar, entah apa tujuannya tapi yang jelas keputusan Bu Alin selalu sekretaris, meminta Misya bertemu pak bos setelah jam makan siang itu sudah benar. Supaya Misya bisa melengkapi berkas yang belum ada." Penjelasan Lea membuat orang-orang di dalam ruangan menatap Misya kecewa.

"Kita merencanakan project ini sudah lama, bahkan beberapa sempat diubah konsepnya. Dan ini H-2 peluncuran dana belum cair dan belum mendapatkan perizinan. Bukankah kamu sendiri yang mengajukan diri ikut terlibat dan menyelesaikan revisi terkahir saat rapat. Kenapa malah jadi seperti ini, Mis?" ujar seorang teman mereka yang tidak dapat menahan kekecewaan.

Misya hanya diam, dia bingung ingin memberikan pembelaan seperti apa. Ini diluar dari rencananya.

"Sudah lebih baik ini kita urus ulang." Lea mengambil berkas yang menumpuk di meja Misya.

"Mas Iwan sama Mbak Prita urus revisi anggaran, secepatnya bawa ke bagian keuangan. Untuk laporan dan perizinan ke pak bos biar aku yang urus. Kita punya waktu 90 menit setelah itu baru rapat untuk pelaksanaan. Terpaksa malam ini kita lembur." kata Lea diangguki teman yang lain.

"Terus apa bagaimana?" tanya Misya kebingungan, dia juga ingin terlibat.

Lea menatap Misya dengan sinis. "Sebaiknya kamu selesaikan pekerjaan yang lain, aku lihat beberapa pekerjaan mu belum selesai. Itu masih menumpuk di meja."

Dengan terpaksa Misya tidak berani membuka suara lagi karena yang dikatakan Lea benar adanya. Beberapa pekerjaan miliknya banyak yang belum selesai. Ini karena dia terlalu santai dalam mengerjakan, bahkan kadang sengaja menunda-nunda.

"Aku harap ini terkahir kalinya devisi kita membuat kesalahan. Lain kali kalau memang tidak sanggup dengan pekerjaan yang ada tolong sampaikan saja. Kita akan cari solusi bersama, bukan malah melimpahkan kesalahan pada orang lain. Membuat malu saja." ungkap Lea kembali duduk di kursinya.

Hampir 1 jam mereka berkutat dengan pekerjaan masing-masing, termasuk Iwan dan Prita yang 2 kali bolak balik ke bagian keuangan.

"Akhirnya ACC juga." Prita masuk dengan raut wajah senang juga lega. Disusul Iwan yang mengelus dada mencoba mengatur nafasnya. "Untung mood Pak Bagas sedang baik. Jika tidak pasti akan mengomel kita desak ini itu."

"Syukur lah, sekarang ganti aku akan menemui Pak bos. Semoga tidak ada masalah." Lea dengan semangat menuju lantai atas, meskipun jantungnya berdetak kencang dia yakin kali ini tidak ada masalah.

Sampai dilantai atas segera dia menemui Alin yang terlihat sedang fokus dengan laptop di depannya.

Belum sempat Lea mengatakan apapun, Alin mempersilahkan dia masuk.

"Divisi keuangan sudah mengabari aku jika anggaran sudah ACC. Silahkan masuk untuk pelaporan dan perizinan dengan Tuan Anjar." kata Alin dengan senyum dibibirnya.

Lea mengucapkan terimakasih dan langsung masuk. Dia kira istri bosnya akan mempersulit dirinya, tapi ternyata tidak. Memang Misya lah yang tidak benar, suka melebih-lebihkan sesuatu.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!