Kumpulan Cerita Pendek Kalo Kalian Suka Sama Cerpen/Short Silahkan di Baca.
kumpulan cerita pendek yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan manusia dari momen-momen kecil yang menyentuh hingga peristiwa besar yang mengguncang jiwa. Setiap cerita mengajak pembaca menyelami perasaan tokoh-tokohnya, mulai dari kebahagiaan yang sederhana, dilema moral, hingga pencarian makna dalam kesendirian. Dengan latar yang beragam, dari desa yang tenang hingga hiruk-pikuk kota besar, kumpulan ini menawarkan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, harapan, dan kebebasan. Melalui narasi yang indah dan menyentuh, pembaca diajak untuk menemukan sisi-sisi baru dari kehidupan yang mungkin selama ini terlewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfwondz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Overpower dan Tak Terkalahkan.
Matahari sore memerah di balik puncak gedung-gedung tinggi yang memenuhi kota Metropolitan. Bayang-bayang panjang mulai melingkari trotoar dan jalanan yang padat. Di antara hingar-bingar kota, ada seorang pria muda bernama Arka, duduk di tepi sebuah bangunan terbengkalai. Dia memandangi senja, mata tajamnya bersinar di balik topi hitam yang menutupi rambut acak-acakan.
Arka bukan sembarang manusia. Di usianya yang baru menginjak dua puluh lima tahun, ia sudah menyandang predikat paling dicari di seluruh dunia. Kemampuannya yang disebut overpower telah membuatnya tak tersentuh. Mampu mengendalikan waktu, ruang, bahkan pikiran orang-orang di sekitarnya, Arka adalah ancaman terbesar bagi siapapun yang mencoba melawannya. Tapi hidup sebagai makhluk yang tak terkalahkan ternyata membawa beban tersendiri.
"Aku lelah," gumam Arka sambil memejamkan matanya, seakan tak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mendengarnya. Tapi seseorang menjawab.
"Kau tidak bisa mengeluh, Arka. Kau sudah membuat pilihan." Suara lembut itu berasal dari seorang wanita yang muncul entah dari mana. Rambutnya panjang, bergelombang, dengan gaun merah yang melayang seperti kabut. Namanya Senja, makhluk misterius yang tak diketahui asal-usulnya. Senja adalah satu-satunya yang pernah mendekati Arka tanpa gentar. Mereka sering bertemu di saat-saat hening seperti ini, saat dunia sedang berjuang memahami kehadiran makhluk seperti Arka.
Arka membuka matanya, tapi tidak beranjak dari tempatnya. "Pilihan? Pilihan apa? Ini bukan pilihan. Ini kutukan. Kau tahu itu."
Senja melangkah mendekat, senyumnya samar namun dalam. "Tak ada yang gratis di dunia ini, Arka. Kekuasaan, kendali, kekuatan... semuanya ada harganya."
Arka tertawa getir. "Kekuatan? Ini lebih dari sekadar kekuatan. Ini... mimpi buruk. Aku tak bisa merasakan apa-apa lagi. Setiap orang yang mendekatiku, aku tahu apa yang mereka pikirkan, apa yang akan mereka lakukan. Tidak ada lagi misteri, tidak ada lagi kejutan. Hanya... keheningan."
Senja duduk di sampingnya, menatap ke arah matahari yang semakin tenggelam. "Mungkin yang kau butuhkan bukan kekuatan itu. Mungkin yang kau butuhkan adalah musuh yang sepadan."
"Apa maksudmu?" Arka menatap Senja, mencari arti di balik kata-katanya.
Sebelum Senja bisa menjawab, tiba-tiba langit berubah. Awan-awan yang tadinya putih bersih kini menggumpal hitam, membentuk lingkaran di atas mereka. Angin bertiup kencang, membawa suara-suara aneh yang terdengar seperti bisikan ribuan orang. Arka berdiri, kewaspadaan menyelubungi wajahnya.
"Senja, apa ini?" suaranya tegang.
Senja tersenyum, berdiri perlahan. "Musuhmu datang."
Tiba-tiba, dari balik awan, muncul sesosok pria tinggi dengan jubah hitam berkibar. Wajahnya tampak tenang, namun ada aura dingin yang menyelimuti setiap gerakannya. Dia turun perlahan dari langit, seolah-olah gravitasi tak berlaku baginya. Saat kedua kakinya menyentuh tanah, getaran halus terasa di seluruh bangunan.
Arka menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Siapa kau?"
Pria itu tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih yang anehnya membuat Arka merasa ngeri. "Namaku Orien," jawabnya dengan suara yang dalam dan bergetar. "Dan aku datang untuk mengambil apa yang menjadi hakku."
