kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
salah paham
Alya termenung dengan tangan yang masih berada di pipi, ia menatap kosong ke depan, kejadian beberapa menit yang lalu menyadarkan Alya, jika istri pertama suami nya begitu membencinya, Naila menganggapnya sudah merebut Rafa darinya.
Ponsel di atas Nakas berdering
"mas Rafa!"
"waalaikumsallam mas"
"Al, mau cerita atau mas yang langsung ngomong" Ok naila sudah mengadu pada nathan, semoga naila tidak melebih-lebihkan ceritanya.
"Aku nggak sengaja, mas" Alya bisa mendengar helaan nafas Rafa
"sudah minta maaf?" Rafa berucap lembut, tidak ada bentakan atau kalimat kasar
"sudah" jawab Alya singkat
"lain kali hati-hati yaa, bingkai foto itu... hadiah pertama yang mas kasih untuk Naila, jadi wajar dia marah"
"Hem, udah ya mas, aku mau istirahat" jawab Alya seadaanya. ia hanya menenangkan diri dulu.
"Ya udah, mas juga mau lanjut kerja, nanti malam mas telpon lagi, assalamualaikum " Rafa mengerti itu, ia berikan waktu untuk Alya .
"waalaikumsallam"
satu minggu sudah berlalu, waktu satu Minggu yang melelahkan untuk Alya, hari ini ia akan ke dokter kandungan mengecek kandungnya, dan di sinilah Alya sekarang, terbaring di atas ranjang, Alya tersenyum melihat kondisi anaknya, usianya sudah empat bulan. Memasuki minggu ke 17 kehamilan atau pada bulan ke 4, perkembangan janin sudah semakin terlihat. Mengutip WebMD, ukuran si kecil sudah sebesar buah alpukat dengan panjang sekitar 13 sentimeter dan berat 140 gram. Kondisi ini merupakan awal dari benjolan atau pembengkakan perut karena rahim yang membesar pada ibu hamil.
Wajah janin sudah mulai terlihat, yang terdiri dari kelopak mata, hidung, alis, dan telinga. Kulitnya transparan mulai berwarna merah muda. Tulang dan gigi sudah mulai terbentuk. Memiliki beberapa rambut yang mulai tumbuh serta yang paling penting jenis kelamin mereka sudah dapat diketahui lho Bunda.
Selain itu sistem saraf janin juga mulai terbentuk sehingga pada fase ini ibu hamil memerlukan asupan gizi yang memadai. Jadi, hindari mengonsumsi cokelat dan kafein karena dapat berisiko mengganggu perkembangan saraf pusat janin.
"Dok, anak saya masih kecil banget ya" Dokter kandungan bernama Renata tersenyum, ia simpan kembali alat-alatnya di tempat semula, Renata juga membantu Alya merapikan pakaian nya, Alya duduk di kursi depan Renata.
"iyaa, usianya sudah 4 bulan, , ukurannya kurang lebih sebesar buat alpukat beberapa orang sudah mulai berkembang, seperti mata, hidung, mulut, dan alat kelaminnya juga sudah bisa di liat, tapi kayanya hari ini dia malu, anak kamu yerus nutupin alat kelaminnya , Al" jelas dokter Renata sambil mencatat resep vitamin untuk Alya.
Alya tersenyum mendengar penjelasan dokter"
"Masih mual?"
"iya dok, tapi nggak terlalu sih, cuman pas ada bau-bau yang aneh aja"
"Syukur lah kalo gitu, ada beberapa orang yang bahkan sampai usia kandungan 5 bulan masih merasakan ngidam yang berlebihan, tapi saya liat kamu nggak terlalu"
"iya dok, saya juga ngerasa kaya gitu "
"ini kamu tebus di apotik ya, dan ingat jangan kelelahan "
"iya dok, makasih "
...
hari ini mata kuliah siang, Alya dan jihan sudah membuat janji untuk makan siang bersama sebelum ke kampus, Alya mencari-cari keberadaan Jihan, sebelumnya... Jihan sudah lebih dulu datang, juga sudah memesan makanan, Jihan melambai pada Alya.
"Al, sini"
" kamu ayam bakar kan" Alya mengangguk, sudah tidak sabar memakan habis ayam panggang yang menggugah selera di depan nya.
"Lo kaya baru lihat ayam bakar aja, Al" ucap Jihan dengan tersenyum hangat, langsung saja Alya memotong ayamnya menjawab bagian-bagian kecil
"Gue udah dari kemarin pengen makan ini, jih" satu potong Alya masukkan ke mulutnya
"Lo kaya orang lagi ngidam aja Al" Jihan kaget karena tiba-tiba Alya berlari kecil meninggalkan meja makan, Alya membekap mulutnya.