Arka menajamkan matanya, mencoba membaca pikiran Orien, tapi yang didapatnya hanya kehampaan. Pikiran pria itu seperti tembok baja, tak bisa ditembus. Ini pertama kalinya dalam bertahun-tahun Arka bertemu seseorang yang pikirannya tak bisa dibaca. Jantungnya mulai berdegup lebih kencang.
"Menjadi hakmu?" Arka tersenyum sinis. "Apa kau pikir kau bisa melawan aku? Aku tak terkalahkan."
Orien mengangkat satu alis, masih tersenyum. "Tak terkalahkan? Itu yang mereka katakan tentangmu, bukan? Sungguh ironis. Kau mengira kekuatanmu tak terbatas, namun kau bahkan tak menyadari betapa rapuhnya dirimu."
Arka tidak punya waktu untuk bereaksi. Dalam sekejap, Orien sudah berada di depannya, tangannya terulur, siap untuk menyerang. Arka menghindar dengan kecepatan luar biasa, teleportasi ke sudut lain atap gedung. Tapi Orien tak memberi jeda. Dia mengikuti Arka dengan gerakan secepat kilat, pukulan keras menghantam udara tepat di samping kepala Arka. Dentuman itu meretakkan tembok di belakang mereka.
Arka membalas, mengirimkan gelombang energi yang menggetarkan seluruh bangunan. Tapi Orien menahannya dengan satu tangan, membalikkan serangan itu dengan mudah. Di saat yang sama, waktu di sekitar mereka terasa melambat. Arka menyadari ini adalah dirinya yang mengendalikan waktu, tapi yang mengejutkannya, Orien bergerak bebas, tak terpengaruh oleh perubahan kecepatan waktu.
"Kau bahkan tak bisa mengendalikan waktu di hadapanku," Orien berbisik di telinga Arka sebelum mendorongnya mundur dengan kekuatan luar biasa. Arka terhempas beberapa meter, tubuhnya menghantam dinding beton.
Dalam kepanikan, Arka mencoba membuka portal untuk melarikan diri. Tapi sebelum portal itu terbentuk sempurna, Orien sudah berada di sana, menutupnya dengan jentikan jari. Arka terhuyung, napasnya memburu. Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa menandinginya?
"Kenapa... kenapa kau melakukan ini?" tanya Arka dengan suara yang penuh kemarahan. "Apa yang kau inginkan?"
Orien mendekat perlahan, senyum dinginnya masih menghiasi wajahnya. "Kau. Aku ingin kekuatanmu."
Arka tertawa keras. "Kau gila jika berpikir bisa mengambil kekuatan ini dariku."
"Aku tidak perlu mengambilnya. Kau akan memberikannya padaku."
Tiba-tiba, Arka merasakan kepalanya berdenyut. Rasa sakit yang tak tertahankan menyerang pikirannya. Dia jatuh berlutut, tangan mencengkeram rambutnya, mencoba menahan rasa sakit itu. Orien berdiri di depannya, mengamati dengan ekspresi puas.
"Apa... yang kau lakukan padaku?" Arka berusaha berbicara di antara napas yang tersengal-sengal.
Orien berjongkok, menatap mata Arka dari dekat. "Aku membuka kunci terakhir dari kekuatanmu. Kau pikir kau tak terkalahkan, tapi sebenarnya, kau hanya setengah dari dirimu sendiri. Setengah yang lain... ada pada diriku."
Seketika, ingatan-ingatan lama muncul di benak Arka. Kilasan-kilasan masa kecilnya, saat ia pertama kali menemukan kekuatannya. Saat itu, ada bayangan lain, sosok lain yang selalu bersamanya. Tapi seiring waktu, bayangan itu menghilang. Kini, semuanya jelas. Orien bukanlah orang asing. Dia adalah bagian dari Arka, bagian yang hilang saat kekuatannya terpecah.
"Aku adalah dirimu yang lain," Orien berbisik. "Dan sekarang, kita akan bersatu kembali."
Arka menjerit, seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar dari dalam. Orien menempelkan tangannya di kepala Arka, menarik sesuatu yang tidak terlihat dari dalam dirinya. Perlahan, kekuatan Arka terasa mengalir keluar, tapi bukan menghilang, melainkan bergabung dengan kekuatan Orien.
Saat rasa sakit itu mencapai puncaknya, Arka membuka matanya. Tubuhnya menggigil, tapi dia merasa berbeda. Ada kehangatan yang mengalir di dalam dirinya. Dia bisa merasakan setiap detak jantung Orien, setiap aliran darahnya, setiap pikiran dan perasaannya.
"Aku bukan bagian dari dirimu lagi," Arka berbisik. "Aku lebih kuat."
Orien tersenyum lebar. "Ya, kita telah menjadi satu. Kini kita benar-benar tak terkalahkan."
Mereka berdiri bersama, dua entitas yang kini menyatu. Kekuatan yang dulunya terpecah kini bersatu dalam satu tubuh, satu pikiran. Dunia tidak akan pernah sama lagi.