"Alya , Lo kenapa" Jihan menyusul Alya
ueek
ueek
ueek
Jihan berduri di ambang pintu dengan mulut menganga, tidak seperti sebelumnya, Jihan hanya berdiri, enggan membantu, lagi-lagi Alya tiba-tiba muntah, ini sudah yang kesekian kalinya.
ueek
uekk
habis semua keluar tanpa sisa, Alya melemah, tubuhnya melorot turun bersandar di tembok.
Jihan tidak bergeming dari tempatnya, sejak lama kecurigaan ini muncul, tapi selalu ia abaikan, Jihan tidak ingin muncul pikiran yang tidak-tidak tentang sahabatnya, Jihan tau, ia kenal betul siapa Alya, tidak mungkin alya melakukan hal sekotor itu, tapi ini sudah yang kesekian kali , Jihan melihat Alya yang muntah di hadapannya
Alya mengusap keningnya, peluh bercucuran di sana, tenaganya terkuras habis
"Alya, Lo hamil?" Alya mendongak menatap Jihan, ia teguk salivanya,
"jih, gue bisa jelasin" ucap Alya takut, Jihan menggeleng dan berangsur mundur
"Jihan... gue---"
"semuanya sudah jelas Al, Lo hamil, gue nggak nyangka cewe polos yang gue temuin beberapa tahun lalu bisa ngelakuin hal sekotor ini" ucap Jihan penuh penekanan
"jih---" Jihan menyentak kakinya, hingga pegangan alya di sana, terlepas.
"Jangan sentuh gue, gue jijik di sentuh sama cewe kotor kaya Lo"
"Jihaan, ini nggak seperti yang Lo kira, jihaaan" Jihan enggan mendengar ia pergi, dengan rasa kecewanya, kecewa pada sahabat yang begitu ia percayai, Jihan masih tidak menyangka dengan semuanya.
"Jihaaan, please dengerin penjelasan gue dulu" lirih Alya tidak ada seorangpun lagi di sana, wanita itu Menangis, satu-satunya sahabat yang ia punya... sekarang pergi, tidak ada lagi yang bisa ia jadikan sandaran di kota orang.
Alya melipat kakinya di depan dada, suara tangisannya terdengar begitu pilu , dadanya sesak.
ini yang ia takutkan, bukan ini yang ia harapkan, harusnya hari ini Alya menjelaskan semuanya pada Jihan, menjelaskan pernikahanya dengan Rafa, meskipun Alya tahu Jihan pasti tidak bisa menerima kenyataannya tapi setidaknya tidak ada kesalah pahaman seperti sekarang, nasi sudah menjadi bubur, Alya hanya berharap hubungannya dengan Jihan bisa kembali membaik.
....
Alya memilih kembali ke rumah, ia tidak bisa kuliah dengan kondisinya sekarang, Alya berjalan menunduk tanpa ia sadari beberapa orang duduk di ruang tamu.
"Alya" tegur naila tegas, Alya beralih menatap Naila dan beberapa orang di sana.
"kamu nggak liat ada mertua saya" Alya menunduk dan meminta maaf
"Maaf Bu, saya nggak liat"
"banyak alasan kamu, dasar kurang ajar"
Alah hanya menunduk
"sana ke dapur bantu BI Inah membuat minuman untuk mertua saya" sengaja naila tekankan kalimat terakhirnya.
"nai, gadis itu bukannya---"
"iya mah, dia Alya, wanita yang kita temui di warung martabak waktu itu, mamah jangan panggil dia gadis, dia bukan gadis lagi mah, dia sudah bersuami dan mengandung juga" Jelas Naila, tapi ana seakan butuh penjelasan lebih, kenapa tiba-tiba alya ada di rumah anak dan menantunya.
"dia pembantu di rumah, mas Rafa sendiri yang bawa, katanya Alya lagi cari kerjaan, jadilah mas Rafa bawa dia buat kerja di rumah, kebetulan juga pembantu Naila Risen, ya udah naila terima " ana hanya mengangguk
"tapi nak, sebaiknya kalo cari pembantu atau orang yang mau bantu-bantu di rumah, cari yang agak tua, takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan"
"mamah tenang aja, nai tau selera mas Rafa, nggak mungkin mas Rafa melirik wanita seperti itu, bukan tipe mas Rafa benget" Naila menatap alya dan tersenyum sinis, sengaja ia untuk menyinggung Alya. alya nampak acuh karena sekarang bukan itu yang ada di pikirannya, apapun yang naila ucapakan alya abaikan, Alya menyusun gelas yang berisikan teh hijau di depan ke-tiga orang yang duduk di sana
"Di minum mah, pah"
"Bu, saya permisi ke dapur "
"ya pergilah, kamu juga nggak ada keperluan berlama-lama di sini" alya berjalan dengan kepala menunduk
"nai kurang Suka mah, soalnya anak itu kurang ajar, kemarin aja dia pecahin bingkai foto hadiah dari mas Rafa,kalo bukan mas Rafa yang nggak enak sama suaminya, nai sudah minta dia angkat kaki dari sini" Anton dan ana mengangguk, obrolan mereka terus berlanjut.
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya